Program SLV di Aceh Singkil

Program SLV di Aceh Singkil Berikan Hasil Nyata bagi Petani dan Lingkungan

Editor: Misran Asri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PROGRAM SLV - Wakil Bupati Aceh Singkil H. Hamzah Sulaiman, SH bersama CSR Manager Apical Group, Sugiantoro. saat memaparkan hasil Program Sustainable Living Village (SLV) yang dijalankan Apical bersama para mitra selama dua tahun sudah berjalan di Aceh Singkil, Jumat (8/8/2025).

Program SLV merupakan model pembangunan desa berkelanjutan yang menyeimbangkan dampak sosial ekonomi dan perlindungan lingkungan

PROHABA.CO, ACEH SINGIL  — Program Sustainable Living Village (SLV) yang dijalankan Apical bersama para mitra, menandai tonggak penting tahun keduanya di Kabupaten Aceh Singkil. 

Berlangsung di Kantor Bappeda Aceh Singkil, inisiatif ini memperlihatkan kemajuan nyata melalui penanaman pohon skala besar, peningkatan kapasitas petani sawit, serta penguatan kelembagaan petani.

Program SLV merupakan model pembangunan desa berkelanjutan yang menyeimbangkan dampak sosial ekonomi dan perlindungan lingkungan. 

Melalui program ini, petani tidak hanya mendapatkan pendampingan untuk menerapkan praktik sawit berkelanjutan.

Tetapi juga didorong untuk melakukan diversifikasi penghidupan seperti budidaya madu trigona yang dapat menambah sumber pendapatan sekaligus membantu mengurangi tekanan terhadap kawasan hutan.

Program SLV digarap melalui kolaborasi Apical Group, Yayasan Inisiatif Dagang Hijau (IDH), Yayasan Ekosistem Lestari (YEL), dan Forum Konservasi Leuser (FKL) bersama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Singkil. 

Acara tersebut dihadiri jajaran Pemkab Aceh Singkil yang meliputi Bappeda, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Perkebunan, petani swadaya, CSO, dan para pemangku kepentingan lainnya. 

Sinergi lintas pihak ini memastikan setiap capaian di lapangan selaras dengan agenda pembangunan daerah dan target keberlanjutan sektor sawit.

Pada aspek peningkatan kapasitas, salah satu capaian utama adalah 1.000 petani yang telah menyelesaikan pelatihan Good Agricultural Practices (GAP) dan Best Management Practices (BMP). 

Capaian ini menunjukkan skala implementasi program yang luas, mencakup kelompok petani yang tersebar di berbagai wilayah.

Melalui GAP, petani didorong menerapkan praktik budidaya yang efisien, aman, dan ramah lingkungan. 

Adapun BMP menerjemahkan prinsip tersebut menjadi langkah operasional di kebun—mulai dari pemupukan berimbang, pengendalian hama terpadu, hingga pencatatan kebun yang tertib.

“Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil menyambut baik capaian SLV karena selaras dengan prioritas daerah: meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus menjaga ekosistem penting di wilayah kami,” ujar Wakil Bupati Aceh Singkil H. Hamzah Sulaiman, SH. 

“Kami mengapresiasi para mitra yang konsisten mendampingi petani, memperkuat kelembagaan, dan membuka akses pada pasar serta pembiayaan yang lebih baik.”

Sejalan dengan dukungan pemerintah daerah, Apical menegaskan komitmennya untuk menghadirkan nilai tambah yang terukur bagi masyarakat dan lingkungan. 

“Fokus kami adalah membantu petani naik kelas melalui praktik budi daya yang baik, akses legalitas, dan penguatan koperasi. Dengan begitu, produktivitas meningkat, biaya lebih efisien, dan risiko lingkungan berkurang,” kata CSR Manager Apical Group Sugiantoro. 

“Capaian 1.000 petani terlatih menjadi fondasi penting untuk memperluas dampak SLV pada tahun-tahun berikutnya.”

Penguatan tata kelola kemudian diwujudkan melalui peresmian dua koperasi petani sawit swadaya. 

Koperasi menjadi wahana bersama untuk pengadaan sarana produksi yang lebih terjangkau, pemasaran Tandan Buah Segar (TBS) yang lebih transparan, serta persiapan sertifikasi keberlanjutan. 

Dengan kelembagaan yang kuat, manfaat program dapat berlanjut dan diperluas melampaui masa intervensi.

Sementara itu, di sisi legalitas, lebih dari 500 petani telah menerima Surat Tanda Daftar Budidaya elektronik (e-STDB). 

Dokumen ini menjadi kunci bagi akses pembiayaan formal, penguatan posisi tawar di mata off-taker, dan persyaratan penting untuk sertifikasi seperti ISPO dan RSPO. 

“Legalitas lahan yang tertata dengan baik adalah kunci utama bagi ketertelusuran rantai pasok yang inklusif dan akses bagi pembiayaan serta sarana lain,” ujar Ketua Yayasan Inisiatif Dagang Hijau Nassat Idris. 

“Dengan e-STDB, petani swadaya dapat menjadi bagian dari rantai pasok global dan memperoleh nilai jual yang lebih baik”

Program SLV di Aceh Singkil menjadi perwujudan nyata filosofi 5C Apical, Good for Community, Country, Climate, Customer, dan Company  yang mendorong sinergi antara perusahaan, pemerintah, dan masyarakat untuk membangun desa yang tangguh serta masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Tentang Apical 

Apical adalah pengolah minyak nabati terkemuka dengan jejak global yang berkembang. 

Proses pengolahan mid-stream yang terintegrasi secara vertikal dan dan pemrosesan hilir dengan nilai tambah menjadikan kami sebagai pemasok integral yang mendukung kebutuhan pangan, pakan ternak, oleokimia dan bahan bakar yang dibutuhkan oleh setiap industri.

Hingga saat ini, dengan aset terintegrasi di lokasi yang strategis mencakup Indonesia, Cina, dan Spanyol, Apical mengoperasikan sejumlah kilang, pabrik oleokimia, pabrik biodiesel, dan pabrik penghancur kernel. 

Melalui usaha patungan, Apical juga memiliki operasi pemrosesan dan distribusi di Brasil, India, Pakistan, Filipina, Uni Emirat Arab, Amerika Serikat dan Vietnam.

Pertumbuhan Apical dibangun di atas fondasi keberlanjutan dan transparan, serta dimotivasi oleh keyakinan kuat bahwa kami dapat membuat dampak yang lebih berarti bahkan saat kami terus mengembangkan bisnis kami dan memberikan solusi inovatif kepada pelanggan kami.

Untuk informasi lebih lanjut, silakan kunjungi: www.apicalgroup.com.(*)