“Ku tengok ndak ada satu pun di jalan itu kayu tonggak yang luber ke jalan, bengong pula saya,” imbuhnya dengan logat Sumatera Utara.
Surya menyandingkan fenomena ini dengan cerita air mata Ibu Malin Kundang yang berubah menjadi batu.
“Sampai sekarang tidak ada yang tahu batu Malin Kundang itu jenis batu apa,” ucapnya.
Dia menekankan, peristiwa ini adalah pengingat bahwa alam dan semesta milik Tuhan Yang Maha Kuasa.
Selain batu-batuan berdiameter besar, sejumlah batang pohon tua dan kayu juga ikut terbawa galado.
Surya berharap kondisi yang dialami warga Bukik Batabuah mendapat perhatian serius dari pemerintah.
Ratusan hektare sawah rusak
Banjir lahar dingin Gunung Marapi merusak ladang sawah petani yang tertimbun sedimen lumpur material batu dan kayu besar.
Masih dikutip dari Tribunnews.com, Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi (Kominfo) Kabupaten Agam, Syatria, menjelaskan, hamparan sawah dilanda banjir lahar dingin diperkirakan ratusan hektare.
Hingga kini, petugas dari Dinas Pertanian Kabupaten Agam sedang melakukan pendataan di lapangan.
“Hamparan sawah yang tertimbun material banjir berupa batu dan kayu itu cukup luas,” terang Syatria di posko utama berlokasi di SD Negeri 08 Kubang Duo, Koto Panjang, Bukik Batabuah.
Sebagian sawah ada yang sudah siap panen, ada juga yang baru bercocok tanam, dan akan panen.
Dampak dari banjir lahar dingin itu membuat masyarakat mengalami kerugian cukup besar di samping lahan pertanian dan kolam ikan serta tempat berusaha mengalami kerusakan. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Cerita Mistis Bebatuan Raksasa Lahar Dingin Sampai ke Bukik Batabuah, Lewati Dua Jembatan Tak Hancur,
Update berita lainnya di PROHABA.co dan Google News