Tahukah Anda

Ini Sebabnya Mengapa Gempa Turkiye Begitu Kuat dan Tergolong Langka?

Penulis: Redaksi
Editor: Muliadi Gani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bangunan yang hancur akibat gempa Turki atau Turkiye di Malatya, Selasa (7/2/2023). Tim SAR terus berupaya menyelamatkan dan mencari para korban gempa di Turki dan Suriah bermagnitudo 7,8 yang mengguncang pada Senin (6/2/2023).

PROHABA.CO - Gempa bumi yang mengguncang Turkiye beberapa waktu lalu menyisakan duka mendalam bagi penduduk seluruh dunia.

Pasalnya, ada banyak korban jiwa yang meninggal dunia imbas tertimpa reruntuhan

Turkiye diguncang gempa bumi yang begitu kuat pada Senin (6/2/2023).

Berkekuatan 7,8 skala Richter (SR), gempa ini menyebabkan kerusakan parah ribuan bangunan serta menelan lebih dari 11.000 korban jiwa.

Gempa Turkiye yang terjadi Senin lalu itu merupakan gempa terparah dalam 100 tahun terakhir dan ternyata merupakan fenomena yang langka.

Dikutip dari Scientific American, Selasa (7/2/2023), gempa Turkiye termasuk gempa langka.

Gempa kuat di Turkiye sebelumnya tercatat terjadi pada tahun 1939, berkekuatan 7,8 SR.

Sejak gempa kuat tersebut, serangkaian gempa bumi pun terjadi di Turki.

Gempa bumi di negara yang berada di dua benua (Asia dan Eropa) ini berpusat di sepanjang Patahan Anatolia Utara sejauh lebih dari 1.000 km.

Sedikitnya, 20 gempa bumi dengan magnitudo besar di Turkiye terjadi di sepanjang wilayah tersebut selama 60 tahun terakhir.

Gempa dengan magnitudo yang besar memang tergolong langka di negara ini.

Baca juga: Peristiwa Gempa Paling Mematikan di Dunia Sejak Tahun 2000

Namun, seperti dikutip dari Smithsonian Magazine, wilayah Turkiye berada di salah satu zona gempa paling aktif di dunia.

Turki diapit dua lempeng tektonik raksasa.

"Area ini adalah tempat tiga lempeng tektonik bertemu, (Turki) ini persimpangan tiga (lempeng tektonik), kata Alex Hatem, ahli geologi USGS di Golden, Colorado.

Zona gempa di Turki ini, menurut Hatem, merupakan area dengan banyak tekanan energi yang menumpuk dari waktu ke waktu, kendati di masa lalu belum banyak aktivitas gempa atau seismik yang terjadi.

Tercatat, sepanjang tahun 2020, sebanyak 33.000 gempa bumi terjadi di Turkiye, yang mana 332 gempa di antaranya berkekuatan 4,0 SR, bahkan lebih besar dari itu.

Dua jalur patahan utama melintasi Turkiye, yang terletak di atas Lempeng Anatolia.

Gempa Turki pada Senin lalu terjadi di sepanjang Patahan Anatolia Timur, yang berada di perbatasan Lempeng Anatolia dan Arab dari Turki timur hingga Mediterania.

Ini dikenal dengan patahan strike-slip, yang artinya dua lempeng tektonik tersebut meluncur melewati satu sama lain secara horizontal dan wilayah tersebut merupakan area yang aktif gempa.

Baca juga: Kisah Gempa Turkiye, Ayah Pegang Tangan Putrinya yang Tewas, Enggan Dilepas Meski Cuaca Dingin

Baca juga: Ratusan WNI di Titik Gempa Turki Berhasil Dievakuasi

Gempa yang langka

Secara matematis, gempa bumi adalah peristiwa yang aneh.

Setiap kali memantulkan satu unit besaran, maka kita mungkin akan mendapatkan sepersepuluh dari tingkat kejadian.

Jadi, saat satu gempa besar terjadi, maka frekuensinya atau kekuatannya akan semakin berkurang.

Namun, beberapa ahli berpendapat bahwa kita dapat mengidentifikasi ukuran maksimum gempa bumi yang mencirikan patahan.

Akan tetapi, dalam 100 tahun, jika terjadi 20 kali gempa bumi dengan magnitudo 7, maka seharusnya ada dua gempa berkekuatan 8,0 SR.

Gempa Turkiye yang berpusat di Patahan Anatolia Timur yang terjadi Senin lalu banyak ahli yang memperkirakan kekuatan maksimumnya 7,4 SR.

Faktanya, gempa bumi di Turkiye tercatat mencapai 7,8 SR dan dampak guncangan gempa ini membentang cukup panjang, sejauh kurang lebih 400 km dan diikuti oleh banyak gempa susulan bermagnitudo 7,5 SR.

(Kompas.com)

Baca juga: Nasib Masyarakat Aceh di Turki Pasca Gempa

Baca juga: Haru, Momen Seorang Kakak Lindungi Kepala Adiknya dari Reruntuhan Gempa

Baca juga: Ismail Cipe, Kiper Galatasaray Bantu Korban Gempa Turkiye