Tahukah Anda
Pandemi Selanjutnya Lebih Mematikan daripada Covid-19
Di tengah pandemi Covid-19 yang belum juga usai, ilmuwan yang mengembangkan vaksin AstraZeneca dari Universitas Oxford, Inggris, menyebutkan bahwa ...
PROHABA.CO - Di tengah pandemi Covid-19 yang belum juga usai, ilmuwan yang mengembangkan vaksin AstraZeneca dari Universitas Oxford, Inggris, menyebutkan bahwa pandemi selanjutnya akan lebih mematikan.
Dilansir dari The Guardian, Senin (6/12/2021), salah satu penemu vaksin AstraZeneca, Dame Sarah Gilbert memperingatkan, tampaknya pandemi Covid-19 akan berlangsung lebih lama, bahkan pandemi berikutnya diprediksi bisa lebih buruk.
Sementara itu, berdasarkan laporan Worldometer hingga Senin (6/12/2021) sore, virus corona telah menyebabkan lebih dari 5,2 juta kematian pasien dan menginfeksi lebih dari 266 juta orang di seluruh dunia.
Ketakutan dan kekhawatiran di masyarakat pun meningkat seiring munculnya varian virus baru, dan ancaman virus yang dikenal dengan varian Omicron tersebut.
Varian Omicron dinilai para ilmuwan sangat cepat bermutasi, sehingga penyebarannya pun terus meluas.
Sementara itu, Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) pada Minggu malam lalu melaporkan 86 kasus varian Omicron baru, sehingga dari keseluruhan yang telah diidentifikasi, jumlahnya menjadi 246 orang yang terinfeksi varian Covid terbaru ini.
Baca juga: Dokter Reisa: 2022 Tahun Terakhir Indonesia dalam Pandemi Covid-19
Gilbert memaparkan bahwa terlepas dari dampak pandemi Covid yang dimulai sejak dua tahun lalu, penyakit yang muncul selanjutnya mungkin lebih menular dan diklaim lebih mengancam.
“Ini bukan kali terakhir virus mengancam hidup dan mata pencaharian kita.
(Pandemi) yang berikutnya bisa lebih buruk. Bisa lebih menular atau lebih mematikan, atau keduanya,” ujarnya.
Ahli vaksinologi di Universitas Oxford tersebut menegaskan, perkembangan ilmu pengetahuan yang didapat selama meneliti virus corona tidak boleh hilang dan harus terus didalami.
“Sama seperti kita berinvestasi dalam angkatan bersenjata, intelijen, dan diplomasi untuk bertahan melawan perang, kita harus berinvestasi pada manusia, penelitian, manufaktur, dan institusi untuk bertahan melawan pandemi,” lanjutnya.
Kemudian, dia berkata, varian virus baru mengandung mutasi yang diketahui dapat meningkatkan penularan virus.
Bahkan, antibodi yang dibentuk oleh vaksinasi maupun infeksi sebelumnya disebutnya kemungkinan kurang efektif dalam mencegah infeksi varian Omicron.
Baca juga: Jokowi Anugerahkan Bintang Jasa untuk 300 Tenaga Kesehatan yang Gugur Saat Pandemi
Akan tetapi, Gilbert menambahkan, penurunan efektivitas vaksin terhadap infeksi bukan berarti mengurangi perlindungan terhadap keparahan penyakit dan kematian.
“Sampai kita tahu lebih banyak informasi, kita harus berhati-hati dan mengambil langkah untuk memperlambat penyebaran varian baru ini,” ungkapnya.