Luar Negeri

Libya Rusuh Lagi, Pengunjuk Rasa Bakar Gedung Parlemen

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Uni Eropa mengutuk kerusuhan di Libya oleh pengunjuk rasa yang menyerbu gedung parlemen dan melakukan pembakaran

Editor: Muliadi Gani
VIA AFP PHOTO
Gambar yang diambil pada awal 2 Juli 2022 ini menunjukkan pemandangan gedung yang digunakan oleh gedung parlemen Libya yang berbasis di Tobruk di timur negara itu, dibakar oleh pengunjuk rasa yang mendobrak masuk saat berdemonstrasi menentang kondisi kehidupan yang memburuk dan kebuntuan politik. 

PROHABA.CO, TOBRUK - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Uni Eropa mengutuk kerusuhan di Libya oleh pengunjuk rasa yang menyerbu gedung parlemen dan melakukan pembakaran di Tobruk, untuk mengekspresikan kemarahan atas pemadaman listrik baru-baru ini.

Stasiun televisi lokal melaporkan bahwa pengunjuk rasa masuk ke gedung parlemen di Tobruk pada Jumat (1/7) dan melakukan tindakan vandalisme.

Gambar juga menunjukkan kolom asap hitam yang datang dari luar gedung.

Pasukan keamanan yang melindungi parlemen mundur dari lokasi itu, menurut Reuters mengutip seorang saksi mata.

Dilansir dari DW pada Sabtu (2/7), Penasihat khusus PBB untuk Libya, Stephanie Williams, menyebut penyerbuan gedung pemerintah "sama sekali tidak dapat diterima" sambil bersikeras bahwa "hak rakyat untuk melakukan protes secara damai harus dihormati dan dilindungi.

" Dia menyerukan "pengendalian" di semua sisi.

Kepala delegasi Uni Eropa di Libya Jose Sabadell di hari yang sama mengatakan "protes harus dilakukan secara damai dan menghindari segala jenis kekerasan," menambahkan bahwa "pengendalian khusus diperlukan mengingat situasi yang rapuh."

Baca juga: Penjara Ekuador Rusuh Lagi, 43 Tahanan Tewas

Baca juga: Dewi Perssik Mendadak Singgung Soal Pengkhianatan

Parlemen Libya, atau Dewan Perwakilan Rakyat, telah berbasis di Tobruk, ratusan kilometer sebelah timur ibu kota, Tripoli, sejak perpecahan timur-barat pada 2014.

Kerusuhan pada saat itu disebabkan oleh pemberontakan dan intervensi barat, yang menggulingkan diktator lama Muammar Gaddhafi tiga tahun sebelumnya.

Sebuah badan saingan, yang secara resmi dikenal sebagai Dewan Tinggi Negara, bermarkas di Tripoli.

Negara yang terpecah

Di Lapangan Martir Tripoli, beberapa ratus orang berkumpul untuk meneriakkan slogan-slogan menuntut listrik, mengkritik faksi-faksi bersenjata dan politisi dan menuntut pemilihan umum dalam protes terbesar ibu kota terhadap elit penguasa selama bertahun-tahun.

Kemarahan pada situasi meluas melintasi kesenjangan geografis antara kekuatan saingan negara itu.

Protes yang lebih kecil dari puluhan demonstran juga terjadi masing-masing di Benghazi dan Tobruk dan beberapa kota kecil.

Libya telah mengalami beberapa hari pemadaman listrik, diperburuk oleh blokade beberapa fasilitas minyak dengan latar belakang persaingan politik.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved