Kotoran Kelelawar 4.300 Tahun Bantu Ungkap Masa Lalu Bumi
Kotoran kelelawar atau guano berusia 4.300 tahun, ternyata mampu memberikan petunjuk mengenai masa lalu Bumi. Hal tersebut diketahui setelah ...
PROHABA, JAMAIKA - Kotoran kelelawar atau guano berusia 4.300 tahun, ternyata mampu memberikan petunjuk mengenai masa lalu Bumi.
Hal tersebut diketahui setelah peneliti melakukan analisis kotoran yang ditemukan di kedalaman gua bernama Home Away from Home di Jamaika.
Seperti dikutip dari Science Alert, Rabu (14/4/2021) berhubung kotoran kelelawar tersebut sudah menumpuk sejak 4.300 tahun lalu, tingginya bahkan mencapai hingga 2 meter.
Tumpukan kotoran juga bahkan sampai membentuk lapisan sedimen.
Namun, bukan hanya ukurannya saja yang bikin terpana, kotoran itu bagi peneliti juga memberikan wawasan tentang pola makan kelelawar dan kondisi iklim Bumi di masa lalu.
Dengan menganalisis lapisan-lapisan tersebut, para peneliti dapat mengetahui perubahan pola makan kelelawar yang telah mendiami gua tersebut selama ribuan tahun.
Perubahan pola makan dari analisis kotoran kelelawar ini pun dapat memberikan petunjuk mengenai seperti apa iklim Bumi dan lingkungan pada waktu itu.
Di antaranya dengan mempertimbangkan variasi suhu dan curah hujan yang memengaruhi kehidupan hewan, jenis serangga, dan tumbuhan yang tersedia untuk dimakan kelelawar.
Baca juga: Pandemi Covid Kemungkinan Besar Bakal Jadi Endemik
"Kami mempelajari arsip alam dan rekonstruksi sejarah alam dari sedimen tersebut.
Ini adalah pertama kalinya para peneliti menafsirkan makanan kelelawar di masa lalu sesuai pengetahuan kami," kata Jules Blais, ahli limnologi (ahli ekosistem perairan darat) dari Universitas Ottawa di Kanada.
Peneliti sangat tertarik mempelajari sterol, penanda biokimia makanan yang diproduksi oleh sel tumbuhan dan hewan.
Sterol ini melewati sistem pencernaan dan dapat terawetkan selama ribuan tahun.
Sebagai pembanding, peneliti juga melakukan analisis terhadap kotoran kelelawar yang saat ini masih menempati gua yang sama.
Sebagai informasi, gua Home Away from Home menjadi rumah besar bagi sekitar 5.000 kelelawar dari lima spesies berbeda.
Hasil analisis kotoran kelelawar berusia 4300 tahun itu, peneliti menemukan ada lonjakan sterol dalam makanan kelelawar sekitar 1.000 tahun lalu.
Waktu itu sesuai dengan Periode Hangat Pertengahan (900-1300 M) ketika diperkirakan Amerika sangat kering.
Paku sterol tanaman lain ditemukan sekitar 1.350 SM, masa yang dikenal sebagai Periode Hangat Minoa.
Baca juga: Sumber Virus Corona dari Peternakan Satwa Liar
Kondisi yang lebih kering biasanya membuat hidup lebih sulit bagi serangga dan selama masa-masa tersebut kelelawar lebih sering makan buah-buahan.
"Kami menyimpulkan bahwa iklim masa lalu berdampak pada kelelawar," kata ahli biologi Lauren Gallant, dari Universitas Ottawa.
Penemuan menarik lainnya adalah perubahan komposisi karbon guano, yang kemungkinan berkorelasi dengan kedatangan tebu di Jamaika pada abad ke-15.
Tanda kimiawi dari aktivitas manusia seperti uji coba nuklir dan datangnya gas bertimbal juga dapat diamati.
Tanpa kita sadari, kelelawar lebih penting bagi ekosistem.
Mereka mengendalikan populasi serangga, menyerbuki bunga, dan menyebarkan benih.
Metode mempelajari gua adalah cara noninvasif dan efektif untuk mengetahui diet mereka dan memeriksa kesehatan mereka sepanjang sejarah.
Peneliti pun menyebut metode serupa juga dapat diterapkan di gua-gua lain di seluruh dunia sehingga dapat mengungkap banyak informasi mengenai iklim.
"Penelitian ini memberikan terobosan baru," kata Michael Bird, ahli geologi dari James Cook University, Australia, yang tak terlibat dalam studi ini.
Studi tentang kotoran kelelawar berusia 4.300 tahun ini telah dipublikasikan di Journal of Geophysical Research: Biogeosciences. (kompas.com)