Palestina vs Israel

Krisis Kemanusiaan di Gaza Cukup Mengerikan

Warga palestina krisis segala aspek kebutuhan mulai dari layanan medis, makanan, air minum, kebersihan hingga tempat tinggal.

Penulis: Dedek Sumarnim | Editor: Jamaluddin
AFP/DAWOOD NEMER
Warga palestina mengantre untuk mengisi tabung air di Kota Gaja pada 16 Oktober 2023. 

Sehubungan dengan kondisi itu, lembaga-lembaga bantuan memperingatkan bahwa kekurangan pasokan bahan medis akan menjadi 'bencana' di wilayah yang terkepung tersebut.

PROHABA.CO – Serangan dan blokade Israel membuat layanan dan sumber daya penting di Gaza menuju jurang kehancuran.

Pemboman tanpa hentinya di Gaza selama sepuluh hari oleh pasukan Israel sudah menyebabkan kerusakan luas pada sekolah-sekolah dan rumah sakit serta membuat hampir satu juta orang mengungsi.

Sehubungan dengan kondisi itu, lembaga-lembaga bantuan memperingatkan bahwa kekurangan pasokan bahan medis akan menjadi 'bencana' di wilayah yang terkepung tersebut.

Komite Palang Merah Internasional (ICRC) menggambarkan situasi di Gaza sebagai hal yang 'menjijikkan' karena warga harus berjuang keras untuk mendapatkan kebutuhan dasar seperti makanan dan air.

Selain itu, warga sipul juga harus berjuang untuk mendapatkan perawatan medis di rumah sakit.

Sebelumnya, Israel sudah memerintahkan 1,1 juta rakyat Palestina untuk pindah dari utara ke selatan.

Perintah itu menimbulkan kepanikan dan kesengsaraan bagi puluhan ribu orang di wilayah yang menghadapi stagnasi ekonomi akibat 16 tahun blokade Israel.

Baca juga: PBB: Meninggalnya Jurnalis Shiren Abu Akleh Merupakan Pelanggaran HAM yang Dilakukan Israel di Jenin

Inilah beberapa hal sebagai ekses serangan Israel baru-baru ini terhadap kehidupan warga Gaza menjadi lebih sulit:

Pelayanan medis

Kelompok Bantuan Medis untuk Palestina (MAP) yang berbasis di Inggris mengatakan bahwa rumah sakit di Gaza menghadapi kekurangan pasokan medis  akibat 'blokade total' yang dilakukan Israel.

Manajer Advokasi dan Kampanye MAP di Tepi Barat, Aseel Baidoun, kepada Aljazeera mengatakan, persediaan bahan untuk penanganan darurat, trauma, dan bedah dengan cepat habis di rumah sakit dan gudang mitra kesehatan.

Hal itu terjadi karena belum memungkinkan masuknya pasokan bantuan kemanusiaan dari pihak lain,” ujar Aseel Baidoun.

 “Ada kekurangan darah, persediaan obat-obatan terbatas," sambungnya dikutip dari Aljazeera.

Menurut Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA), pemadaman listrik di seluruh Gaza membuat rumah sakit yang ada di wilayah itu harus menggunakan generator eksternal  sebagai sumber energi cadangan agar listrik dapat terus hidup hingga beberapa jam ke depan.

Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved