Tren Pencampuran Dua Merek Vaksin yang Berbeda, Apakah Lebih Ampuh ? Ini Kata WHO
Pencampuran dua vaksin Covid-19 dari merek yang berbeda menjadi tren di sejumlah negara, seperti Kanada dan juga Thailand.
PROHABA.CO - Demi mengatasi Covid-19, sejumlah negara yakni Kanada dan Thailand mencampurkan kedua merek vaksin.
Baru-baru ini, WHO mengeluarkan pernyataan tentang penggunaan dua vaksin yang berbeda.
Namun pernyataan itu sempat menimbulkan kesalahpahaman dan kebingungan.
Baca juga: Tembus Angka 3.489 Orang, Capaian Vaksinasi Massal Pemerintah Aceh Terus Meningkat
Baca juga: Gelar Vaksinasi Massal, Pemerintah Pastikan Stok Vaksin Cukup Bagi Seluruh Masyarakat Aceh
Baca juga: Begini Kondisi Lansia di Jepang yang Telah Divaksin Covid-19 Sebanyak Empat Kali
Apa yang terjadi?
Dilansir CBC, pada konferensi pers hari Senin (12/7/2021) lalu, Dr Soumya Swaminathan, kepala ilmuwan WHO, menjawab pertanyaan wartawan tentang apakah dosis ketiga vaksin COVID-19, atau suntikan booster, diperlukan.
Pertanyaan itu muncul setelah Pfizer meminta persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan AS untuk membuat dosis ketiga.

Dengan penjelasan panjang, Swaminathan pada akhirnya memperingatkan agar individu tidak boleh memutuskan sendiri apakah mereka membutuhkan dosis tambahan atau tidak.
Namun, headline yang muncul di berbagai media internasional justru tidak sesuai.
Headline di Reuters berbunyi, "WHO Warns Against People Mixing And Matching COVID Vaccines" atau "WHO Memperingatkan Orang-orang yang Mencampur dan Mencocokkan Vaksin Covid-19".
Hal itu memicu kekhawatiran tentang pendekatan program vaksinasi di Kanada, yang menggunakan pencampuran vaksin.

Satu hari kemudian, WHO mengeluarkan klarifikasi di Twitter, yang bisa mempertimbangkan pencampuran vaksin adalah badan kesehatan, bukan individu atau perorangan.
Reuters juga mengubah judulnya menjadi "WHO Memperingatkan Individu Terkait Mencampur dan Mencocokkan Vaksin Covid-19".

Apakah Swaminathan Menyinggung Pendekatan Vaksinasi Kanada?
Tidak. Swaminathan berbicara tentang kurangnya bukti yang mendukung soal perlunya dosis ketiga setelah seseorang divaksinasi penuh.
Ia juga menekankan kebutuhan mendesak akan vaksin bagi negara berpenghasilan rendah dan menengah.