Perang Hamas Israel

Yordania Siagakan Pasukan di Perbatasan, Buka Semua Opsi Hadapi Agresi Israel di Gaza

Editor: Muliadi Gani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sebuah pesawat angkatan udara Yordania menjatuhkan bantuan medis mendesak dengan menggunakan parasut ke rumah sakit lapangan Yordania di Gaza. Yordania menyatakan membuka smeua opsi atas respons terhadap agresmi militer Israel di Gaza.

PROHABA.CO - Yordania akan membuka "semua opsi" dalam menanggapi apa yang disebut sebagai kegagalan Israel membedakan antara target militer dan sipil dalam pengeboman dan invasi yang semakin intensif ke Jalur Gaza.

Ia tidak menjelaskan lebih lanjut langkah apa yang akan diambil Yordania.

 Hal ini disampaikan beberapa hari setelah Yordania memanggil pulang duta besarnya dari Israel sebagai bentuk protes atas serangan Israel ke Gaza.

Israel membombardir Gaza setelah serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober lalu.

Pada Senin (6/11/2023) pemerintah Yordania menyatakan negara itu membuka “semua opsi” dalam tanggapannya terhadap apa yang mereka sebut sebagai kegagalan Israel dalam membedakan sasaran militer dan sipil dalam peningkatan pemboman dan invasi ke Jalur Gaza.

Perdana Menteri Yordania Bisher al Khasawneh tidak merinci langkah apa yang akan diambil Yordania.

Pernyataan tegas ini terlontar beberapa hari setelah negara itu menarik duta besarnya dari Israel sebagai protes atas serangan Israel di Gaza setelah serangan lintas perbatasan oleh Hamas pada 7 Oktober.

Yordania juga mengumumkan pekan lalu kalau duta besar Israel, yang meninggalkan Amman tak lama setelah serangan Hamas, tidak akan diizinkan kembali, yang secara efektif menyatakan bahwa dia adalah persona non grata.

“Semua opsi tersedia bagi Yordania dalam menghadapi agresi Israel di Gaza dan dampaknya,” kata Khasawneh mengatakan kepada media pemerintah dilansir TAN.

Khasawneh mengatakan pengepungan Israel di Gaza yang padat penduduknya bukanlah upaya membela diri seperti yang mereka katakan.

“Serangan brutal Israel tidak membeda-bedakan sasaran sipil dan militer dan meluas ke wilayah aman dan ambulans,” katanya.

Israel membantah sengaja menargetkan sasaran-sasaran sipil di daerah padat penduduk dan mengatakan kalau Hamas menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia, menggali terowongan di bawah rumah sakit, dan menggunakan ambulans untuk mengangkut para pejuangnya.

Baca juga: Soal Serangan Israel ke Gaza, Ini Negara yang Mendukung dan Mengecam

Perjanjian Damai Israel-Yordania Terancam Koyak

Yordania sedang meninjau kembali hubungan ekonomi, keamanan dan politiknya dengan Israel dan mungkin akan membekukan atau mencabut sebagian dari perjanjian perdamaiannya jika konflik Gaza memburuk, kata para diplomat yang akrab dengan pemikiran Yordania.

Sebagai informasi, Yordania menandatangani perjanjian damai dengan Israel pada tahun 1994.

Perang Israel-Hamas telah membangkitkan kembali ketakutan yang sudah lama ada di Yordania, yang merupakan rumah bagi sejumlah besar pengungsi Palestina dan keturunan mereka.

Mereka khawatir Israel akan mengusir warga Palestina secara massal dari Tepi Barat yang diduduki Israel, tempat serangan pemukim Israel terhadap penduduk Palestina meningkat sejak serangan Hamas pada 7 Oktober.

Kekhawatiran seperti ini semakin meningkat sejak koalisi partai penguasa beraliran nasionalis-agamis Israel, pemerintahan paling sayap kanan yang pernah ada, mulai menjabat tahun lalu, dengan beberapa kelompok garis keras mendukung “Yordania adalah pilihan Palestina.”

Raja Abdullah menyuarakan keprihatinan ini selama pembicaraan dengan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg di Brussels.

"Dia memperingatkan kekerasan yang meluas di Tepi Barat dan sebagian besar wilayah Yerusalem timur yang dihuni oleh orang-orang Arab jika serangan yang dilakukan oleh pemukim Yahudi terhadap warga sipil Palestina tidak diatasi," kata para pejabat.

Baca juga: Pengunjung Berdesakan, Rupanya Ada Kodok Demam Jadi Daya Tarik di Anjungan Aceh Selatan

Baca juga: Korban Meninggal di Gaza akibat Perang Hamas-Israel Capai 10.022 Orang, RS Kembali Kena Serangan

Deklarasi Perang Jika Warga Gaza Diusir

Menteri Luar Negeri Ayman Safadi mengatakan setiap tindakan yang memaksa warga Palestina menyeberang ke Yordania, yang berbatasan dengan Tepi Barat, adalah “garis merah” yang sama dengan deklarasi perang.

“Setiap upaya untuk mengusir warga Palestina sebagai upaya Israel untuk mengubah geografi dan demografi akan kami hadapi,” kata Safadi pekan lalu.

"Tentara Yordania telah memperkuat posisinya di sepanjang perbatasannya," kata sumber keamanan.

Sebagai gambaran, Yordania merupakan sekutu Amerika Serikat (AS).

Di sisi lain, AS dianggap sebagai sekutu induk abadi bagi Israel.

Yordania secara keras menentang agres militer Israel lantaran khawatir akan meluasnya kekerasan di negara yang bersentimen pro-Palestina tersebar luas dan kemarahan terhadap Israel telah menyebabkan demonstrasi besar-besaran untuk mendukung Hamas.

Kekhawatiran Yordania menjadi pusat perhatian dalam pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken sejak perang Gaza meletus.

Hal ini kemungkinan besar akan diangkat dalam pertemuan dengan Direktur CIA William Burns saat singgah di Yordania dalam waktu dekat, kata para diplomat.

 

Baca juga: WOW, Ada Monumen Patung Pak Jokowi di Karo

Baca juga: Dianggap Dukung Genosida di Gaza, Kebencian Iran Terhadap Amerika Serikat Memuncak

Baca juga: 4 Sekolah Menjadi Tempat Pengungsian di Gaza Ambruk Dibombardir Israel, 23 Orang Meninggal dunia

 

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Yordania Buka Semua Opsi Hadapi Agresi Israel di Gaza, Sekutu AS Gabung Perang Lawan Tel Aviv?,