Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant, mengumumkan keadaan darurat selama 48 jam ke depan.
Menanggapi peristiwa tersebut, Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, Sean Savett, menegaskan kembali dukungan teguh Amerika Serikat terhadap ‘hak Israel untuk mempertahankan diri.’
Serangan udara Israel baru-baru ini yang menargetkan para pemimpin Hamas dan Hizbullah, di tengah perang Gaza yang berlangsung sejak 7 Oktober, sudah menimbulkan kekhawatiran akan potensi eskalasi regional.
Baik Israel maupun AS berada dalam kewaspadaan tinggi terhadap kemungkinan tindakan pembalasan dari Iran terhadap kepentingan Israel menyusul pembunuhan baru-baru ini terhadap pemimpin biro politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran dan Fuad Shukr di Beirut.
Upaya Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat sudah meningkat saat mereka memediasi antara Hamas dan Israel untuk mengamankan gencatan senjata di Gaza dan potensi pertukaran tahanan, yang bertujuan untuk meredakan ketegangan regional yang meningkat.
Ketegangan terbaru ini terjadi saat Kairo menjadi tuan rumah negosiasi penting yang melibatkan perwakilan dari Israel, Hamas, dan AS untuk menengahi suatu resolusi.
320 Roket ke Lokasi-Lokasi di Galilea
Hizbullah melakukan pembalasan 'tahap pertama', Israel memberlakukan sensor ketat
'Target militer vital' yang tidak disebutkan namanya adalah tujuan utama operasi ini, yang diklaim Israel telah digagalkan
Hizbullah melancarkan serangan roket dan pesawat nirawak besar-besaran ke lebih dari 10 target Israel pada awal 25 Agustus 2024 dalam apa yang disebutnya sebagai “tahap pertama” dari tanggapannya terhadap pembunuhan komandan militer tinggi Fuad Shukr di pinggiran selatan Beirut pada 30 Juli lalu.
‘Target militer vital’ yang tidak disebutkan namanya, merupakan tujuan utama operasi ini, menurut kelompok perlawanan Lebanon.
"Semua pesawat nirawak serang diluncurkan pada waktu yang ditentukan dan dari semua posisi [yang telah ditentukan] dan melintasi perbatasan Lebanon-Palestina menuju target yang diinginkan dan dari berbagai jalur, dan dengan demikian operasi militer kami hari ini telah selesai dan terlaksana, segala puji bagi Allah SWT," kata sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh gerakan perlawanan Lebanon, dikutip dari Tribunnews.com.
Gerakan itu mengatakan pihaknya menembakkan lebih dari 320 roket ke lokasi-lokasi di Galilea, yang berfungsi sebagai pengalihan untuk mencegah sistem Iron Dome Israel menembak jatuh pesawat tak berawak penyerang.
Sementara itu, militer Israel mengklaim pihaknya melakukan serangan pendahuluan yang berhasil menggagalkan serangan besar-besaran oleh Hizbullah setelah mengidentifikasi persiapan semalam untuk serangan besar.
“Sekitar 100 jet tempur IAF menyerang dan menghancurkan ribuan laras peluncur roket Hizbullah, yang ditujukan untuk ditembakkan ke arah Israel utara dan Tengah,” lanjut keterangan itu.