Beras Oplosan

Beras Premium Ternyata Dioplos, Warga Kecewa karena Sudah Bayar Mahal Tapi Ditipu

Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, menyampaikan bahwa sekitar 212 merek beras terindikasi melakukan pelanggaran. 

Editor: Jamaluddin
MUHAMMAD IDRIS/KOMPAS.COM 
ILUSTRASI BERAS OPLOSAN - Ilustrasi beras oplosan. Sejumlah warga kecewa setelah terungkap praktik penipuan yang dilakukan oleh sejumlah produsen beras di Indonesia.   

Sejumlah warga pun mengaku kecewa terhadap praktik penipuan yang dilakukan oleh sejumlah produsen beras di Indonesia tersebut. 

PROHABA.CO, JAKARTA - Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, menyampaikan bahwa sekitar 212 merek beras terindikasi melakukan pelanggaran. 

Bentuk pelanggarannya beragam dan sangat merugikan konsumen. 

Ada yang mengurangi berat bersih dalam setiap kemasan. 

DAN, ada pula yang mengoplos beras berkualitas premium dengan beras berkualitas di bawahnya lalu dijual mahal. 

Sejumlah warga pun mengaku kecewa terhadap praktik penipuan yang dilakukan oleh sejumlah produsen beras di Indonesia tersebut. 

Desi (34), warga Jakarta Timur mengaku rutin membeli beras setiap minggu, bahkan kerap memilih beras dengan label premium demi memberikan yang terbaik bagi keluarganya. 

“Saya kaget banget ya dengar berita ini. 

Soalnya saya beli beras kan tiap minggu, kadang pilih yang kemasan premium karena mikirnya pasti lebih bagus buat keluarga,” kata Desi saat dihubungi Kompas.com, Minggu (13/7/2025). 

Namun, setelah mendengar kabar bahwa beras-beras premium diduga oplosan dan berat kemasannya dikurangi, Desi merasa sangat dirugikan. 

“Eh ternyata bisa jadi itu beras oplosan, dan beratnya pun dikurangi. 

Gila aja, kita udah bayar mahal, ternyata ditipu. 

Ini mah nyakitin rakyat kecil, apalagi yang pas-pasan kayak saya. Kenapa sih semua-muanya ditipu, pakai segala dioplos,” ungkap Desi dikutip dari Kompas.com.

Ungkapan senada juga disampaikan Aminah (58).

Pedagang nasi di kawasan Bogor, Jawa Barat, ini mengaku sangat dirugikan dengan kondisi tersebut.

Bagi Aminah, beras bukan sekadar kebutuhan pokok, tapi juga barang dagangan yang menentukan kelangsungan hidupnya. 

“Saya nih jualan buat nyambung hidup, modal pas-pasan. 

Kalau beras ternyata dikurangin beratnya atau kualitasnya nggak sesuai, ya jelas rugi dobel. 

Nggak cuma saya, semua rakyat kecil yang makan beras tiap hari juga jadi korban,” ucap Aminah. 

Ia menambahkan, praktik curang seperti ini sangat menyakitkan bagi masyarakat kecil. 

“Kita bayar mahal-mahal, tapi malah ditipu. 

Yang kaya mah mungkin nggak kerasa, tapi buat kita yang ngitung setiap rupiah, ini sangat merugikan.

Harusnya produsen-produsen kayak gitu dihukum berat. 

Udah bukan bandel lagi, tapi zalim!" lanjut dia. 

Sebelumnya, Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyampaikan bahwa sekitar 212 merek beras terindikasi melakukan pelanggaran. Bentuk pelanggarannya pun beragam dan sangat merugikan konsumen. 

Ada yang mengurangi berat bersih dalam setiap kemasan. 

Ada pula yang mengoplos beras berkualitas premium dengan beras berkualitas di bawahnya lalu dijual mahal. 

“Contoh, ada volume yang mengatakan 5 kilogram, padahal 4,5 kilogram," ungkap Amran melalui video yang diterima Kompas.com, Sabtu (12/7/2025). 

“Kemudian, ada yang mengatakan bahwa ini (produk) premium, padahal itu adalah beras biasa," lanjut dia.

Praktik mengoplos beras itu bisa menyebabkan selisih harga Rp 2.000 hingga Rp 3.000 per kilogram lebih mahal dibanding harga asli. 

Jika praktik ini berlangsung selama 10 tahun, kata Amran, kerugian bisa mencapai Rp 1.000 triliun. 

Karena itu, ia sudah melaporkan temuan ini ke Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dan Jaksa Agung ST Burhanuddin. 

Amran juga meminta produsen-produsen nakal itu segera ditindak tegas secara hukum. 

Menteri Pertanian juga mengimbau kepada seluruh produsen beras se-Indonesia untuk bersikap jujur dengan menjual beras sesuai standar yang sudah ditentukan. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Warga Kecewa Beras Premium Ternyata Oplosan: Kita Bayar Mahal Malah Ditipu", 

Update berita lainnya di PROHABA.co dan Google News

 

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved