Keluarga Eks Penghuni Minta Kerangkeng Dibuka Kembali
Sejak Rabu (26/1) pagi, ratusan warga berkumpul di area kerangkeng manusia yang ada di belakang rumah Bupati nonaktif Langkat Terbit Rencana ...
PROHABA.CO, MEDAN - Sejak Rabu (26/1) pagi, ratusan warga berkumpul di area kerangkeng manusia yang ada di belakang rumah Bupati nonaktif Langkat Terbit Rencana Perangin-angin.
Warga yang kebanyakan adalah keluarga penghuni atau eks penghuni kerangkeng meminta kerangkeng di rumah Terbit dibuka lagi.
Pasalnya, kerangkeng itu dianggap membantu warga merehabilitasi keluarga yang kecanduan narkoba.
Penolakan warga Berikut beberapa penolakan warga terkait ditutupnya kerangkeng yang didapat Kompas.com di lokasi, Rabu (26/1).
1. Kuhen Sembiring, "Rehabilitasi di sini gratis" Kuhen Sembiring (61), warga Kelurahan Sei Musam, Kecamatan Bahorok, Langkat mengaku bahwa anaknya yang berinisial ES (25) adalah penghuni kerangkeng tersebut.
Sebelum diserahkan ke kerangkeng milik Terbit, ES pernah dibawa ke tempat rehabilitasi yang ada di Lau Bakeri, Deli Serdang, Sumatera Utara.
Di rehabilitasi itu, kata Kuhen, dia harus mengeluarkan sejumlah biaya. Setelah keluar dari rehabilitasi di Lau Bakeri, ES memang sempat berhenti mengonsumsi narkoba selama dua tahun tapi kemudian terjerumus ke obat-obatan terlarang lagi.
Saat itu Kuhen mencari tempat rehabilitasi untuk anaknya, selain di Lau Bakeri.
Hingga akhirnya dia mengetahui tentang "tempat rehabilitasi" yang dibangun Terbit di rumahnya.
Berbeda dengan sebelumnya, tak ada biaya sepeserpun yang harus dikeluarkan Kuhen untuk mengobati anaknya.
Baca juga: Geledah Perusahaan Bupati Langkat, KPK Sita Uang Tunai dan Dokumen
Menurutnya, ES tampak senang tinggal di kerangkeng yang ada di rumah Terbit.
Setiap kali pulang ke rumah, ES pun terlihat tenang.
"Anaknya kini sudah sembuh dan badannya gemuk, mukanya pun tidak lagi pucat.
Cuma di tahun baru ini tak bisa berkunjung katanya belum boleh (karena) sibuk," katanya.
Ketika mengetahui ada pemberitaan bahwa penghuni kerangkeng rumah Terbit tidak diberi makan dengan layak, dipaksa bekerja 10 jam, dan sebagainya, Kuhen langsung menanyakan kebenarannya ke ES. "Dia bilang tidak benar.