Luar Negeri

Niat Hati Ingin Merantau, Satu Keluarga Tewas Membeku

Hampir setiap rumah di desa Dingucha India timur saat ini, memiliki anggota keluarga yang hidup baik setelah merantau ke Kanada atau Amerika Serikat

Editor: Muliadi Gani
INDIATIMES.COM
Jagdish Patel, (35) bersama istrinya, Vaishali, 33 (kiri) dan kedua anaknya. 

PROHABA.CO, NEW DELHI - Hampir setiap rumah di desa Dingucha India timur saat ini, memiliki anggota keluarga yang hidup baik setelah merantau ke Kanada atau Amerika Serikat.

Itu adalah fakta yang biasa warga teriakkan dengan bangga dari atap.

Namun, desa itu kini sunyi senyap.

Semua menutup mulut setelah kisah keluarga India yang terdiri atas ayah ibu dan dua anak ditemukan tewas membeku di perbatasan Amerika Utara.

Keluarga India yang terdiri atas empat orang itu, Jagdish Patel (39), istrinya Vaishali (37), putrinya Vihangi (11), dan Dharmik(3).

Mereka berangkat dari Dingucha pada 10 Januari, dengan visa pengunjung Kanada dicap di paspornya.

Membeku di perbatasan Mereka mendarat di Toronto pada 12 Januari.

Patel menelepon ayah dan sepupunya di India untuk memberi tahu mereka bahwa cuaca dingin, tetapi mereka semua baik-baik saja dan berada di hotel.

Baca juga: Hidup Sendiri di Hutan Singapura, Keluarganya di Batam Tidak Tahu

Enam hari kemudian, keluarga muda itu tiba di Emerson, sebuah kota kecil di perbatasan Kanada-AS, di mana suhu malam hari secara teratur turun di bawah -35 derajat Celsius di musim dingin.

Tampaknya mereka diturunkan di titik terdekat dengan mantel dan sarung tangan baru, dan kemudian mulai melakukan perjalanan berbahaya ke Amerika dengan berjalan kaki.

Dalam gelap gulita, mereka harus melalui apa yang digambarkan oleh penduduk setempat sebagai “lanskap seperti bulan” yang membekukan.

Malam berikutnya, keluarga Patel ditemukan mati beku di salju, 12 meter dari perbatasan AS.

Meskipun Gujarat, negara bagian tempat keluarga Patel tinggal, memiliki tingkat pengangguran terendah di negara itu, 95 persen dari pengangguran berpendidikan.

Di Dingucha, sebagian besar masih hidup dari bertani buah, gandum, kapas dan rempah-rempah.

Patel sendiri adalah putra seorang petani, berpendidikan dan sebelum pandemi bekerja di sebuah sekolah di dekat Gandhinagar.

Baca juga: Satu Keluarga Keracunan Ikan Buntal, Dua Tewas

Namun, selama dua tahun terakhir, setelah sekolah ditutup karena pandemi, dia memindahkan keluarganya kembali ke rumah orang tuanya di Dingucha dan membantu di pabrik garmen saudaranya dan di pertanian ayahnya.

Kepala desa Dingucha Mathur Jithakor (64 tahun), menggambarkan Patel sebagai “pria baik yang pendiam, sangat jujur, pekerja keras.

“Penghidupannya tampak baik-baik saja, tetapi banyak orang di desa kami telah pergi ke Kanada dan AS dan menjalani kehidupan yang baik di sana, menghasilkan uang yang baik.

Jadi mungkin dari situlah dia mendapat ide,” kata Jithakor.

Menurut penduduk desa, paman dan sepupu Patel tinggal di AS.

Berita kematian Patel memunculkan kekhawatiran untuk bisnis lokal yang semula berkembang pesat dengan memfasilitasi visa ke AS dan Kanada.

Bisnis ini sekarang berada di bawah pengawasan internasional.

Baca juga: Pasrah Divonis Roy Kiyoshi Sakit Pembengkakan Jantung: Takut, Aku Tulang Punggung Keluarga

Agen, yang memungut biaya besar, membantu orang mendapatkan visa pengunjung atau visa pelajar di institusi yang meragukan di Kanada, dan memungkinkan mereka tinggali secara ilegal.

Bagi yang ingin memasuki AS, rute biasa adalah melalui Meksiko atau Kanada dan melintasi perbatasan darat secara ilegal.

Menurut perkiraan lokal, lebih dari 2.000 orang dari Dingucha telah pergi selama beberapa dekade ke AS dan Kanada.

Uang yang mereka kirim kembali telah membangun beberapa kuil, menara air, sekolah, dan tempat tinggal bertingkat.

“Seluruh desa takut karena kejadian ini kerabat mereka di Amerika dan Kanada akan ditemukan dan dideportasi, jadi semua orang disuruh tutup mulut,” kata seorang warga desa dilansir Guardian pada Minggu (6/2/2022).

Sepupu Patel, Jaswant Patel mengaku tahu sedikit detail setelah Jagdish menelepon begitu tiba di Kanada.

“Dia terdengar senang di telepon, tetapi dia tidak menyebutkan rencana untuk pergi ke Amerika.

Menurutnya, karena mahalnya biaya penerbangan pulang jenazah, keluarga itu akan dimakamkan di Kanada.

Baca juga: Ditegur Pemuka Agama dan Keluarga, Dorce Gamalama Geram Wasiatnya Dikomentari

Penduduk setempat mengatakan tingginya biaya membayar agen untuk memfasilitasi perjalanan ke Amerika Utara, biasa membuat seluruh keluarga terlibat dalam peminjaman uang.

Biaya standar untuk keluarga dengan empat orang untuk sampai ke AS adalah 16,5 miliar rupee (Rp 3,1 miliar), jumlah yang mengejutkan, terutama untuk komunitas pertanian pedesaan.

Ayah Patel, seorang petani, dan dilaporkan membayar setengah uang tunai untuk perjalanan putranya ke AS dan setengah lainnya dalam bentuk tanah seluas 20 hektare.

Agen-agen itu sekarang menjadi fokus penyelidikan oleh Departemen Investigasi Kejahatan pusat India.

Minggu ini, petugas dari unit anti perdagangan manusia dikirim ke kota-kota di sekitar Dingucha tempat agen-agen ini beroperasi.

Di AS dan Kanada, 13 agen yang diduga memfasilitasi perdagangan ilegal dari India telah ditahan.

Para pejabat Kanada mengaku berharap tragedi yang menimpa keluarga Patels akan mengusir orang-orang yang berpikir untuk melakukan perjalanan ilegal. (Kompas.com)

Baca juga: Keluarga Eks Penghuni Minta Kerangkeng Dibuka Kembali

Baca juga: Keluarga di Inggris Miliki Anak Albino Terbanyak di Dunia

Baca juga: Nindya Karya dan Tuah Sejati Perkaya Diri, Negara Dirugikan Rp 313,3 Miliar

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved