Kajian Islam

Ini Manfaat Mengingat Kematian dan Persiapkan Bekal untuk Akhirat Menurut Pimpinan Raudhatul Qur'an

Pimpinan Dayah Raudhatul Qur'an, Dr Tgk H Sulfanwandi Hasan MA, mengatakan, kehidupan yang kita jalani sekarang adalah perjalanan menuju kematian.

Editor: Jamaluddin
ISTIMEWA
PIMPINAN RAUDHATUL QUR’AN - Pimpinan Dayah Raudhatul Qur’an, Tungkop, Aceh Besar, Dr Tgk H Sulfanwandi Hasan MA. Tgk Sulfanwandi menyatakan, kematian adalah kiamat bagi pribadi seseorang. Karena itu, perlu mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk menghadapi kematian.  

Karena kematian merupakan kiamat bagi pribadi seseorang, menurut Tgk Sulfanwandi, maka perlu menyiapkan bekal yang baik dan cukup sebelum mencapai titik akhir dari segala bentuk kehidupan di dunia ini.

PROHABA.CO - Pimpinan Dayah Raudhatul Qur'an, Dr Tgk H Sulfanwandi Hasan MA, mengatakan, kehidupan yang kita jalani sekarang adalah perjalanan menuju kematian.

Semua yang bernyawa pasti akan merasakan yang namanya kematian

Karena kematian merupakan kiamat bagi pribadi seseorang, menurut Tgk Sulfanwandi, maka perlu menyiapkan bekal yang baik dan cukup sebelum mencapai titik akhir dari segala bentuk kehidupan di dunia ini.

“Apabila seseorang mengingat kematian dan mempersiapkan bekal untuk dirinya di akhirat, maka ia akan diberikan tiga hal oleh Allah SWT,” ujar Tgk Sulfanwandi dalam kajian di dayah tersebut kawasan Tungkop, Kecamatan Darussalam, Aceh Besar, pada Kamis (8/5/2025) malam, dikutip dari Serambinews.com.

Ketiga hal itu, sebut Tgk Sulfanwandi, yaitu Allah berikan kesempatan bagi dia untuk bertaubat kepada Allah SWT atas segala dosa-dosanya, Allah berikan sifat qanaah kepadanya dengan hati selalu merasa cukup atas semua nikmat dan karunia yang berikan, serta akan tumbuh semangat untuk memperbanyak ibadah.

Sebaliknya, ketika seseorang lupa akan kematian, maka Allah akan menunda baginya taubat. 

Hal ini berarti bahwa Allah akan memberikan istidraj kepada orang tersebut dengan memberikan kelalaian dan kesibukan dunia hingga lupa kepada mati.

“Orang yang lupa akan kematian juga akan merasa tidak puas dan tidak cukup dengan segala nikmat yang didapatkan di dunia ini dan pada akhirnya orang tersebut akan malas untuk beribadah kepada Allah SWT,” ungkap dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry, Darussalam, Banda Aceh ini. 

Hal itu, menurut Tgk Sulfanwadi, sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Imam Ad Daqqaq rahimahullah:

قال الإمام القرطبي: (قال الدقاق: من أكثر من ذكر الموت أكرم بثلاثة أشياء: تعجيل التوبة، وقناعة القلب، ونشاط العبادة. ومن نسي الموت عوقب بثلاثة أشياء: تسويف التوبة، وترك الرضى بالكفاف، والتكاسل في العبادة.) التذكرة: الجزء الأول، ص 27

Artinya: “Barang siapa yang banyak mengingat kematian maka dimuliakan dengan tiga hal; bersegera tobat, puas hati merasa cukup atas pemberian Allah, dan semangat ibadah, dan barang siapa yang lupa kematian diberikan hukuman dengan tiga hal; menunda taubat, tidak ridha dengan keadaan dan malas ibadah.”

Lebih lanjut, Tgk Sulfanwandi mengungkapkan, perjalanan kita di dunia ini hanya dalam rentang waktu sebentar untuk mempersiapkan bekal menuju hari Akhirat kelak dan awal dari akhirat tersebut adalah kematian.

