Haba PT MPG Nagan Raya
Menemukan Damai di Aceh, Cerita Susento dari PLTU 3-4 di Tanah Syariat
Keberadaan investasi ini sekaligus membuktikan bahwa Aceh adalah tanah yang kondusif, aman, dan ramah terhadap investor luar.
Keberadaan investasi ini sekaligus membuktikan bahwa Aceh adalah tanah yang kondusif, aman, dan ramah terhadap investor luar
PROHABA.CO, SUKA MAKMUE - Di saat banyak orang luar masih menyimpan stigma keliru tentang Aceh, pengalaman Susento (50) justru menjadi bukti sebaliknya.
Supervisor HSE di PT Meulaboh Power Generation (MPG) itu merasakan betul bagaimana Aceh ramah kepada pendatang termasuk investor asing dan pekerja lintas negara yang datang untuk membangun sektor energi.
PT MPG sendiri merupakan perusahaan pembangkit listrik PLTU 3-4 Nagan Raya dengan kapasitas 2×220 MW, hasil investasi dari perusahaan listrik asal China.
Listrik yang dihasilkan menjadi tulang punggung pasokan energi untuk Provinsi Aceh dan sebagian Sumatera Utara.
Keberadaan investasi ini sekaligus membuktikan bahwa Aceh adalah tanah yang kondusif, aman, dan ramah terhadap investor luar.
“Waktu pertama kali saya mau ke Aceh, banyak teman ketawa. Mereka bilang, ‘Nggak takut ke Aceh? Katanya fanatik’,” ujarnya mengenang.
“Tapi begitu saya turun di Bandara Cut Nyak Dhien justru suasananya ramah. Orangnya baik-baik. Tidak seperti stigma di luar.”
Tinggal di Aceh lebih tenang daripada Jakarta
Koko (Nama panggilan) sudah bekerja di Aceh sejak tahun 2019 melalui perusahaan konsultan konstruksi PT Central Southern Electric Power Project Management Indonesia yang berbasis di Wuhan, Tiongkok.
Ia terlibat dalam penggantian tanah gambut, penimbunan lahan, hingga pekerjaan HSE selama masa pembangunan PLTU 3-4 Nagan Raya.
Selama lima tahun itu, ia perlahan merasa Aceh seperti rumah kedua.
“Di Aceh merasa lebih tenang, udaranya sejuk, polusinya rendah. Saya merasa lebih sehat di sini,” kata ayah tiga anak tersebut.
Baca juga: PT MPG Kirim Engineer ke Tiongkok untuk Pelatihan Operasi PLTU Berskala Global
Baca juga: Kisah Inspiratif Delegasi PT MPG ke China, Takjub Lihat Padang Pasir Jadi Pusat Pembangkit Listrik
Baginya, di Aceh bukan hal yang menakutkan, justru sebaliknya menciptakan keteraturan yang membuat hidup damai.
Perjalanan karier Koko penuh warna
Ia memulai karier sebagai Quality Control dan Sales Marketing di industri garmen, lalu hampir sepuluh tahun bekerja di perusahaan anak usaha garmen di Jakarta.
Setelah itu ia beralih ke perusahaan impor peralatan teknik, sebelum akhirnya bergabung dengan konsultan konstruksi yang mengerjakan proyek PLTU 3–4 Nagan Raya.
Di sinilah titik baliknya
Pada masa pandemi Covid-19, banyak teknisi dari China yang tidak bisa datang.
Susento dipercaya mengisi berbagai posisi teknis, termasuk menangani HSE.
“Itu masa belajar besar bagi saya. Konsultan kasih kesempatan. Dari penggantian tanah, penimbunan, sampai pancang, semua saya pelajari,” katanya.
Baca juga: Azmir, Electrical Team Leader PT MPG, Sang Penjaga Cahaya Aceh
Ketika manajemen konsultan bubar pada Januari 2024, ia direkrut langsung oleh PT MPG.
“Awal Mei 2024 saya bergabung, dua bulan kemudian langsung diangkat jadi pegawai tetap. Bersyukur sekali,” ujarnya.
Menjaga kesehatan dan keselamatan kerja
Kini ia bertanggung jawab atas implementasi HSE di PLTU 3-4. Baginya, pekerjaan HSE bukan sekadar menegur atau menilang pekerja yang tak memakai APD, tetapi menyelamatkan nyawa.
“Tujuan kami sederhana: datang kerja sehat, pulang sehat. Jangan sampai datang sehat, pulang tinggal nama,” katanya tegas.
Walau sering dianggap “polisi perusahaan”, Koko tetap menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab.
“Lebih baik hari ini saya cerewet, daripada besok ada keluarga menangis.”
Aceh yang membuatnya betah
Selama bertahun-tahun tinggal di Nagan Raya, banyak perubahan gaya hidup yang ia rasakan.
Makanan lebih sehat. Udara lebih bersih. Biaya hidup lebih ringan. Dan yang paling penting, ia merasa diterima.
“Saya Chindo, non-muslim. Tapi di sini saya nyaman. Orang Aceh baik, selama kita ikut aturan. Kalau tutur kata dijaga, kerja bagus, semua berjalan lancar,” ungkapnya.
Bahkan kini ia mempertimbangkan tinggal di Aceh saat masa pensiun nanti.
Baca juga: Karyawan PT MPG Rayakan Mid-Autumn Festival dengan Jalan Santai dan Doorprize
“Kalau bisa, saya pengen beli tanah, bangun rumah, dan tinggal di Aceh. Di sini alamnya asli, nyaman, sehat,” ucapnya mantap.
Harapan untuk masa depan
Dari perjalanan panjangnya mulai dari Tanjungpinang, Jakarta, hingga Aceh Susento belajar bahwa tempat terbaik bukan selalu kota besar, melainkan tempat yang memberi ketenangan dan kesempatan berkembang.
“Di Aceh saya belajar banyak. Baik dari sisi kerja maupun kehidupan. Semoga bisa terus berkontribusi untuk MPG dan untuk Aceh,” tutupnya.(*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/prohaba/foto/bank/originals/SOAL-UJIA-HSE.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.