Kajian Ilmu Falak
Kapan 1 Ramadhan 1445 H? Berikut Penjelasan Dosen IAIN Lhokseumawe Menurut Hasil Kajian Ilmu Falak
Menjelang berakhirnya bulan Sya’ban 1445 Hijriah, banyak yang bertanya kapan awal dan akhir bulan Ramadhan pada tahun ini.
Menurut Tgk Ismail, ada 3 kriteria yang masih mendominasi dalam penentuan awal bulan Hijriah di Indonesia. Ketiga kriteria itu adalah Rukyah Hilal, Hisab Hakiki Imkan Rukyat, dan Hisab Hakiki Wujudul Hilal.
Laporan Saiful Bahri I Lhokseumawe
PROHABA.CO, LHOKSEUMAWE – Penentuan awal bulan suci Ramadhan, Syawal dan Zulhijjah sering terjadi perbedaan antara beberapa kalangan di Tanah Air.
Menjelang berakhirnya bulan Sya’ban 1445 Hijriah, banyak yang bertanya kapan awal dan akhir bulan Ramadhan pada tahun ini.
Terkait hal itu, Ketua Jurusan Ilmu Falak Fakultas Syariah IAIN Lhokseumawe, Dr Tgk Ismail SSy MA, menjelaskan, salah satu penyebab utama masih terjadinya perbedaan itu karena belum ada kesepakan dalam menggunakan kriteria untuk penentuan awal bulan Hijriah antara pemerintah dengan organisasi masyarakat (ormas) Islam di Indonesia.
Menurut Tgk Ismail, ada 3 kriteria yang masih mendominasi dalam penentuan awal bulan Hijriah di Indonesia.
Ketiga kriteria itu adalah Rukyah Hilal, Hisab Hakiki Imkan Rukyat, dan Hisab Hakiki Wujudul Hilal.
Berikut penjelasan ketiga kriteria itu dikutip dari Serambinews.com:
Rukyah Hilal
Rukyah hilal merupakan salah satu metode penentuan awal bulan Hijriah yang masih dipertahankan sampai saat ini.
Rukyah hilal merupakan aktivitas mengamati hilal pada saat matahari terbenam setelah konjungsi di hari ke-29 bulan berjalan.
Bila hilal berhasil dilihat pada sore tersebut, maka besok sudah masuk bulan baru dan bulan berjalan berusia 29 hari.
Sebaliknya, bila hilal tidak terlihat karena mendung atau karena belum imkan rukyat, maka esoknya masih dianggap hari ke-30 dari bulan berjalan.
Seperti inilah terus dilakukan dalam penentuan awal bulan Hijriah dengan metode rukyah hilal.
Rukyah hilal pada dasarnya hanya bisa dijadikan penentuan awal bulan Hijriah yang bersifat bulanan, tidak bisa dijadikan tahunan.
Sebab, setiap bulan harus ditetapkan setelah melakukan rukyah hilal.
Sehingga kriteria ini tidak bisa digunakan untuk membuat kalender Hijriah yang bersifat tahunan.
Seiring perkembangan waktu, rukyah hilal ini tidak hanya sebatas pengamatan semata, namun sudah dipadukan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ilmu falak mulai digunakan dalam menghitung posisi hilal yang akan diamati dan teleskop sudah mulai digunakan dalam melakukan rukyah hilal.
Kehadiran ilmu falak dan teleskop kian memperkuat metode rukyah hilal sebagai salah satu kriteria dalam penentuan awal bulan Hijriah di Indonesia.
Salah satu ormas Islam yang masih menggunakan kriteria rukyah hilal dalam penentuan awal bulan Hijriah adalah Nahdlatul Ulama (NU).
Dalam penyusunan kalender Hijriah, NU menggunakan kriteria Imkan Rukyat yaitu tinggi hilal minimal 3 derajat dengan sudut elongasi minimal 6,4 derajat.
Namun dalam penetapan setiap bulan Hijriah menggunakan metode rukyah hilal yang ditetapkan melalui ikbar yang selalu diedarkan setiap bulan.
Rukyah hilal menjadi penentu, sedangkan hasil hisab hanya pembantu dalam penetapan awal bulan Hijriah di kalangan NU.
