Palestina vs Israel

Krisis Kemanusiaan di Gaza Cukup Mengerikan

Warga palestina krisis segala aspek kebutuhan mulai dari layanan medis, makanan, air minum, kebersihan hingga tempat tinggal.

Penulis: Dedek Sumarnim | Editor: Jamaluddin
AFP/DAWOOD NEMER
Warga palestina mengantre untuk mengisi tabung air di Kota Gaja pada 16 Oktober 2023. 

Banyak dari warga seperti pasien ginjal dan kanker, berada di antara hidup dan mati .

Hal ini akan menempatkan ribuan pasien pada risiko besar.

Baca juga: Israel Mulai Lancarkan Serangan ke Lebanon, Sebut Sasar Hezbollah

Menurut Dana Kependudukan PBB, saat ini 50.000 wanita hamil di Gaza tidak dapat mengakses fasilitas kesehatan karena beberapa rumah sakit sudah dibom oleh Israel.

Direktur Regional ICRC untuk Timur Dekat dan Tengah, Fabrizio Carboni, mengatakan, bayi baru lahir yang berada di inkubator rumah sakit juga berisiko jika listrik padam

Direktur Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Nasser, Mohamed Kandil, kepada Aljazeera mengatakan, rumah sakit tidak bisa beroperasi lebih lama lagi karena listrik masih padam dan generator berbahan bakar milik rumah sakit akan segera mati.

"Sistem kesehatan akan runtuh.

Rumah sakit akan berubah menjadi kuburan,” ujar Mohamed Kandil.

"Rumah sakit yang terletak di Khan Younis itu menerima pasien baru setiap menit menyusul aliran pasien yang terus menerus selama seminggu terakhir,” tambahnya.

Menurut UNRWA, akibat kekurangan kantong jenazah, warga terpaksa menyimpan jenazah di truk es krim.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan Gaza, Ashraf al-Qidra, mengimbau masyarakat untuk pergi ke Rumah Sakit Shifa--rumah sakit terbesar di wilayah tersebut--untuk menyumbangkan darah agar bisa diberikan kepada warga lain yang membutuhkan.

“Jika rumah sakit berhenti bekerja, seluruh dunia akan bertanggung jawab atas nyawa ratusan bahkan ribuan pasien yang bergantung pada layanan kami, terutama dari Shifa,” tegas al-Qidra.

Baca juga: Di Tengah Serangan Besar, Setelah Banjir, Kini Badai Pasir Mengerikan Landa Israel

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, rumah sakit 'kebanjiran' pasien yang sebagian besar adalah orang-orang yang mencari keselamatan dari serangan Israel.

Kerusakan langsung akibat serangan udara Israel menyebabkan 24 fasilitas kesehatan, termasuk enam rumah sakit rusak. 

Selain itu, sebut WHO, 15 petugas kesehatan meninggal dunia dan 27 lainnya luka-luka, serta 23 ambulans rusak.

Sebanyak 23 fasilitas pemerintah dan LSM lain yang hanya beroperasi sebagian, merawat rata-rata 1.000 pasien setiap hari.

Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved