Kasus Covid di Indonesia Jauh Lebih Banyak dari Data Resmi

Sejak awal pandemi Covid-19 di Indonesia, para ahli memperkirakan bahwa jumlah kasus yang ada di lapangan berkali- kali jauh lebih banyak daripada ...

Editor: Muliadi Gani
FOTO: ANTARA
SEJUMLAH tenaga kesehatan berjalan menuju ruang perawatan pasien Covid-19 di Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC), Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Rabu (5/5/2021). 

Antibodi berkembang satu sampai tiga minggu setelah seseorang tertular virus dan tinggal di dalam tubuh selama berbulan-bulan.

Pengujian lemah Studi seroprevalensi di negara lain, termasuk India, juga mengungkapkan infeksi yang lebih luas.

“Sistem surveilans resmi kami tidak dapat mendeteksi kasus Covid-19.

Ini lemah,” kata peneliti utama studi Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko Wahyono, yang mengomentari tetapi tidak berwenang mengonfi rmasi angka tersebut.

Baca juga: Punya Dokumen Swab Negatif Belum Tentu Bebas Covid-19

“Pelacakan kontak dan pengujian di Indonesia sangat buruk dan menjelaskan mengapa begitu sedikit kasus yang terdeteksi.

” Rekan penulis studi, Pandu, mengatakan bahwa meskipun studi tersebut menunjukkan penyebaran virus yang lebih luas, Indonesia tampaknya masih jauh dari mencapai kekebalan kelompok (herd immunity).

Ini salah satu alasan untuk mempercepat vaksinasi.

Hanya 6 persen dari 181 juta penduduk Indonesia yang ditargetkan telah divaksinasi lengkap dengan dua dosis sejauh ini, sementara 9,4 persen telah mendapatkan satu suntikan, menurut data pemerintah.

Hasil awal dari studi seroprevalensi terpisah di Bali yang dilakukan oleh Universitas Udayana, menemukan 17 persen dari mereka yang diuji pada bulan September dan November tampaknya telah terinfeksi, kata peneliti utama Anak Agung Sagung Sawitri kepada Reuters.

Itu 53 kali lebih tinggi dari tingkat infeksi berdasarkan kasus yang tercatat secara resmi pada saat di pulau wisata itu, yang rencananya dibuka kembali untuk pengunjung internasional bulan depan.

Pembukaan kembali ini ditentang oleh beberapa pakar kesehatan masyarakat, termasuk akademisi dan Dokter Ady Wirawan.

“Testing, tracing, isolasi dan karantina sangat-sangat lemah di Bali,” ujarnya. (kompas.com)

Sumber: Kompas.com
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved