Seperenam Makanan di Dunia Masuk Tong Sampah
Analisis Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mengungkapkan bahwa lebih dari seperenam dari total makanan yang diproduksi secara global ...
PROHABA.CO - Analisis Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mengungkapkan bahwa lebih dari seperenam dari total makanan yang diproduksi secara global di seluruh dunia, akhirnya terbuang sia-sia dan menjadi sampah.
Seperti dikutip dari New Scientist, Senin (15/3/2021) The United Nations Environment Programme (UNEP) dan UK Charity WRAP, Inggris, yang mempromosikan keberlanjutan, mengamati limbah makanan yang berasal dari gerai ritel, restoran, dan rumah.
Limbah makanan yang diamati tersebut dilakukan dengan meninjau data pemerintah dan studi akademis di 54 negara dengan berbagai pendapatan.
Hasilnya, analisis bersama yang dipublikasikan dalam Food Waste Index Report 2021 itu menemukan bahwa 17 persen dari semua makanan yang diproduksi dibuang oleh konsumen.
Sebagian besar limbah makanan ini atau sekitar 11 persen dari total makanan di dunia, menurut PBB, berasal dari sampah rumah tangga.
Sedangkan secara global, rata-rata orang membuang 121 kg makanan, dengan 74 kg di antaranya berasal dari rumah tangga.
Laporan PBB tersebut juga menyebut jika limbah makanan bukan hanya masalah di negara-negara berpenghasilan tinggi.
Baca juga: Efek Samping Covid, Pasien Meninggal karena Ereksi Lama
Buktinya, rata-rata limbah makanan per kapita tahunan di rumah tangga, di negara penghasilan tinggi mencapai 79 kg.
Sementara itu, di negara berpenghasilan menengah ke bawah, laporan PBB menyebut rata-rata per kapita sampah makanan yang dihasilkan mencapai 91 kg.
Limbah-limbah yang dimaksud mencakup sampah yang dapat dimakan dan tidak dapat dimakan, seperti tulang atau kulit sayuran yang harus dibuang.
Negara- negara berpenghasilan menengah ke bawah mungkin memiliki limbah makanan per kapita yang lebih tinggi karena makanan lebih sering disiapkan dari awal, yang dapat meningkatkan sampah makanan yang tak dapat dimakan.
Kendati demikian, Juru Bicara UNEP menyebut jika perlu lebih banyak lagi data tentang limbah makanan yang dapat dimakan maupun tidak dapat dimakan di tingkat rumah tangga.
Terutama di negara-negara berpenghasilan menengah ke bawah.
Meski terlihat sepele, tanpa kita sadari limbah makanan ini memiliki dampak yang besar terhadap lingkungan dan perubahan iklim.
Baca juga: Gangguan Mata Minus Meningkat Selama Pandemi Covid-19
Setidaknya, aktivitas tersebut menyumbang sekitar 9 persen dari emisi gas rumah kaca global.