“Sementara bapak angkatnya mengurusi surat ke Polsek, surat yang diajukannya itu terkait penolakan autopsi,” pungkasnya.
Meninggalnya Mahira Dinabila meninggalkan luka yang mendalam bagi keluarga.
Sebab, pihak keluarga tidak menyangka korban meninggal dengan cara yang dianggap tak wajar.
Saat ditemukan, pada Rabu (3/5/2023) lalu, kondisi jenazah dalam keadaan muka hancur dan telah membusuk.
Di dekat korban juga ditemukan, obat penyemprot nyamuk merek Baygon.
Menurut Rahmat Wilman sepupu korban, mahasiswi semester dua itu selama hidupnya dikenal sebagai sosok yang baik hati serta pintar.
Baca juga: Pembunuhan di Gresik, Ayah Tikam Anaknya yang Masih SD
Korban juga mendapatkan biaya siswa untuk berkuliah di USU.
“Kesehariannya baik, pintar.
Dia orangnya tertutup, nggak mau ngerepotin orang lain walaupun ditanya,” kata Rahmat, Senin (8/5/2023).
Ia mengatakan, dirinya sempat syok mengetahui kabar bahwa sepupunya itu tewas dalam keadaan tidak wajar.
“Tau kabar dari tanggal 3 Mei kemarin, saya dikabari sama adik kandung, saya kalau kak Ira (panggilan korban) nggak ada lagi. Nggak tau, perkiraan bunuh diri,” sebutnya.
Dikatakannya, selama ini memang korban tinggal bersama dengan orang tua angkatnya di Komplek Rivera, Kecamatan Medan Amplas, tempat jasadnya ditemukan.
Namun, setelah orang tua angkatnya ini bercerai dan ibu angkatnya meninggal dunia korban tinggal sendirian di rumah tersebut.
Sementara, ayah angkatnya Mawardi yang bekerja di kantor Pos Lubukpakam itu tinggal bersama istri barunya.
Ia mengungkapkan, selama hidupnya ayah angkat korban ini diduga juga sengaja menjauhi korban dengan para keluarga.
“Sempat dijauhi, dikasih jarak biar nggak dekat sama keluarga yang lain, kalau dia mau kuliah harus tinggal sama ayah angkatnya, di situ timbul curiga kami, kenapa harus dipisahkan,” bebernya.
Ia dan pihak keluarga menduga sepupunya itu korban pembunuhan.
“Kejanggalan pasti ada, menurut nenek saya beranggapan bahwa bapak angkatnya ini sudah tau si Ira ini meninggal,” ujarnya.
“Tapi dia nggak mau memberi tahu kepada keluarga, biar keluarga ini tahu sendiri.
Dibiarkan dulu,” pungkasnya.
Kapolsek Patumbak, Kompol Faidir Chaniago korban meninggal dunia karena menenggak obat nyamuk merek Baygon.
Karena saat jenazah ditemukan, ada botol Baygon didekat jasad mahasiswi semester dua tersebut.
“Meninggal dan di tempat itu ditemukan Baygon,” kata Faidir kepada Tribun-medan, Senin (8/5/2023).
Ia menjelaskan, korban meninggal karena diduga menenggak racun, meskipun belum ada keterangan medis yang menjelaskan.
“Diduga karena minum racun itu, minum Baygon itu,” sebutnya.
Faidir juga membeberkan alasan, mengapa jenazah korban tidak dilakukan autopsi untuk mengetahui penyebab pasti kematiannya.
“Keluarganya kan keberatan (diautopsi), jadi tidak mau, sudah ikhlas karena meninggalnya minum itu,” ujarnya.
“Waktu itu orang tuanya tidak mau dilakukan autopsi, sama-sama orang tua angkat dan kandung,” sambungnya.
Meski demikian, dikatakannya polisi akan melakukan pemeriksaan terhadap orang-orang terdekat dan juga sejumlah saksi.
“Lagi kita periksa itu, tetap dilakukan penyelidikan, kita periksa dulu saksi-saksi semua,” ungkapnya.
(tribun- medan.com)
Baca juga: Pembunuhan Di Kota Bandung Dan Menewaskan 2 Org Secara sadis, Diduga Karena Prostitusi Online
Baca juga: Mayat Korban Pembunuhan Ditemukan di Kluet Tengah, Lehernya Terluka
Baca juga: Baru Bebas, Residivis Kambuhan Kembali Berulah, Terlibat Pembunuhan Tetangganya
Artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com dengan judul Mahasiswi USU Ditemukan Tewas, Muka Hancur dan Badan Utuh, Keluarga Ungkap Kejanggalan Ayah Angkat,