“Makanya tak heran ketika hari ini kita lihat orang-orang di sekitar kita baik keluarga atau tetangga sudah pulang menghadap Allah SWT. pada akhirnya kita juga akan mendapatkan giliran yang sama menghadapi yang namanya kematian,” kata Tgk Sulfanwandi yang juga pembimbing ibadah haji pada Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah atau KBIHU Raudhatul Qur’an, Tungkop, Kecamatan Darussalam, Aceh Besar.

Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq berkata:

الموت باب وكل الناس داخله

فليت شعري بعد الموت مالدار

Artinya: “Kematian adalah sebuah pintu yang setiap manusia pasti akan memasukinya, Aduhai kalau aku bisa tau dimana tempatku setelah kematian.”

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa:

الذي يغسل الميت اليوم هو الميت غداً

Artinya: "Yang memandikan jenazah hari ini adalah jenazah besok."

Sebenarnya, sebut Tgk Sulfanwandi, kita sangat dekat kematian

“Hari ini kita melaksanakan tajhiz mayat bagi jenazah yang baru meninggal, memandikan, mengkafani, menyalatkan, lalu menguburkan, maka besok giliran kita yang akan dimandikan dan dikuburkan oleh orang lain,” ungkapnya.

Dalam sebuah riwayat juga diingatkan bahwa:

الموت أهونُ ممّا بعده، وأشدّ مما قبله.

Artinya: "Kematian lebih mudah dari pada apa yang datang setelahnya, dan lebih berat dari pada apa yang datang sebelumnya."

Kematian, tambah Tgk Sulfanwandi, adalah hal yang sangat berat tapi sangat kecil bila dibanding dengan hari-hari setelahnya seperti dalam kubur, di Padang Mahsyar, di Mizan, dan sebagainya.

Karena kematian adalah kiamat bagi pribadi seseorang, maka kita perlu mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk menghadapi kematian tersebut.

Salah satu bentuk persiapan menghadapi kematian, sebut Tgk Sulfanwandi, adalah dengan melaksanakan berbagai ibadah.

“Bagaimana kita beribadah dengan seakan-akan melihat Allah itu adalah sebuah perumpamaan untuk beribadah dengan sebaik dan sebanyak mungkin karena takut kepada Allah SWT,” jelasnya.  

Hal tersebut, menurut Tgk Sulfanwandi, sesuai dengan sabda Rasulullah SAW yang berbunyi:

إذا مات أحدُكم؛ فقد قامتْ قيامتُه؛ فاعبدوا اللهَ كأنكم ترَوْنَه، واستغفِروه كُلَّ ساعةٍ.

Artinya: "Apabila seseorang di antara kalian telah meninggal dunia, maka telah berlakulah kiamat untuknya.

Oleh karena itu, beribadahlah kepada Allah seakan-akan kamu sedang melihat-Nya dan mintalah keampunan kepada-Nya setiap saat. (HR Ad-Dailami)

Mutawif (Pembimbing) Utama Travel Umrah PT Al Azhar Laris Banda Aceh ini menambahkan, hal itu penting untuk diketahui karena sekarang banyak juga orang beribadah hanya sekedar melepas kewajiban tanpa dibarengi keikhlasan dan kekusyukan.

Dalam hadits tersebut, sambungnya, juga dikatakan bahwa beribadah dengan seakan-akan melihat Allah merupakan sebuah penekanan agar ibadah dilakukan dengan penuh penghayatan dan kesempurnaan sehingga kelak menghasilkan atau mendapat nilai pahala yang besar di sisi Allah SWT.

Dalam hadits yang sama, menurut Tgk Sulfanwandi, juga disebutkan tentang perlunya kita memperbanyak istighfar sebagai ajang meminta ampun kepada Allah SWT atas segala kesalahan dan kekhilafan yang sudah kita perbuat.

“Seseorang yang taat saja wajib memperbanyak istighfar kepada Allah SWT, apalagi orang-orang yang penuh dengan kelalaian dalam hidup, maka sudah sepatutnya memperbanyak istighfar dan memohon ampun kepada Allah SWT,” tutup Tgk Sulfanwandi. (*)

Update berita lainnya di PROHABA.co dan Google News

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved