Pengungsi Rohingya

Sebut Banyak Akun Medsos Sebar Disinformasi tentang Rohingnya, Ini Penjelasan Nicko Pandawa Shum

Hal inilah yang mendorong naluri pengungsi Rohingya untuk mencari tempat penghidupan yang layak dengan mempertaruhkan nyawanya mengarungi lautan.

Penulis: TM Farizi | Editor: Jamaluddin
Prohaba.co / TM Farizi
Majelis Ta'lim Al Mukminun menyelenggarakan ICOMAF edisi 23. 

Salah satu disinformasi yang disebarkan, sebutnya, adalah pengungsi Rohingya melakukan demo penuntutan hak atas tanah di Malaysia. Padahal, itu adalah aksi demonstrasi yang dilakukan di depan Kedutaan Besar Myanmar di Malaysia pada tahun 2017 lalu.

PROHABA.CO, BANDA ACEH – Sejarawan Muslim yang juga influencer, Nicko Pandawa Shum, mengatakan, banyak akun media sosial (medsos) yang saat ini gencar menyebarkan disinformasi atau informasi salah tentang Rohingya.

Salah satu disinformasi yang disebarkan, sebutnya, adalah pengungsi Rohingya melakukan demo penuntutan hak atas tanah di Malaysia.

Padahal, itu adalah aksi demonstrasi yang dilakukan di depan Kedutaan Besar Myanmar di Malaysia pada tahun 2017 lalu.

“Itu tahun 2017 ketika Junta Militer Myanmar membantai habis-habisan orang-orang Rohingya di Arakan,” ujarnya saat menjadi narasumber dalam acara Islamic Civilization in Malay Archipelago Forum (ICOMAF) Edisi 23 di Aula Hotel Masjid Oman Al-Makmur, Banda Aceh, pada Sabtu (9/12/2023) malam.

Karena itu, lanjut dia, masyarakat harus selalu ingat dengan perintah Allah SWT untuk melakukan Tabbayun yakni mencari kejelasan dari setiap informasi yang didapatkan.

Sementara itu, Protection Associate UNHCR, Faisal Rahman, dalam acara tersebut mengungkapkan tentang kondisi Cox's Bazar, tempat bernaungnya hampir 1 juta pengungsi Rohingnya di Bangladesh.

Menurutnya, pengungsi Rohingya di Cox’s Bazar masih tinggal dalam tenda-tenda dan potensi masalah yang kian meninggi di kawasan tersebut.

Hal inilah yang mendorong naluri pengungsi Rohingya untuk mencari tempat penghidupan yang layak dengan mempertaruhkan nyawanya mengarungi lautan.

Faisal menegaskan, ketika etnis Rohingya mengungsi ke Cox’s Bazar dari Myanmar, UNHCR segera melakukan pendataan dan memberi status sebagai pengungsi.

“Saat mereka mendarat di Indonesia, (muncul pertanyaan) ‘kok sudah ada kartu UNHCR’.

Kan begitu isunya?

Nah saat pemberian status pengungsi, status tersebut tidak akan pernah hilang kecuali dia dapat kembali ke negaranya,” jelasnya.

Dia menjelaskan, kartu UNHCR merupakan satu-satunya identitas yang dimiliki pengungsi Rohingya.

Sehingga ketika dia bergerak ke mana pun, kartu tersebut menjadi pegangannya sebagai identitas diri.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved