Virus Corona
Penjelasan Orang yang Sudah Vaksin Tetap Tertular Omicron, Masker Kain Tak Bisa Melindungi
Dilansir dari University of Rochester Medical Center, varian Omicron lebih menular empat kali lebih cepat dibandingkan varian Delta.
PROHABA.CO -- Penularan Covid varian Omicron kini terjadi di berbagai negara.
Bahkan penularan ini sedang menuju pada puncaknya.
Para peneliti memprediksi bulan Februari menjadi puncak penyebaran varian terbaru Covid-19 ini.
Varian ini membuat banyak orang takut karena orang yang sudah vaksin bisa kena Omicron.
Covid-19 varian Omicron adalah varian terbaru dari virus SARS-CoV-2.
Varian ini memiliki kemampuan untuk menempel pada sel manusia lebih cepat, bahkan varian ini bisa menginfeksi orang yang sudah mendapatkan dosis vaksin penuh.
Dilansir dari University of Rochester Medical Center, varian Omicron lebih menular empat kali lebih cepat dibandingkan varian Delta.
Baca juga: Bidan Desa Ditemukan Tewas di Tempat Kerjanya, Sang Suami Menyerahkan Diri ke Polisi
Baca juga: Diduga Pria Tewas Terjebak Kebakaran Hebat Pada Jumat Dini
Omicron telah menyebabkan kasus infeksi Covid-19 di berbagai negara kembali meningkat secara signifikan.
Para ahli di Eropa memperkirakan sebanyak 50 persen populasi Eropa akan terinfeksi varian Omicron pada 6 sampai 8 minggu ke depan.
Varian ini menyebar dengan sangat cepat, namun, tingkat kematiannya memang tidak signifikan.
Terdapat kasus kematian dan angkanya meningkat pada negara-negara dengan tingkat vaksinasi yang rendah.
Orang yang sudah vaksin bisa kena Omicron
Banyak masyarakat yang bertanya-tanya mengapa walaupun sudah vaksin masih bisa terinfeksi Covid-19 varian Omicron.
Apakah ini berarti vaksinnya sia-sia? Sebagian besar kasus varian Omicron ini memang menyerang orang yang telah mendapatkan vaksinasi lengkap.
Hal ini bukan berarti orang yang telah divaksin menjadi lebih rentan terhadap varian Omicron, tetapi orang yang sudah divaksin jumlahnya lebih banyak dari orang yang belum divaksin.
Namun, perlu diketahui bahwa kebanyakan pasien yang dirawat di rumah sakit akibat varian Omicron ternyata merupakan orang-orang yang belum divaksin.
Orang yang belum divaksin dan dirawat di rumah sakit jumlahnya enam kali lipat lebih banyak dibandingkan orang yang sudah mendapatkan vaksin.
Hal ini menunjukkan bahwa vaksin mampu mengurangi keparahan gejala Covid-19 yang diderita pasien.
Pasien yang sudah mendapatkan vaksin umumnya hanya mengalami gejala ringan atau bahkan tidak bergejala.
Fakta tersebut senada dengan fakta yang disampaikan oleh World Health Organization (WHO), bahwa tingkat mortalitas akibat Covid-19 tetap stabil dan tetap meningkat.
Tingkat mortalitasnya tetap tinggi pada negara-negara dengan tingkat vaksinasi rendah.
Apa yang harus dilakukan untuk mencegah penularan Omicron?
Dilansir dari WHO, terdapat 5 langkah utama yang bisa dilakukan untuk mencegah penyebaran Covid-19 varian Omicron.
Vaksinasi Vaksin booster atau vaksin ketiga Menggunakan masker Ventilasi baik pada ruangan yang tertutup Menerapkan protokol kesehatan dengan ketat.
Masker kain tak berfugsi
Strain varian virus corona Omicron kian menggeser dominasi varian Delta dan strain SARS-CoV-2 lainnya di Amerika Serikat.
Para pakar kesehatan AS pun mengatakan bahwa masker kain tak efektif melindungi dari penularan varian Omicron.
Di tengah semakin banyak orang yang tertular varian Omicron, sejumlah pakar di AS tak lagi menganjurkan penggunaan masker kain.
Para pakar malah menyarankan, sebaiknya menggunakan masker N95 yang dinilai lebih bisa melindungi penularan varian baru virus corona tersebut.
Seperti diberitakan ABC News, Rabu (12/1/2022), awal pekan ini, jumlah kasus Omicron di Amerika Serikat sudah mencapai 1,4 juta kasus. Menurut John Hopkins University, sejauh ini, data tersebut adalah jumlah angka harian tertinggi di dunia.