Hal ini bisa dilihat pada ikhbar penetapan awal bulan Jumadil Akhir 1445 H, di mana pada Rabu, 13 Desember 2023 bertepatan dengan 29 Jumadil Awal, hilal sudah imkan rukyat di seluruh Indonesia, namun 23 lokasi pemantauan hilal di Indonesia melaporkan hilal tidak terlihat sehingga Kamis, 14 Desember 2023 masih dihitung hari ke-30 Jumadil Awal 1445 H dan 1 Jumadil Akhir ditetapkan Jumat, 15 Desember 2023.
Hisab Hakiki Imkan Rukyat
Hisab Hakiki Imkan Rukyat merupakan sebuah metode dalam penentuan awal bulan Hijriah dengan mengedepankan beberapa kriteria.
Secara sederhana, pengertian Imkan Rukyat adalah kondisi hilal mungkin untuk dilihat bila sudah terpenuhi kriteria yang sudah disepakati yang mendasari pada peredaran bulan secara hakiki.
Kriteria ini terus berkembang seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Di Indonesia sudah menerapkan dua macam kriteria imkan rukyat.
Pertama, imkan rukyat dengan kriteria tinggi hilal minimal 2 derajat dengan besaran sudut elongasi minimal 3 derajat, dan atau umur hilal sudah melebihi 8 jam setelah konjungsi, kriteria ini dikenal dengan kriteria MABIMS 2.3&8.
Kedua, imkan rukyat dengan kriteria tinggi hilal minimal 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat, kriteria ini dikenal dengan kriteria Neo-MABIMS 3.6,4.
Lalu, ada dua fungsi kriteria imkan rukyat dalam tatanan praktis.
Pertama, sebagai pedoman dalam menyusun kalender Hijriah untuk keperluan administratif, baik bagi penganut rukyat atau penganut hisab.
Kedua, sebagai verifikasi terhadap kesaksian rukyah hilal dalam penetapan awal bulan Hijriah bagi penganut rukyat.
Artinya, bila kondisi hilal sudah memenuhi kriteria imkan rukyat, maka kesaksian melihat hilal akan diterima sebagai dasar untuk isbat hilal.
Namun, bila kesaksian hilal dengan kondisi di bawah kriteria imkan rukyat, maka kesaksian hilal akan ditolak sebagai dasar isbat hilal.
Hisab Hakiki Wujudul Hilal
Hisab hakiki wujudul hilal merupakan sebuah metode dalam penetapan awal bulan Hijriah.
Secara sederhana, metode ini menggunakan kriteria hilal sudah wujud di atas ufuk barat setelah terjadi konjungsi atau bulan terbenam setelah matahari terbenam.
Dalam menetapkan awal bulan Hijriah, metode ini murni berpatokan pada hasil perhitungan saja tanpa mengayitkan kepada rukyah hilal ataupun imkan rukyat.
Hal ini mengakibatkan pengguna metode ini bisa mengumumkan awal bulan Hijriah seperti awal Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah jauh hari sebelum datang bulan tersebut.
Salah satu ormas Islam di Indonesia yang masih menggunakan metode ini adalah Muhammadiyah.
Dalam maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor 1/MLM/I.0/E/2024, sudah menetapkan awal Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah untuk tahun 1445 Hijriah. 1 Ramadhan 1445 H jatuh pada hari Senin, 11 Maret 2024, 1 Syawal 1445 H jatuh pada hari Rabu, 10 April 2024, dan 1 Zulhijah 1445 H jatuh pada hari Sabtu, 8 Juni 2024.
Maklumat yang ditetapkan pada 12 Januari 2024 tersebut mengakibatkan banyak yang bertanya-tanya mengapa Muhammadiyah bisa mengumumkan awal Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah lebih awal ketimbang ormas Islam lain dan pemerintah sendiri.
Jawaban sederhananya adalah karena Muhammadiyah menggunakan metode hisab dalam penetapan awal bulan Hijriah untuk keperluan administrasi dan ibadah.,
Sedangakan pemerintah dan ormas Islam lain menggunakan rukyah hilal sebagai metode dalam penetapan awal Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah.
