Internasional
Pangkalan Militer Ukraina Dirudal Rusia, 180 Tewas
Rentetan rudal Rusia menghantam pangkalan besar milik Ukraina di dekat perbatasan dengan anggota NATO, Polandia pada Minggu (13/3) ...
PROHABA.CO, YAVORIV - Rentetan rudal Rusia menghantam pangkalan besar milik Ukraina di dekat perbatasan dengan anggota NATO, Polandia pada Minggu (13/3).
Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan, bahwa serangan udara itu telah menghancurkan sejumlah besar senjata yang dipasok oleh negara-negara asing yang disimpan di fasilitas pelatihan yang luas itu, dan telah menewaskan hingga 180 tentara bayaran asing.
Juru Bicara Kementerian Pertahanan Rusia Igor Konashenkov mengatakan Rusia telah menggunakan senjata jarak jauh berpresisi tinggi untuk menyerang Yavoriv dan fasilitas terpisah di Desa Starichi.
"Akibat serangan itu, hingga 180 tentara bayaran asing dan sejumlah besar senjata asing dihancurkan," kata Konashenkov, dikutip dari Reuters.
Baca juga: Ukraina : Perang akan Berakhir dalam 2-3 Bulan Lagi saat Rusia Kehabisan Sumber Daya
Pusat Perdamaian dan Keamanan Internasional Yavoriv merupakan salah satu pangkalan militer terbesar di Ukraina dan terbesar di bagian barat negara itu yang sejauh ini terhindar dari pertempuran terburuk.
Pangkalan militer Yavoriv memiliki luas 360 km persegi.
Lokasinya hanya berjarak 25 km dari perbatasan Polandia yang sebelumnya menampung instruktur militer NATO.
Sementara itu, Pejabat lokal Yavoriv melaporkan, serangan Rusia di pangkalan militer Yavoric menewaskan 35 orang dan melukai 134 orang.
Namun, Reuters tidak dapat secara independen memverifikasi korban yang dilaporkan oleh kedua belah pihak.
Baca juga: Fb dan Instagram Izinkan Ujaran Kebencian untuk Kecam Invasi Rusia
Rusia sendiri telah memperingatkan pada Sabtu (12/3), bahwa konvoi pengiriman senjata Barat ke Ukraina dapat dianggap sebagai target yang sah.
Gubernur Lviv Maksym Kozytskyy mengatakan pesawat Rusia menembakkan sekitar 30 roket ke fasilitas Yavoriv.
Ukraina, yang aspirasinya untuk bergabung dengan NATO sangat mengganggu Presiden Rusia Vladimir Putin, mengadakan sebagian besar latihannya dengan negara-negara Barat di pangkalan itu sebelum invasi.
Latihan besar terakhir adalah pada bulan September 2021.
Pada minggu-minggu sebelum invasi Rusia pada 24 Februari, militer Ukraina berlatih di sana, tetapi menurut media Ukraina semua instruktur asing pergi pada pertengahan Februari, meninggalkan peralatan.
"Ruang makan dan asrama hancur.
Begitu juga baraknya," kata Kolonel Leonid Benzalo, seorang petugas di cadangan medis Ukraina yang terlempar ke seberang ruangan oleh salah satu ledakan.
Baca juga: Elon Musk Tantang Presiden Rusia Vladimir Putin Duel Satu Lawan Satu, Taruhannya Adalah Ukraina
"Yang paling penting adalah kami masih hidup," katanya kepada Reuters setelah merawat yang terluka di sana.
Sementara negara-negara Barat telah berusaha untuk mengisolasi Putin dengan memberlakukan sanksi ekonomi yang keras dan telah memasok Ukraina dengan senjata, Amerika Serikat (AS) dan sekutunya khawatir untuk menghindari NATO ditarik ke dalam konflik.
"Tidak ada personel NATO di Ukraina," kata pejabat NATO itu, ketika ditanya apakah ada orang dari aliansi yang berada di pangkalan itu.
Sementara itu, Inggris menyebut serangan itu sebagai "eskalasi signifikan", dan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menanggapi dengan sebuah posting di Twitter yang mengatakan "kebrutalan harus dihentikan".
Penasihat keamanan nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, berbicara di acara "Face the Nation" CBS, memperingatkan setiap serangan di wilayah NATO akan memicu tanggapan penuh oleh aliansi tersebut.(kompas.com)
Baca juga: Luna Maya Bosan Ditanya Kemungkinan Balik dengan Ariel NOAH
Baca juga: Dituntut 8 Tahun Penjara di Kasus Teroris, Munarman Tertawa
Baca juga: Bapak dan Anak Tewas Ditabrak Truk Tronton