"Omicron merupakan varian yang sangat mudah menular, mungkin patogen yang paling cepat menular di dunia saat ini," kata Lawrence Gostin, profesor bidang hukum kesehatan global dari Georgetown University.
Gostin yang juga bekerja di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ini mengatakan, "Masker kain sama sekali tidak memberi perlindungan apapun saat ini,".
"Menghadapi Delta, tingkat efektivitas masker kain adalah sekitar 20-30 persen, namun menghadapi Omicron, hampir tidak ada perlindungannya," kata Gostin mengungkapkan masker kain tak efektif cegah Omicron.
Lebih lanjut ia mengatakan, "Masker kain itu sama sekali tidak ada gunanya menghadapi patogen yang beterbangan di udara, bahkan masker yang dipakai untuk operasi tidaklah efektif seperti seharusnya," jelas Gostin.
Masker terbaik yang melindungi dari Omicron
Kendati demikian, masih sulit untuk memahami mana masker di pasaran yang dapat efektif untuk mencegah penularan virus.
Masker N95 yang terkadang disebit sebagai respirator sudah mendapat sertifikasi sesuai standar Amerika Serikat.
Demikian pula di Australia, masker N95 atau dikenal juga dengan nama masker P2, dianggap sebagai opsi terbaik di pasaran.
Jenis masker ini dinilai lebih efektif melindungi dari paparan Covid varian Omicron, dibandingkan masker kain.
Termasuk pilihan masker yang dijual secara online. Seperti masker KN95 yang memenuhi standar China dan masker KF94 dengan desain yang sedikit berbeda yang memenuhi standar di Korea Selatan.
Namun demikian, baik masker KN95 maupun masker KF94, jika memang masker itu asli, maka seharusnya dapat memberikan perlindungan yang sama dengan masker N95.
Untuk diketahui, masker N95 terbuat dari berbagai bahan sintesis dengan beberapa lapisan yang 95 persen bisa mencegah masuknya partikel yang beterbangan di udara.
Lantas, bagaimana jika masker N95 tidak tersedia? Apabila masker N95 tidak tersedia, maka pakar pun menyarankan pilihan lain yakni menggunakan masker bedah atau masker medis yang umumnya digunakan untuk operasi, tapi bukan yang terbuat dari kertas.
Paling penting untuk diingat adalah masker itu harus bisa menutupi mulut dan hidung sepenuhnya.
"Dua hal yang paling penting dari sebuah masker adalah lapisan pelindung, kedua cara pemakaian yang benar," kata Sabrina Assoumou, dokter penyakit menular di Boston Medical Center.
Di samping itu, menggunakan dobel masker, yakni memakai masker bedah kemudian dilapisi lagi dengan masker kain juga bisa membantu.
Penggunaan dua masker sudah populer di Amerika Serikat tahun lalu, namun Dr Assoumou mengatakan bahwa ada dua asumsi yang salah jika masker kain akan membantu meningkatkan perlindungan.
Sebab, yang membantu perlindungan dari infeksi penularan Covid-19 adalah masker untuk bedah yang menutup bagian mulut dan hidung.
Dr Assoumou pun menyarankan agar tidak lagi menggunakan masker kain.
"Saya ingin mengatakan kepada siapa saja yang masih menggunakan masker kain, pertimbangkanlah untuk paling tidak menggunakan masker bedah. Ini yang akan saya rekomendasikan kepada pasien saya, kepada orang-orang yang saya cintai," ujarnya.
Pemakaian masker berulang
Penggunaan masker N95 pada staf medis, tidak dianjurkan untuk dipakai berulang. Sementara pada warga biasa, pakar mengatakan masker ini bisa digunakan beberapa kali.
"Masker N95, KN95 dan KF94 mungkin bisa digunakan selama seminggu, sepanjang tidak basah atau rusak," kata Dr Assoumou.
Penggunaan masker sekali pakai telah menimbulkan kekhawatiran akan dampak lingkungan yang dapat terjadi. Namun, para pakar menegaskan bahwa masker sekali pakai tidak akan dipakai selamanya.
Gostin menambahkan bahwa suatu saat nanti Covid-19 akan menjadi endemi. Maka saat itu, akan banyak bentuk perawatan yang tersedia bagi mereka yang mengalami gejala parah dan masker tidak akan lagi diperlukan.
"Di suatu hari nanti, mungkin tidak akan lama lagi, tujuannnya adalah mencegah orang dirawat di rumah sakit, mencegah orang sakit parah dan meninggal," jelas Gostin. Dr Assoumou pun sepakat, jika penggunaan masker tidak akan berlangsung selamanya. (Kompas.com/Nadia Faradiba/Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Penjelasan Orang yang Sudah Vaksin Tetap Tertular Omicron dan Masker Kain Yang Tak Bisa Melindungi,