Konflik Rusia Vs Ukraina
Vladimir Putin Tetap Akan Serang Ukraina Meski Bisa Akhiri Perang Rusia, Ini Alasan Dibaliknya
Invasi Rusia di Ukraina bisa saja dihentikan, karena Presiden Rusia, Vladimir Putin yang memegang kendali termasuk seranganan tentara Rusia ke ukraina
PROHABA.CO - Invasi Rusia di Ukraina bisa saja dihentikan.
Adalah Presiden Rusia, Vladimir Putin, yang memegang kendali termasuk serangan-serangan tentara Rusia ke Ukraina.
Putin menyatakan, operasi militer dapat berhenti jika tuntutannya dikabulkan.
Demikian diungkapkan Putin kepada Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan melalui telepon, diberitakan BBC.
Rusia menegaskan, invasinya ke Ukraina melalui darat, udara dan laut adalah operasi militer khusus.
Menurut Putin adalah itu operasi tanpa bukti, diperlukan untuk "denazifikasi" negara itu.
Putin menegaskan bahwa serangan yang terjadi belakangan telah sesuai rencana dan terjadwal.
Dia telah membuat komentar serupa dalam beberapa hari terakhir, di tengah vonis dari analis pertahanan Barat bahwa konvoi militer Rusia berjalan kurang baik dari yang diharapkan.
Menurut pernyataan Kremlin, Putin berharap negosiator Ukraina akan mengambil pendekatan yang lebih "konstruktif".
Kantor Pemerintahan Erdogan mengatakan, telah meminta gencatan senjata secara mendesak.
Alasan Putin

Dituliskan Kompas TV, Presiden Rusia Vladimir Putin blak-blakan membongkar dan membeberkan alasan pamungkas mengapa ngotot mengejar tuntutan Rusia untuk demiliterisasi, denazifikasi, dan netralitas mutlak Ukraina untuk tidak bergabung dengan NATO, tidak bisa ditawar-tawar sama sekali.
Ternyata alasannya tentang kapasitas dan kapabilitas Ukraina untuk membangun senjata nuklir, dan potensi Ukraina menggunakan senjata itu untuk mengancam eksistensi Rusia.
“Sekarang mereka berbicara tentang memperoleh status nuklir. Artinya memperoleh senjata nuklir. Kita tidak bisa mengabaikan hal-hal seperti itu."
"Terutama karena kita tahu bagaimana Barat berperilaku terhadap Rusia,” kata Putin saat bertemu pramugari maskapai Rusia, dimana ia ditanyai tentang tujuan operasi khusus di Ukraina, seperti dilansir RIA Novosti, Sabtu (5/3/2022).