Konflik Palestina vs Israel

Perang Hamas-Israel Sudah Memasuki Bulan Ke-3, Kematian dan Kelaparan Meliputi Warga

Sembilan dari sepuluh orang hidup sehari semalam tanpa makanan di Gaza dan setidaknya 97% rumah tangga di Gaza utara kekurangan makanan.

Penulis: Luthfi Alfizra | Editor: Muliadi Gani
Mohammed Abed/AFP
Lusinan orang dilaporkan tewas dalam serangan terbaru Israel di Gaza 

Kondisi rumah-rumah yang terdapat di Rafah sebenarnya sudah banyak yang hancur akibat pemboman Israel, akan tetapi mereka tetap memerintahkan para warga untuk bergerak ke Rafah.

PROHABA.CO, YERUSALEM - Khan Younis merupakan kota besar kedua yang ada di Gaza yang dibombardir oleh pasukan militer Israel tanpa henti.

Hal tersebut menyebabkan para warga Palestina terpaksa untuk mengungsi ke tepi selatan wilayah tersebut dan menjadi semakin padat dan terkepung.

Melansir dari Aljazeera pada Jumat (8/12/2023), "kita berbicara tentang pemboman besar-besaran terhadap seluruh lingkungan dan blok perumahan," lata Hani Mahmoud dari Aljazeera yang melaporkan dari Rafah, Gaza selatan pada Kamis (7/12/2023).

Kondisi rumah-rumah yang terdapat di Rafah sebenarnya sudah banyak yang hancur akibat pemboman Israel, akan tetapi mereka tetap memerintahkan para warga untuk bergerak ke Rafah.

Seorang perempuan Palestina berjalan di atas puing-puing bangunan menyusul serangan Israel di Rafah, Jalur Gaza selatan pada Senin (20/11/2023).
Seorang perempuan Palestina berjalan di atas puing-puing bangunan menyusul serangan Israel di Rafah, Jalur Gaza selatan pada Senin (20/11/2023). (AFP/KATA KHATIB)

“Serangan ini tidak terkonsentrasi di satu wilayah Rafah… beberapa lokasi menjadi sasaran, hanya mengirimkan gelombang ketakutan dan kekhawatiran yang membenarkan apa yang telah dibicarakan dan diungkapkan orang-orang sebelumnya tidak ada tempat yang aman di Jalur Gaza, termasuk di Jalur Gaza yang dianggap aman oleh Israel.”

Suasana hari selama lebih dari 60 hari perperangan ini adalah kematian, kehancuran, dan pengungsian kata Mahmoud.

"Kita berbicara tentang pergerakan dan pelarian yang terus-menerus selama lebih dari 60 hari untuk menyelamatkan hidup mereka dari satu tempat ke tempat lain, dari bagian paling utara kota Beit Hanoon di Gaza hingga bagian paling selatan di Rafah, dimana banyak orang berkerumun dan berkumpul."

Baca juga: Serangan Israel Tewaskan Jurnalis di Lebanon, HRW: Ini Merupakan Kejahatan Perang

Kelaparan yang Terus Meningkat 

Tingkat kelaparan rumah tangga di Gaza utara telah mencapai ke tingkat yang mengkhawatirkan kata Program Pangan Dunia PBB (WFP).

Melansir dari Aljazeera, Sembilan dari sepuluh orang hidup sehari semalam tanpa makanan di Gaza dan setidaknya 97 persen rumah tangga di Gaza utara memiliki "konsumsi makanan yang tidak memadai."

Di wilayah selatan, sepertiga rumah tangga melaporkan tingkat kelaparan parah atau sangat parah, dengan 53 persen mengalami kelaparan sedang.

“Warga Palestina kekurangan semua yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup,” kata Mahmoud.

Meski bantuan telah masuk, namun itu belum mencukupi kebutuhan pengungsi. Israel bahkan melarang penyaluran bahan bakar ke Gaza karena takut dicuri Hamas.
Meski bantuan telah masuk, namun itu belum mencukupi kebutuhan pengungsi. Israel bahkan melarang penyaluran bahan bakar ke Gaza karena takut dicuri Hamas. (Mohammed Abed/AFP)

Saat melakukan serangan di selatan, angkatan bersenjata Israel telah menyerang beberapa kamp pengungsi, di antaranya kamp Jabalia di utara dan kamp al-Maghazi di tengah.

Serangan di Jabalia menewaskan 22 kerabat jurnalis Aljazeera Momin Alshrafi, termasuk ayah, ibu, tiga saudara kandung, dan anak-anaknya.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved