PROHABA.CO - Para ilmuwan menciptakan kembali berlian yang memiliki struktur lonsdaleite, bentuk berlian langka.
Ilmuwan Tiongkok telah menciptakan "berlian super" buatan, yang 40 persen lebih keras daripada berlian asli, sebuah kemajuan yang dapat mengarah pada terobosan di beberapa industri utama yang bergantung pada material tersebut.
Berlian alami sebagian besar memiliki kisi kubik "atau susunan atom karbonnya" tetapi struktur kristal heksagonal diketahui menghasilkan material yang jauh lebih kuat.
Kebanyakan berlian alami dan sintetis memiliki struktur kubik, tetapi berlian sangat keras, yang juga dikenal sebagai lonsdaleite, memiliki struktur kristal heksagonal.
Selama lebih dari setengah abad, ilmuwan di seluruh dunia berusaha menciptakan lonsdaleite "sejenis berlian yang diyakini jauh lebih keras daripada berlian biasa" tetapi selalu menemui jalan buntu.
Kini, setelah 50 tahun, mimpi itu menjadi kenyataan.
Para peneliti dari Tiongkok berhasil mensintesis lonsdaleite di laboratorium, menandai tonggak penting dalam dunia material superkeras.
Penelitian ini dipimpin oleh Dr Mingguang Yao dari State Key Laboratory of Superhard Materials di Universitas Jilin, bekerja sama dengan Universitas Sun Yat-Sen.
Temuan mereka telah diterbitkan dalam jurnal bergengsi Nature Materials.
Baca juga: Berlian Terpendam Paling Dalam di Bumi, Bagaimana Sampai ke Permukaan?
Mengenal Lonsdaleite
Lonsdaleite pertama kali ditemukan pada tahun 1967 dalam fragmen meteorit yang menghantam Bumi.
Berbeda dari berlian biasa yang memiliki struktur kristal kubik, lonsdaleite tersusun dalam pola heksagonal.
Susunan ini menjadikannya unik dan diyakini memberikan kekuatan lebih tinggi dalam arah tertentu.
Nama “lonsdaleite” sendiri diambil dari Dame Kathleen Lonsdale, pelopor bidang kristalografi yang kontribusinya membuka jalan bagi pemahaman struktur karbon.
Secara alami, lonsdaleite terbentuk dalam kondisi ekstrem saat meteorit menghantam permukaan bumi, suatu lingkungan tekanan dan suhu tinggi yang sulit ditiru di laboratorium.
Inilah yang membuatnya sulit untuk diproduksi ulang secara sintetis… hingga kini.