Virus Nipah, Ancaman Pandemi Berikutnya di Asia

KETIKA dunia fokus pada Covid-19, sejumlah ilmuwan justru bekerja keras untuk memastikan virus Nipah tidak menyebabkan pandemi berikutnya di dunia..

Editor: Muliadi Gani
FOTO: SHUTTERSTOCK
KELELAWAR buah adalah inang virus Nipah yang bisa menjadi ancaman pandemi di Asia. 

Setiap tahun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meninjau daftar panjang patogen yang dapat menyebabkan darurat kesehatan masyarakat untuk memutuskan prioritas anggaran riset dan pengembangan mereka.

Mereka fokus pada patogen yang paling mengancam kesehatan manusia yang berpotensi menjadi pandemi dan yang belum ada vaksinnya.

Supaporn Wacharapluesadee berbicara dengan timnya, yang pertama kali mengonfi rmasi kasus Covid-19 di luar Cina, dalam misi mengumpulkan kelelawar pada September 2020.

Lihat Foto Supaporn Wacharapluesadee berbicara dengan timnya, yang pertama kali mengonfirmasi kasus Covid-19 di luar China, dalam misi mengumpulkan kelelawar pada September 2020.

(GETTY IMAGES via BBC INDONESIA) Virus Nipah masuk dalam 10 besar.

Karena sejumlah wabah sudah terjadi di Asia, kemungkinan besar kita masih akan menemuinya di masa depan.

Ada beberapa alasan yang membuat virus Nipah begitu mengancam.

Baca juga: Varian Baru Virus Corona Brasil Ditemukan di Amazon

Periode inkubasinya yang lama (dilaporkan hingga 45 hari, dalam satu kasus) berarti ada banyak kesempatan bagi inang yang terinfeksi, tidak menyadari bahwa mereka sakit, untuk menyebarkannya.

Dapat menginfeksi banyak jenis hewan, menambah kemungkinan penyebarannya.

Dapat menular baik melalui kontak langsung maupun konsumsi makanan yang terkontaminasi.

Seseorang yang terinfeksi virus Nipah dapat mengalami gejala-gejala pernapasan termasuk batuk, sakit tenggorokan, meriang, lesu, dan ensefalitis, pembengkakan otak yang dapat menyebabkan kejang-kejang dan kematian.

Singkatnya, ini adalah penyakit yang sangat berbahaya bila tersebar.

Bagaimana manusia bisa terpapar? Manusia dapat terpapar virus Nipah melalui kontak dengan kelelawar.

“Setiap interaksi manusia dengan kelelawar dapat dianggap sebagai interaksi berisiko tinggi,” menurut Veasna Duong, Kepala Unit Virologi di Laboratorium Penelitian Institut Pasteur di Phnom Penh dan kolega Wacharapluesadee.

“Paparan seperti ini dapat menyebabkan virus bermutasi, yang dapat menyebabkan pandemi,” kata Duong.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved