Konflik Palestina vs Israel

Perang Hamas-Israel Sudah Memasuki Bulan Ke-3, Kematian dan Kelaparan Meliputi Warga

Penulis: Luthfi Alfizra
Editor: Muliadi Gani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Lusinan orang dilaporkan tewas dalam serangan terbaru Israel di Gaza

Kondisi rumah-rumah yang terdapat di Rafah sebenarnya sudah banyak yang hancur akibat pemboman Israel, akan tetapi mereka tetap memerintahkan para warga untuk bergerak ke Rafah.

PROHABA.CO, YERUSALEM - Khan Younis merupakan kota besar kedua yang ada di Gaza yang dibombardir oleh pasukan militer Israel tanpa henti.

Hal tersebut menyebabkan para warga Palestina terpaksa untuk mengungsi ke tepi selatan wilayah tersebut dan menjadi semakin padat dan terkepung.

Melansir dari Aljazeera pada Jumat (8/12/2023), "kita berbicara tentang pemboman besar-besaran terhadap seluruh lingkungan dan blok perumahan," lata Hani Mahmoud dari Aljazeera yang melaporkan dari Rafah, Gaza selatan pada Kamis (7/12/2023).

Kondisi rumah-rumah yang terdapat di Rafah sebenarnya sudah banyak yang hancur akibat pemboman Israel, akan tetapi mereka tetap memerintahkan para warga untuk bergerak ke Rafah.

Seorang perempuan Palestina berjalan di atas puing-puing bangunan menyusul serangan Israel di Rafah, Jalur Gaza selatan pada Senin (20/11/2023). (AFP/KATA KHATIB)

“Serangan ini tidak terkonsentrasi di satu wilayah Rafah… beberapa lokasi menjadi sasaran, hanya mengirimkan gelombang ketakutan dan kekhawatiran yang membenarkan apa yang telah dibicarakan dan diungkapkan orang-orang sebelumnya tidak ada tempat yang aman di Jalur Gaza, termasuk di Jalur Gaza yang dianggap aman oleh Israel.”

Suasana hari selama lebih dari 60 hari perperangan ini adalah kematian, kehancuran, dan pengungsian kata Mahmoud.

"Kita berbicara tentang pergerakan dan pelarian yang terus-menerus selama lebih dari 60 hari untuk menyelamatkan hidup mereka dari satu tempat ke tempat lain, dari bagian paling utara kota Beit Hanoon di Gaza hingga bagian paling selatan di Rafah, dimana banyak orang berkerumun dan berkumpul."

Baca juga: Serangan Israel Tewaskan Jurnalis di Lebanon, HRW: Ini Merupakan Kejahatan Perang

Kelaparan yang Terus Meningkat 

Tingkat kelaparan rumah tangga di Gaza utara telah mencapai ke tingkat yang mengkhawatirkan kata Program Pangan Dunia PBB (WFP).

Melansir dari Aljazeera, Sembilan dari sepuluh orang hidup sehari semalam tanpa makanan di Gaza dan setidaknya 97 persen rumah tangga di Gaza utara memiliki "konsumsi makanan yang tidak memadai."

Di wilayah selatan, sepertiga rumah tangga melaporkan tingkat kelaparan parah atau sangat parah, dengan 53 persen mengalami kelaparan sedang.

“Warga Palestina kekurangan semua yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup,” kata Mahmoud.

Meski bantuan telah masuk, namun itu belum mencukupi kebutuhan pengungsi. Israel bahkan melarang penyaluran bahan bakar ke Gaza karena takut dicuri Hamas. (Mohammed Abed/AFP)

Saat melakukan serangan di selatan, angkatan bersenjata Israel telah menyerang beberapa kamp pengungsi, di antaranya kamp Jabalia di utara dan kamp al-Maghazi di tengah.

Serangan di Jabalia menewaskan 22 kerabat jurnalis Aljazeera Momin Alshrafi, termasuk ayah, ibu, tiga saudara kandung, dan anak-anaknya.

Menurut Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina, 60 persen korban luka memerlukan perawatan medis segera di luar negeri, hal ini menunjukkan runtuhnya sektor kesehatan di Gaza.

Pasukan pendudukan dengan senjata menangkap dan menganiaya orang yang sakit dan terluka, termasuk para medis, dan para medis berada di titik puncak bencana kesehatan dan lingkungan di Jalur Gaza.

Baca juga: Terungkap. Ternyata Rohingya Bayar Ongkos Kapal dari Rp 7 juta hingga Rp 14 Juta

Baca juga: Masyarakat Gaza, Ketika Kehabisan Bahan Bakar, Tanah Liat Jadi Bahan untuk Memanggang Makanan

Kapankah Kengerian Ini Akan Berakhir?

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan kepada para pejabat di kabinet perang Israel pekan lalu bahwa pemerintah Presiden AS Joe Biden yakin perang akan berakhir dalam beberapa minggu, bukan bulan.

Pernyataan tersebut keluar ketika jumlah korban tewas di Gaza meningkat.

Para pejabat Israel, pada gilirannya, menyatakan minatnya untuk kembali ke keadaan normal, terutama demi kepentingan stabilitas ekonomi, namun tidak memberikan jaminan apa pun, kata laporan itu.

Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Israel dapat menduduki sebagian Jalur Gaza tanpa batas waktu untuk menciptakan “zona penyangga”, sebuah langkah yang akan menempatkannya pada jalur yang bertentangan dengan sekutu regionalnya dan Amerika Serikat.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu (AFP)

Laporan yang bertentangan juga muncul mengenai apakah pasukan Israel telah mengepung rumah pemimpin Hamas di Gaza, Yahya Sinwar, di Khan Younis.

Pada Rabu malam (6/12/2023), Netanyahu mengatakan “hanya masalah waktu sampai kita menangkapnya” dan tentara Israel telah mengepung rumahnya.

Namun, juru bicara militer Daniel Hagari kemudian mengatakan bahwa rumah Sinwar adalah keseluruhan “wilayah Khan Younis”, tidak memberikan indikasi bahwa lokasi tertentu telah dikepung.

Tiga nama teratas yang paling dicari Israel adalah Mohammed Deif, kepala sayap militer Hamas, Brigade Qassam; wakilnya, Marwan Issa; dan Sinwar.

(Penulis adalah mahasiswa internship dari Universitas Teuku Umar, Meulaboh)

Baca juga: Kapal Perang AS Klaim Berhasil Tembak Jatuh Drone Milik Houthi Yaman 

Baca juga: Seruan Gencatan Senjata Perang Hamas-Israel Menguat, Korban Meninggal Terus Bertambah

Update berita lainnya di PROHABA.CO dan Google News.