Sementara hisab dengan metode imkan rukyat hanya digunakan untuk penyusunan kalender saja.
Tgk Ismail mengungkapkan, dalam kajian ilmu falak, untuk mengetahui awal bulan Hijriah--yang di dalamnya termasuk awal bulan Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah--sangat tergantung pada kondisi hilal secara astronomis.
Ada tiga data yang perlu diketahui secara astronomis yang menjadi acuan analisis kriteria dalam penetapan awal bulan Hijriah.
Pertama, konjungsi geosentrik atau ijtma’ yaitu peristiwa ketika nilai bujur ekliptika bulan sama dengan nila ekliptika matahari dengan diandaikan pengamat berada di pusat bumi.
Kedua, tinggi hilal yang merupakan jarak sudut antara piringan bawah hilal dengan garis ufuk barat yang terbentuk saat matahari terbenam di tempat pengamatan.
Ketiga, elogasi bulan yaitu jarak sudut antara pusat piringan bulan dengan pusat piringan matahari yang terbentuk saat matahari terbenam di tempat pengamatan.
Berikut data astronomis yang dihitung berdasarkan pada lokasi Tugu 0 Kilometer Indonesia di Sabang:
1 Ramadhan 1445 Hijriah
Konjungsi: Minggu, 10 Maret 2024 Pukul 16.00.18 WIB
Ketinggian hilal: 00 derajat 30 menit 42 detik busur di atas ufuk mar’iy
Sudut elongasi: 02 derajat 42 menit 14 detik busur
1 Syawal 1445 Hijriah
Konjungsi: Selasa, 9 April 2024 Pukul 01.20.47 WIB
Ketinggian hilal: 07 derajat 14 menit 43 detik busur di atas ufuk mar’iy
Sudut elongasi: 10 derajat 13 menit 42 detik busur
1 Zulhijjah 1445 Hijriah.
Konjungsi: Kamis, 6 Juni 2024 Pukul 19:37:35 WIB
Ketinggian hilal Jumat, 7 Juni 2024: 10 derajat 21 menit 55 detik busur di atas ufuk mar’iy
Sudut elongasi Jumat, 7 Juni 2024: 13 derajat 15 menit 04 detik busur
Merujuk pada data astronomis di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa 1 Ramadhan 1445 H ada potensi berbeda.
Secara metode hisab hakiki wujudul hilal, 1 Ramadhan 1445 Hijriah jatuh pada hari Senin, 11 Maret 2024.
Sedangkan secara metode hisab hakiki imkan rukyat, 1 Ramadhan 1445 Hijriah jatuh pada hari Selasa, 12 Maret 2024.
Sedangkan untuk 1 Syawal 1445 H atau hari raya Idul Fitri 1445 Hijriah, besar peluang jatuh pada hari yang sama yaitu Rabu, 10 April 2024.
Untuk 1 Zulhijah 1445 Hijriah juga berpeluang jatuh pada hari yang sama yaitu Sabtu, 8 Juni 2024 M dan hari raya Idul Adha 1445 H jatuh pada Senin, 17 Juni 2024. (*)
Update berita lainnya di PROHABA.co dan Google News
1 Ramadhan 1445 H
Hasil Kajian Ilmu Falak
Dosen IAIN Lhokseumawe
Dr Tgk Ismail SSy MA
Tgk Ismail
IAIN Lhokseumawe
Ketua Jurusan Ilmu Falak Fakultas Syariah
Prohaba.co
Massa Demo Polda Aceh, Kapolda Aceh Akui Sakit Hati |
![]() |
---|
Maia Estianty Ikut Berduka Driver Ojol Meninggal Dilindas Rantis Brimob |
![]() |
---|
Kebakaran Dini Hari di Aceh Besar, Rumah dan Balai Pengobatan Serta Dua Sepmor Ikut Hangus |
![]() |
---|
Tragedi di Tengah Demo DPR, Driver Ojol Tewas Dilindas Kendaraan Polisi |
![]() |
---|
Parah! Tenaga Ahli DPRD Dairi Ditangkap dalam Kasus Begal Payudara, Ternyata Berulang Kali Beraksi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.