Happy Hypoxia pada Pasien Covid Bisa Berakibat Fatal

Pandemi Covid-19 masih jauh dari akhir. Saat ini pandemi di Indonesia sedang menanjak menuju puncak gelombang kedua...

Editor: Muliadi Gani
FOTO: SHUTTERSTOCK
Ilustrasi happy hypoxia pada pasien Covid-19. 

PROHABA.CO - Pandemi Covid-19 masih jauh dari akhir.

Saat ini pandemi di Indonesia sedang menanjak menuju puncak gelombang kedua.

Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini semakin bervariasi, salah satunya adalah happy hypoxia. Apa itu happy hypoxia?

 Happy hypoxia disebut juga dengan silent hypoxia.

Happy hypoxia adalah kondisi di mana saturasi oksigen seseorang menurun di bawah normal, tetapi tidak menunjukkan gejala apa pun.

Bahkan beberapa kasus menunjukkan saturasi oksigen hingga di bawah 70 persen.

Pasien dengan kondisi ini sering tidak menyadari bahwa mereka sedang kekurangan oksigen.

Bahkan mereka tidak menyadari bahwa mereka telah mengalami kerusakan organ yang lebih parah daripada yang dirasakan.

Hipoksia sendiri adalah kondisi di mana darah tidak membawa oksigen yang cukup ke seluruh organ.

Baca juga: Begini Kondisi Lansia di Jepang yang Telah Divaksin Covid-19 Sebanyak Empat Kali

Organ-organ vital, seperti otak dan hati, akan mengalami kerusakan tanpa suplai oksigen dalam beberapa menit saja.

Normalnya, pasien yang mengalami hipoksia akan mengalami sesak napas, napas pendek, bahkan hingga pingsan dan mengalami gagal organ.

Ini merupakan mekanisme normal tubuh jika terjadi kekurangan oksigen di dalam darah.

Mekanisme normal tubuh ini merupakan respons dari arteri karotid yang mendeteksi jika adanya kekurangan oksigen dalam darah, kemudian akan mengirimkan sinyal ke otak.

Para peneliti dari Seville Institute of Biomedicine menduga bahwa terjadinya silent hypoxia diakibatkan virus SARS-CoV-2 menyerang arteri karotid.

Hipotesisnya adalah arteri karotid gagal mendeteksi penurunan saturasi oksigen akibat virus corona yang menyerang organ ini pada tahap awal infeksi. Namun, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan hipotesis ini.

Sebuah penelitian lain yang dilakukan oleh peneliti dari Boston University Biomedical, menemukan bahwa Covid-19 menyebabkan perubahan pola peredaran darah pada tubuh manusia.

Baca juga: Sebar Berita Sesat Terkait Covid-19, dr Lois Owien Akhirnya Ditangkap Polisi

Beberapa pasien Covid-19 kehilangan kemampuan untuk mengalirkan darah ke jaringan yang rusak akibat virus corona.

Selain itu, peneliti juga menemukan bahwa pada pembuluh darah pasien akan mengalami inflamasi dan memicu gumpalan darah kecil sepanjang pembuluh darah.

Ini diduga sebagai salah satu kondisi yang dapat memicu silent hypoxia.

Kondisi ini bisa mengancam jiwa pasien karena bisa menyebabkan fase kritis secara tiba-tiba, bahkan bisa berakibat fatal.

                                    Gejala happy hypoxia

Seperti pembahasan sebelumnya, umumnya pasien dengan kondisi ini tak menyadari bahwa dirinya kekurangan oksigen.

Ini terjadi karena tubuh menyesuaikan dengan kadar oksigen yang ada, sama seperti jika seseorang mendaki gunung.

Namun, ada beberapa gejala yang mungkin dirasakan pasien, selain gejala umum Covid-19.

Baca juga: Afghan Positif Covid-19, Tak Rasakan Gejala Berlebihan Karena Sudah Vaksin

Gejala tersebut, antara lain, perubahan warna kulit menjadi kebiruan atau keunguan, terutama di ujung-ujung jari dan bibir, dan keringat berlebihan walaupun saat tidak beraktivitas berat.

Cara mengetes happy hypoxia bisa dilakukan dengan menggunakan oximeter, mengukur kadar gas dalam darah, dan tes berjalan selama enam menit.

Selain itu, jika gejala berikut ini terjadi, maka segeralah ke unit gawat darurat, yakni: saturasi oksigen di bawah 90 persen, mudah lelah, dan napas pendek saat berolahraga.

Termasuk napas pendek tiba-tiba, bahkan ketika sedang beristirahat.

Happy hypoxia adalah kondisi yang harus diperhatikan agar tidak sampai terjadi kerusakan organ.

Maka dari itu penting untuk selalu memonitor saturasi oksigen Anda, terutama bagi Anda yang telah terkonfirmasi positif Covid-19 dan menjalani isolasi mandiri di rumah dengan gejala ringan. (kompas.com)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved