Rohingnya

Pengungsi Rohingya Buat Masyarakat Aceh Kesal

Pengungsi Rohingnya terus berdatangan ke Aceh sehingga membuat masyarakat Aceh dan warga +62 dibuat kesal dengan terus berdatangan

Penulis: Dedek Sumarnim | Editor: Jamaluddin
For Serambinews.com
Pengungsi Rohingya yang mendarat di Sabang beberapa waktu lalu. 

Ketua MPU Aceh itu juga menyebutkan, penolakan etnis Rohingya yang terdampar bukan murni dari masyarakat Aceh.

PROHABA.CO – Dalam beberapa minggu terakhir, pengungsi Rohingnya tiba di Aceh.

Sebelumnya, Rohingya tiba di Kuala Pawon, Kecamatan Jangka, Bireuen pada Kamis (16/11/2023) sekitar pukul 05.30 WIB.

Tak sekali saja, sejumlah pengungsi Rohingya terus berdatangan ke Aceh dengan jumlah ratusan orang.

Beberapa kabupaten/kota menjadi tempat pendaratan pengungsi Rohingya di Aceh seperti Bireuen, Aceh Utara, Aceh Timur, dan Sabang.

Dengan terusnya berdatangan pengungsi Rohingya, masyarakat Aceh mulai terganggu karena dari tingkah mereka.

Selain itu, banyak juga dari pengungsi Rohingnya ini yang membuat sebagian warga kesal.

Namun, warga +62 juga ikut kesal atas tingkah laku mereka karena  sudah menyusahkan masyarakat Aceh.

Baca juga: TERNYATA, Rohingya Bayar Kapal 3,7 Juta Satu Keluarga Demi Mendarat ke Sabang

“Udah di kasih hati, minta jantung.

Syukur-syukur sudah dikasih makan, tempat ngungsi.

Kesal,” ungkap warga +62.

Kemudian, pada Sabtu (2/12/2023), Rohingya datang lagi warga Rohingya ke wilayah pesisir pantai Ie Meulee, Kecamatan Sukajaya, Kota sabang.

Setelah mendarat, salah seorang pengungsi Rohingya secara terang-terangan mengaku ingin tinggal di Indonesia.

"Insya Allah kami akan tinggal di sini," kata Deli Warsa, seorang mengungsi Rohingya dikutip dari TikTok @hotlisimanjuntak, Rabu (6/12/2023).

Diketahui, akhir tahun ini Aceh kebanjiran pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari Kamp di Cox's Bazar, Bangladesh.

Sementara itu, Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, Tgk H Faisal Ali, mengatakan, pemerintah pusat jangan abai terhadap apa yang menimpa masyarakat Aceh.

Hal itu terkait provinsi paling ujung barat Indonesia ini yang tak henti-hentinya kebanjiran pengungsi Rohingya.

Baca juga: BRAT GAWAT, Rohingya Komplain Tak Puas Diberi Porsi Nasi Sedikit

Sebab, menurutnya, selama ini pemerintah pusat sudah abai soal human trafficking (perdagangan manusia) pengungsi Rohingya, sehingga berimbas ke masyarakat Aceh.

"Penting kita dorong ini pemerintah pusat jangan abai atau tidak peduli terhadap apa yang menimpa masyarakat Aceh dalam rangka memberikan bantuan kepada Rohingya," kata Faisal Ali dalam program Serambi Spotlight yang dipandu News Manajer Serambi Indonesia, Bukhari M Ali, di Studio Serambinews.com, Rabu (22/11/2023).

Ketua MPU Aceh itu bercerita, dulu pihaknya pernah membicarakan masalah ini ke Pemerintah Aceh masa Gubernur Nova Iriansyah agar dicarikan solusi.

Kemudian, Pemerintah Aceh sudah mengirim surat ke pemerintah pusat karena persoalan ini berurusan dengan warga negara asing, bukan tanggung jawab daerah.

"Selama ini warga Aceh sudah sangat peduli, bahkan dulu kita kumpul beras kita antar.

Luar biasa masyarakat kita," ungkap ulama yang akrab disapa Lem Faisal, ini.

"Makanya kalau ada penolakan ini bukan murni, karena masyarakat kita tetap peduli dan empati walau dengan hal-hal kecil," tambahnya.

Ketua MPU Aceh itu juga menyebutkan, penolakan etnis Rohingya yang terdampar bukan murni dari masyarakat Aceh.

Baca juga: KA LOEM, Seratusan Pengungsi Rohingya Terdampar Lagi di Sabang

Menurutnya, sejak dulu masyarakat Aceh sangat berempati pada pengungsi Rohingya dan berusaha memberikan bantuan sebisa mungkin.

Meski demikian, pihaknya kini menyesalkan soal penolakan kapal etnis Rohingya di beberapa tempat di Aceh dalam beberapa hari terakhir.

"Dan ini sangat kita sesalkan karena penolakan ini hasil pendalaman kami tidak murni datang dari masyarakat," kata Lem Faisal.

"Ada semacam provokasi dari pihak tertentu yang membuat masyarakat melakukan penolakan dan penolakan ini bukan jiwa masyarakat Aceh," ungkap Lem Faisal.

Sebab, kata Tgk Faisal Ali, peribahasa "peumulia jamee adat geutanyoe (memuliakan tamu adat kita)" sudah menjadi budaya masyarakat Aceh sejak bertahun-tahun lalu.

Mengenai isu pengungsi Rohingya yang terkesan jorok dan hal-hal negatif lainnya, Ketua MPU Aceh mengatakan, hal itu harus dimaklumi karena faktor psikologis mereka.

Dia sendiri pernah berkunjung ke kamp pengungsi Rohingya di Cox's Bazar, Bangladesh yang serba kekurangan fasilitas seperti mandi dan sebagainya selama bertahun-tahun.

Baca juga: Lagi, Seratusan Pengungsi Rohingya Terdampar di Sabang

Menurut Ketua MPU Aceh, hal-hal seperti ini tidak boleh menjadi alasan menolak warga etnis Rohingya ke Aceh.

"Karena ajaran agama kita bahwa tiga hari kita diwajibkan untuk memberikan bantuan, makanan dan obat-obatan dan sebagainya," katanya.

"Setelah tiga hari itu tidak lagi berkewajiban tapi masuk dalam kategori sunnah," pungkas Tgk H Faisal Ali. (Penulis adalah mahasiswa internship dari Universitas Teuku Umar Meulaboh Aceh Barat)

Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Pengungsi Rohingya Terang-terangan Ngaku Ingin Tinggal di Indonesia.

Update berita lainnya di PROHABA.co dan Google News

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved