Konflik Palestina vs Israel

Sambut Ramadhan, Aksi Sekelompok Warga Israel Nekat Dekati Gaza Ingin Kirim Makanan

Aksi sekelompok yang berkonvoi terdiri dari 30 kendaraan itu nekat menuju perbatasan wilayah Gaza sempat mencapai jarak 3 km dari perlintasan

Editor: Muliadi Gani
AFP/JACK GUEZ
Konvoi 30 kendaraan yang dikemudikan oleh para aktivis Israel dari gerakan 'Stand Together', berkumpul di kota Ashkelon, Israel selatan, dekat perbatasan dengan Jalur Gaza pada tanggal 7 Maret 2024, sebagai bentuk dukungan bagi warga Palestina. Dengan membawa bantuan makanan dan mengenakan kaos Jangan Biarkan Gaza Kelaparan!, puluhan aktivis Israel melaju menuju perbatasan wilayah yang terkepung dan berada dalam jarak tiga kilometer dari perlintasan perbatasan Kerem Shalom sebelum polisi mengembalikannya.( 

PROHABA.CO, TEL AVIV -  Aksi sekelompok yang berkonvoi terdiri dari 30 kendaraan itu nekat menuju perbatasan wilayah Gaza sempat mencapai jarak 3 km dari perlintasan perbatasan Kerem Shalom.

Aksi itu dilakukan puluhan warga Israel pada Kamis (7/3/2024), untuk menunjukkan dukungan bagi warga Palestina di sana.

Mereka membawa bantuan makanan dan mengenakan kaus bertuliskan "Jangan Biarkan Gaza Kelaparan!".

Namun, polisi kemudian meminta mereka putar balik.

Aksi tersebut diketahui dirancang oleh gerakan akar rumput di Israel bernama Stand Together.

Penyelenggara mengaku sebenarnya sudah menduga akan direspons seperti apa oleh petugas.

Tetapi, mereka nekat tetap melakukan konvoi sebagai tindakan simbolis peduli terhadap penderitaan warga Palestina.

Baca juga: Israel Hancurkan Gaza melalui Taktik Kelaparan Sebut Pakar PBB, Warga Israel Dukung Palestina

Anggota kolektif Stand Together, Nadav Shofet, menjelaskan tujuan aksi adalah untuk menunjukkan bahwa ada juga orangorang di Israel yang merasa apa yang terjadi di Gaza tidak dapat diterima.

Selain mengenakan kaus ungu bertuliskan "Jangan biarkan Gaza kelaparan!", sekelompok warga israel itu juga mengikatkan pita kuning di kaca spion mobil mereka.

Itu menjadi simbol kampanye untuk membawa kembali para sandera yang disandera oleh Hamas dalam serangan 7 Oktober.

Para militan menyandera sekitar 250 orang pada hari itu, dan Israel meyakini bahwa 99 orang di antaranya masih hidup di Gaza dan 31 orang telah meninggal.

"Perjuangan kami melawan Hamas dibenarkan," kata seorang terapis wicara berusia 39 tahun, Orly Shay Keslassy, yang ikut serta dalam demonstrasi hari Kamis.

"Namun kita tidak bisa mengabaikan bahwa ada jutaan orang yang tidak bersalah di Gaza. Saya tidak bisa hidup sebagai warga Israel dengan mengetahui bahwa pemerintah saya dan beberapa orang di Israel tidak ingin orang-orang di Gaza mendapatkan makanan yang cukup," tambahnya.

Terlepas dari sikap solidaritas mereka terhadap para sandera, para demonstran mengundang kemarahan Ilan Enia, seorang sopir truk Israel yang menyaksikan mereka pergi menuju Kerem Shalom.

Baca juga: Polres Mojokerto Tangkap Pemuda di Mojokerto Jual Pacarnya untuk Layanan Threesome

Baca juga: Makanan Olahan Berlebihan Berdampak Negatif bagi Tubuh, Ini Faktanya

"Memalukan, memalukan, mengirim truk ke Gaza sementara tentara kita dibunuh," katanya, menggunakan kata-kata kotor untuk mengekspresikan apa yang dia pikir bisa dilakukan para demonstran terhadap diri mereka sendiri.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved