Tahukah Anda
Media Sosial Berdampak Buruk pada Kesehatan Mental
eneliti menemukan bahwa media sosial (medos) yang disebut bisa menghubungkan orang dan meningkatkan pengetahuan justru berpotensi membuat seseorang
PROHABA.CO - Peneliti menemukan bahwa media sosial (medos) yang disebut bisa menghubungkan orang dan meningkatkan pengetahuan justru berpotensi membuat seseorang merasa kesepian dan mengalami disinformasi.
Lebih lanjut, medsos menyebabkan gejala yang mengganggu kesehatan mental, seperti tidur terganggu, kepuasan hidup menurun, serta harga diri yang buruk.
Medsos menyebabkan disosiasi Amanda Baughan, seorang mahasiswi magister University of Washington, memelajari tentang interaksi manusia dengan komputer memicu fenomena psikologis, yaitu disosiasi.
Disosiasi merupakan kondisi di mana turunnya refleksi diri dan rendahnya perhatian seseorang.
Ia menjelaskan lebihlanjut, bagaimana medsos harus diubah untuk membuat manusia lebih banyak memiliki kendali atas media tersebut.
Disosiasi bisa muncul dalam berbagai bentuk.
Sederhananya, kita bisa menggambarkan disosiasi sebagai kondisi di mana pikiran kita terpisah dari aksi yang kita lakukan sehingga menurunkan kesadaran diri terhadap lingkungan sekitar.
Baca juga: Hampir Tiba Musim Panen Durian di Bener Meriah, Mulai Harga Rp 30.000/Buah
Baca juga: Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental Anak, Deteksi Sejak Usia Sekolah
Contoh disosiasi adalah ketika kita sedang membersihkan rumah, bisa jadi pikiran kita sambil mengawang-ngawang membayangkan hal lain.
Contoh lainnya adalah ketika kita asyik membaca buku atau menonton drama yang sedang seru.
Terkadang kita tidak menyadari betapa banyak waktu sudah terlewati ketika kita melakukan hal tersebut.
Hal serupa yang terjadi pada orang yang terserap ke dalam medsos.
Kita semua pasti pernah melakukan ‘mindless scrolling’ atau hanya melihat-lihat medsos tanpa membatasi diri atau mencari hal-hal yang bermanfaat untuk kita.
Disosiasi sendiri bisa menimbulkan dua sisi, yaitu sisi positif dan negatif.
Positifnya, jika kita mengalaminya ketika sedang bekerja, maka tanpa terasa pekerjaan kita sudah selesai, atau yang disebut dalam buku Ikigai sebagai flow.
Baca juga: Deddy Corbuzier Umumkan Rehat dari Media Sosial, Ada Apa?
Namun, sisi negatifnya adalah ketika kita melakukannya saat melihat media sosial, ini bisa jadi masalah bagi seseorang dalam manajemen waktu hariannya yang seharusnya bisa digunakan untuk kegiatan yang lebih produktif.
Cara mengatasi disosiasi akibat media sosial Amanda telah meneliti sebuah intervensi yang bisa membantu mengurangi disosiasi pada pengguna media sosial.
Intervensi tersebut adalah menyiapkan beberapa pesan interaktif setiap beberapa konten sekali.
pesan tersebut bisa berupa pilihan ganda singkat yang berkaitan dengan minat masing- masing pengguna.
Contoh intervensi tersebut adalah seseorang yang minat terhadap bola akan mendapatkan pesan interaktif mengenai berita bola terkini.
Cara ini terbukti membuat fokus pengguna kembali dan menurunkan disosiasi.
Baca juga: Mendengar Kicauan Burung Baik untuk Kesehatan Mental
Cara kedua yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan pengaturan mengenai batasan waktu penggunaan medsos.
Misalnya ketika seseorang sudah menghabiskan satu jam dalam media tersebut, maka media tersebut memberitahukan durasi waktu yang sudah dihabiskan dan menyarankan untuk keluar dari aplikasi tersebut.
Amanda menemukan kedua cara tersebut efektif menurunkan disosiasai pada pengguna media sosial yang menjadi partisipan penelitiannya.
Partisipan mengatakan, cara tersebut membuat mereka lebih sadar pada informasi yang mereka baca di medsos dan membatasi durasi penggunaan.
Cara ini bisa menjadi solusi untuk mengurangi dampak buruk penggunaan medsos.
(Kompas.com)
Baca juga: Kapolres Bener Meriah Buka Pelatihan Pembuatan Konten di Media Sosial bagi Bhabinkamtibmas
Baca juga: Viral di Media Sosial, Petugas Dishub Rusak Spion Mobil yang Langgar Lokasi Parkir, Berikut Faktanya
Baca juga: Aksi Bunda Corla Roasting Lagu Indonesia Viral di Media Sosial, Deretan Artis Beri Respons Positif