Lapisan Es di Kutub Utara Terus Mencair, Apa Dampaknya?

Area Es Terakhir atau Last Ice Area di Kutub Utara mungkin tidak dapat bertahan dari perubahan iklim. Ilmuwan menduga zona beku di wilayah Arktik ...

Editor: Muliadi Gani
FOTO: SHUTTERSTOCK
LAUT Arktik di Kutub Utara. Es laut, lapisan es di Laut Arktik Kutub Utara terus mencair akibat perubahan iklim. 

Dalam beberapa dekade terakhir, arus laut telah memperkuat lapisan es di Last Ice Area Kutub Utara dengan bongkahan es laut yang mengambang.

Akan tetapi, para peneliti menemukan pada tahun 2020, angin utara membawa es menjauh dari Greenland dan menciptakan bentangan perairan terbuka yang dihangatkan oleh matahari.

“Air yang dipanaskan kemudian menyebar di bawah es laut untuk mendorong pencairan lebih banyak lagi,” kata penulis utama studi Axel Schweiger, Ketua Polar Science Center di University of Washington.

Bisa lenyap Pertama kalinya, para ilmuwan kutub menduga bahwa ada sesuatu yang aneh di Last Ice Area pada tahun 2018, saat hamparan perairan terbuka yang dikelilingi lapisan es, polynya, muncul pada Februari lalu, kata Schweiger.

Selanjutnya, pada tahun 2020, Schweiger dan rekan-rekannya melihat anomali es laut lainnya di Laut Wandel saat mengumpulkan data untuk ekspedisi penelitian Arktik.

Ekspedisi Observatorium Drifting Multidisiplin untuk Studi Iklim Arktik (MOSAiC) itu berlangsung dari September 2019 hingga Oktober 2020.

Pada saat para ilmuwan mengembangkan perkiraan di mana kapal penelitian mungkin melayang, mereka memperhatikan bahwa kapal itu mengambil “rute yang tampak aneh”.

Kapal ekspedisi tersebut melalui daerah-daerah yang biasanya tertutup es tebal.

Baca juga: Gletser Terbesar di Antartika Diprediksi Segera Runtuh

“Kami mulai bertanya-tanya apa yang terjadi dan mengapa, dan apakah itu berpotensi terkait dengan apa yang kami lihat di acara 2018,” kata Schweiger.

Pengamatan satelit dan model iklim mengungkapkan bahwa pada tahun 2020, angin yang bergerak ke utara yang tidak biasa memecah es laut dan mendorongnya menjauh dari Laut Wandel.

Faktanya, menurut Schweiger, lapisan es laut Arktik terendah pada tahun 2020, akan lebih rendah lagi jika bukan karena es tebal yang melayang ke daerah itu selama bulan-bulan musim dingin tahun itu.

Pencairan es di Area Es Terakhir Kutub Utara ini tidak akan mungkin terjadi, apabila perubahan iklim belum terjadi.

Para peneliti menulis bahwa sekitar 20 persen dari hilangnya es tahun 2020 dapat secara langsung dikaitkan dengan perubahan iklim, sedangkan 80 persen lagi terkait dengan anomali angin dan arus laut.

Penurunan terendah lapisan es laut Arktik terjadi dalam 15 tahun terakhir dan proyeksi iklim menunjukkan bahwa es laut musim panas di semua wilayah Kutub Utara, kecuali Area Es Terakhir, bisa lenyap sepenuhnya dengan segara setelah tahun 2040.

Kendati studi baru yang telah dipublikasikan di jurnal Communications Earth and Environment pada 1 Juli itu hanya menyelidiki Laut Wandel, namun para ilmuwan mengatakan bahwa data tersebut mengisyaratkan bahwa es laut musim panas di seluruh Area Es Terakhir (Last Ice Area) di Kutub Utara mungkin juga berisiko. (kompas.com)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved