Mutasi Virus Corona Tak Terdeteksi PCR?

TSUNAMI Covid-19 di India semakin mengganas dan negara ini telah mencatatkan rekor kasus Covid-19 harian terbanyak di dunia...

Editor: Muliadi Gani
FOTO: ANTARA/REUTERS
Kremasi masal korban tewas akibat terinfeksi virus corona (Covid-19) dilakukan seadanya di sebuah lapangan krematorium di New Delhi, India, Kamis (22/4/2021). Gambar diambil menggunakan drone saat meningkatkan angka jangkitan dan korban yang meninggal akibat Covid di India. 

PROHABA.CO - TSUNAMI Covid-19 di India semakin mengganas dan negara ini telah mencatatkan rekor kasus Covid-19 harian terbanyak di dunia.

India melaporkan angka kasus Covid-19 tertinggi dalam satu hari pada Kamis (22/4/2021) lalu mencapai 314.835 kasus.

Angka tersebut telah membuat negara berpenduduk hampir 1,4 miliar orang itu menduduki peringkat kedua sebagai negara dengan rekor kasus Covid-19 tertinggi setelah Amerika Serikat.

Sebuah video beredar di YouTube menunjukkan mutasi virus corona di negara tersebut semakin parah.

Bahkan, strain virus corona penyebab Covid-19 yang bermutasi di India disebut tidak dapat terdeteksi oleh tes polymerase chain reaction (PCR), yang menjadi tes standar untuk mendeteksi infeksi.

Disebutkan dalam video tersebut bahwa varian baru virus corona yang bermutasi di India langsung menempel di paru-paru dan tidak menempal pada rongga hidung.

Akibatnya, saat dilakukan tes usap menggunakan PCR, baik di hidung maupun tenggorokan, virus SARS-CoV-2 tidak terdeteksi dan memberikan hasil negatif Covid-19.

Baca juga: Puluhan Warga Negara India Ditolak Masuk ke Indonesia

Menanggapi hal ini, Ahli Biologi Molekuler, Ahmad Utomo mengungkapkan bahwa perlu menunggu data yang lebih banyak untuk bisa memastikan apakah benar virus corona tidak terdeteksi lewat tes PCR.

"Kita masih harus menunggu data yang lebih banyak, karena reseptor ACE2 yang akan ditempel virus ada di rongga napas (pernapasan) atas, yakni hidung dan tenggorokan, serta rongga napas bawah," ungkap Ahmad saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (24/4/2021).

Kendati demikian, perihal kasus tes usap di India yang menggunakan RT-PCR, tetapi tak dapat mendeteksi virus corona penyebab Covid-19 di rongga pernapasan atas, Ahmad menduga hal itu kemungkinan terjadi terkait isu teknis.

"Seperti pengambilan sampel tidak akurat, sehingga terkesan negatif palsu," kata Ahmad.

Lebih lanjut Ahmad mengatakan bahwa diagnostik kit atau perangkat diagnostik PCR saat ini, semestinya sudah bisa mendeteksi varian baru virus corona.

Kecuali, kata dia, jika alat tes corona tersebut hanya untuk menargetkan gen S atau protein spike.

Protein spike adalah bagian dari virus corona yang berbentuk paku, yang berfungsi untuk menempelkan diri dan menginfeksi sel inang.

Baca juga: Siapa pun Bisa Tertular Covid-19 dari Makanan

"Di Indonesia, biasanya tidak menggunakan gen S, tapi gen (protein virus corona) lain dari si virus seperti RdRP ORF1 atau N," jelas Ahmad.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved