Hambali, Otak Bom Bali 2002, akan Diadili Amerika Serikat,
SOSOK yang disebut sebagai “otak” serangan teror bom di Bali, Oktober 2002, dan beberapa serangan bom lainnya, Hambali, dilaporkan mulai dihadirkan...
Sekarang, mendekati 15 tahun masa penahanannya di penjara Guantanamo, yang berkali-kali dikritik para pegiat HAM terkait “teknik interogasinya”, Hambali menunggu sidang pertamanya untuk mendengarkan dakwaan atas dirinya.
Hanya saja persidangannya digelar oleh Mahkamah Militer AS, bukan peradilan sipil.
Hal yang dikritik sejak awal oleh pengacaranya dan pegiat HAM dunia.
Baca juga: Densus 88 Tangkap 56 Orang Terduga Teroris di Makassar
Apakah Hambali masih berstatus WNI? Kementerian Luar Negeri Indonesia, melalui juru bicaranya, Teuku Faizasyah, mengaku “belum mendapat informasi atas hal ini (rencana persidangan Hambali di AS).
” Hal itu disampaikan Teuku Faizasyah melalui pesan tertulis kepada BBC News Indonesia, Selasa (17/8/2021).
Ditanya apakah Hambali masih berstatus warga negara Indonesia (WNI), Faizasyah menulis, “Sepengetahuan saya saat Hambali ditangkap di Thailand, yang bersangkutan memegang paspor non-Indonesia,” katanya.
“Jadi, status kewarganegarannya merujuk ke paspor tersebut,” tambah diplomat asal Aceh itu.
Pada Maret 2010 lalu, Hambali mengajukan permohonan pembebasan dari penahanan tanpa tuduhan kepada pengadilan distrik di Washington.
Namun, permintaannya itu tidak diluluskan. Hambali, awalnya terlibat gerakan saat bertemu Abdullah Sungkar dan Abubakar Baasyir 'dua tokoh Negara Islam Indonesia (NII)' di Malaysia pada 1980-an.
Dua orang ini melarikan diri ke Malaysia karena menjadi buronan pemerintahan Orde Baru, akibat terlibat gerakan pendirian Negara Islam.
Pada 1987, ketika Afghanistan dicaplok Soviet, Hambali dikirim ke sana untuk mengikuti pelatihan militer dan ikut bertempur mendukung kelompok Mujahidin.
Baca juga: Enam Teroris Penyerang Mako Brimob Depok Divonis Mati, Tak Seorang pun Banding
Ketika Hambali menjadi salah seorang pimpinan Jemaah Islamiyah, dia dipercaya mewakili organisasi itu ke Afghanistan.
“Hambali bertemu Osama bin Laden,” kata Nasir Abbas.
Menurut mantan wakil kepala BIN, As’ad Said Ali, Hambali merupakan “kader paling cerdas”, terbukti dia terpilih “sebagai lulusan terbaik angkatan keempat.
“Hambali pernah mendapat pendidikan militer di Afghanistan.