Konflik Palestina vs Israel

Anak-anak di Gaza Alami Trauma Berat Karena Serangan Israel yang Seakan Tak Ada Ujungnya

Hampir setiap anak di Jalur Gaza mengalami trauma yang berat dan berlebihan dikarenakan kehancuran yang meluas efek dari serangan tanpa henti.

Penulis: Luthfi Alfizra | Editor: Muliadi Gani
KATA KHATIB/AFP
Warga Palestina berjalan di tengah puing-puing bangunan yang hancur dan rusak di pusat kota Khan Yunis yang dibombardir hebat di Jalur Gaza selatan setelah penembakan Israel semalaman, pada 10 Oktober 2023. 

PROHABA.CO, YERUSALEM - Aksi pemboman yang dilakukan Israel terhadap wilayah Gaza dikecam oleh United Nations Children's Fund (UNICEF) dikarenakan serangan yang selama ini terjadi telah menyebabkan 2.360 anak meninggal dunia.

UNICEF terus berupaya menyerukan gencatan senjata segera dan memberikan akses bantuan kemanusiaan yang berkelanjutan dan tanpa hambatan.

Terdapat sebanyak 5.364 anak di Gaza terluka dalam serangan yang tak henti-henti oleh pasukan militer Israel.

Pada 7 Oktober lalu kelompok pasukan perjuangan Hamas nelancarkan serangan mendadak terhadap Israel yang menyebabkan lebih 1.400 orang tewas.

Lalu militer Israel membalas tanpa henti dengan cara membom Gaza sehingga menyebabkan 5.791 orang meninggal dunia dan sebagian besar korban jiwa tersebut merupakan anak kecil.

Melansir dari Aljazeera, "Situasi di Jalur Gaza semakin menodai hati nurani kita.

Tingkat kematian dan cedera pada anak-anak sungguh mengejutkan," kata Adele Khodr, direktur regional UNICEF untuk Timur Tengah dan Afrika Utara.

Hampir setiap anak di Jalur Gaza mengalami trauma yang berat dan berlebihan dikarenakan kehancuran yang meluas efek dari serangan tanpa henti dan tanpa ampun.

Sejumlah anak-anak mencari barang-barang dari puing-puing rumah mereka yang hancur terkena rudal jet tempur Israel di Kota Rafah, Jalur Gaza selatan, Palestina, Senin (8/8/2022)
Sejumlah anak-anak mencari barang-barang dari puing-puing rumah mereka yang hancur terkena rudal jet tempur Israel di Kota Rafah, Jalur Gaza selatan, Palestina, Senin (8/8/2022) (AFP/SAID KHATIB)

Bukan hanya itu saja, kekurangan kebutuhan sehari-hari seperti makan, air, dan obat-obatan juga menjadi faktor yang membuat anak di Gaza mengalami trauma yang berat.

UNICEF menyebutkan bahwa Lonjakan jumlah korban yang sangat mengkhawatirkan terjadi di tepi barat Gaza.

Sebanyak 28 anak meninggal dunia dan setidaknya 160 orang dilaporkan menderita luka-luka.

UNICEF mengatakan 30 anak dilaporkan tewas dalam kekerasan baru-baru ini di Israel, sementara puluhan anak lainnya masih ditahan di Gaza setelah Hamas menawan sekitar 220 orang.

“Pembunuhan dan pencacatan terhadap anak-anak, penculikan anak-anak, penyerangan terhadap rumah sakit dan sekolah, serta penolakan akses kemanusiaan merupakan pelanggaran berat terhadap hak-hak anak,” kata Khodr.

UNICEF segera menghimbau semua pihak untuk menyetujui gencatan senjata, mengizinkan akses kemanusiaan dan membebaskan semua sandera.

Bahkan perang pun mempunyai aturan. Warga sipil harus dilindungi, khususnya anak-anak, dan segala upaya harus dilakukan untuk menyelamatkan mereka dalam segala situasi.”

Baca juga: Israel Serang Kamp Pengungsian Jabalia di Gaza, 30 Orang Meninggal

Sekjen PBB Antonio Guterres juga memperbarui seruan gencatan senjata pada Selasa (25/10) dan mengatakan hukum internasional dilanggar dalam perang antara Israel dan Hamas.

Dia mengatakan warga Palestina “telah menjadi sasaran pendudukan yang menyesakkan selama 56 tahun”, namun keluhan warga Palestina tidak membenarkan serangan Hamas.

Pada saat yang sama, “serangan mengerikan oleh Hamas tidak dapat membenarkan hukuman kolektif terhadap rakyat Palestina”, lanjutnya.

Dengan trauma perang dan pendudukan yang terus-menerus, empat dari lima anak di Gaza hidup dalam depresi, kesedihan dan ketakutan, menurut laporan tahun 2022 oleh Save the Children.

Lebih dari separuh dari mereka bergumul dengan pikiran untuk bunuh diri dan trauma menyaksikan kematian anak-anak lain.

Pekan lalu, sebuah LSM Palestina mengatakan satu anak di Gaza meninggal setiap 15 menit dalam pemboman yang sedang berlangsung oleh Israel.

“Kami menyaksikan genosida secara real time,” kata juru bicara Pertahanan untuk Anak Internasional – Palestina (DCIP) .

Di tengah perang, pendidikan terhenti dan sekolah-sekolah digunakan untuk menampung para pengungsi.

Sekolah dan rumah sakit juga mengalami kerusakan akibat serangan udara yang sedang berlangsung.

Israel memblokade Jalur Gaza setelah serangan Hamas, mencegah masuknya makanan, bahan bakar, dan bantuan reguler.

Pada minggu lalu, beberapa lusin truk yang membawa bantuan telah diizinkan masuk melalui perbatasan Rafah dengan Mesir, namun LSM mengatakan pasokan yang ada tidak mencukupi.

Baca juga: Konvoi Bantuan Kedua Berhasil Masuk ke Gaza di Tengah Gempuran Israel

Kurangnya air yang parah dan mendesak juga menimbulkan dampak buruk bagi anak-anak, kata UNICEF pada Selasa (24/10), seraya mencatat bahwa sebagian besar sistem air telah terkena dampak parah atau tidak dapat beroperasi karena kekurangan bahan bakar dan kerusakan pada infrastruktur penting.

UNICEF mengatakan bahan bakar, yang tidak diizinkan Israel masuk ke Gaza, sangat penting untuk pengoperasian fasilitas penting seperti rumah sakit, pabrik desalinasi, dan stasiun pompa air.

Dikatakan juga bahwa unit perawatan intensif neonatal, yang beberapa di antaranya menampung bayi baru lahir di inkubator, bergantung pada ventilasi mekanis, sehingga pasokan listrik yang tidak terputus menjadi masalah hidup dan mati.

“Tanpa akses kemanusiaan, kematian akibat serangan bisa menjadi puncak gunung es,” kata Khodr.

“Jumlah korban jiwa akan meningkat secara eksponensial jika inkubator mulai tidak berfungsi, jika rumah sakit menjadi gelap, jika anak-anak terus meminum air yang tidak aman dan tidak memiliki akses terhadap obat-obatan ketika mereka sakit.”

(Penulis adalah mahasiswa internship Universitas Teuku Umar, Meulaboh)

Baca juga: Tawanan Israel Mengaku di Perlakukan Baik saat Menjadi Sandera Pasukan Perjuangan Hamas di Gaza

Baca juga: Hizbullah: jika Israel Perang Darat di Gaza Kami Siap Melawan

 

Update berita lainnya di PROHABA.co dan Google News.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved