Namun, pengacara keluarga, Yassine Bouzrou, mengatakan ini bukan tentang rasisme, tapi tentang keadilan.
“Kami memiliki sistem hukum dan peradilan yang melindungi petugas polisi dan menciptakan budaya impunitas di Prancis,” katanya kepada BBC.
Nahel sudah lima kali menjadi subjek pemeriksaan polisi sejak 2021 'dikenal dengan refus d’obtempérer' penolakan untuk bekerja sama.
Baru-baru ini, pada akhir pekan lal, dia dilaporkan berada di tahanan karena penolakan semacam itu dan akan diau dili di pengadilan remaja pada September mendatang.
Sebagian besar masalah yang dia alami baru-baru ini melibatkan mobil.
Kericuhan yang dipicu oleh kematiannya menjadi pengingat bagi banyak orang di Prancis pada peristiwa tahun 2005 lalu.
Ketika itu dua remaja, Zyed Benna dan Bouna Traoré, disetrum saat mereka melarikan diri dari polisi setelah pertandingan sepak bola dan menabrak gardu listrik di Kota Clichysous- Bois, di pinggiran Paris.
“Bisa jadi saya, bisa saja adik laki-laki saya (yang mengalami nasib seperti ini di Prancis),” kata seorang remaja Clichy bernama Mohammed kepada situs Prancis Mediapart.
(Kompas. com)
Baca juga: Israel Hancurkan Sekolah Palestina di Tepi Barat, Uni Eropa Beri Teguran
Baca juga: Libya Rusuh Lagi, Pengunjuk Rasa Bakar Gedung Parlemen
Baca juga: WOW, Kisah Wanita Anak Sopir Bajaj Kini Jadi Miliader