Tahukah Anda

“Lautan Susu” Misterius Muncul di Selatan Pulau Jawa

Sebuah kapal pesiar super bernama Ganesha melakukan perjalanan di perairan dekat Indonesia pada musim panas 2019, ketika mereka melewati “lautan susu”

Editor: Muliadi Gani
INDIA NARRATIVE VIA TWITTER
Citra satelit dari malam 2 Agustus 2019 menangkap 100.000 km persegi lautan susu fenomena bioluminesensi di selatan Jawa, Indonesia. Koordinat kapal pesiar pribadi Ganesha dilapis; segmen biru menunjukkan di mana kru melaporkan berlayar ke perairan bercahaya. 

PROHABA.CO, WASHINGTON DC - Sebuah kapal pesiar super bernama Ganesha melakukan perjalanan di perairan dekat Indonesia pada musim panas 2019, ketika mereka melewati “lautan susu” yang bersinar di tengah malam.

Selama berabad-abad, para pelaut telah menggambarkan navigasi perairan malam hari yang tidak wajar, diterangi oleh cahaya misterius yang mereka lewati ini.

Namun,"lautan susu" seperti itu telah lama menghindari penyelidikan ilmiah karena sifatnya yang sulit dijangkau, sementara dan jarang terjadi.

“Saya akan mengatakan hanya ada segelintir orang yang saat ini hidup yang telah melihatnya," kata Steven Miller, seorang profesor ilmu atmosfer di Colorado State University di Fort Collins sebagaimana dilansir Guardian pada Senin (11/6/2022).

Menurutnya, fenomena "lautan susu" ini tak terlalu umum, mungkin hingga satu atau dua per tahun secara global.

Ini biasanya tidak terjadi dekat dengan pantai. 

“Jadi, Anda harus berada di tempat yang tepat pada waktu yang tepat," kata dia.

Baca juga: Fenomena Rip Current, Diduga Penyebab Kematian di Pantai

"Lautan susu” itu diperkirakan dipicu oleh bakteri bioluminescence yang berkontak satu sama lain, mungkin sebagai respons terhadap perubahan arus laut yang didorong oleh kondisi atmosfer.

Fenomena bioluminesensi Miller telah mengejar mereka selama beberapa dekade.

Dia mendengarkan laporan saksi pertama dari pengalaman langka itu dan mencari bukti ilmiah untuk mengonfirmasi keberadaan mereka, serta sarana untuk melihat dan mempelajari fenomena bioluminesensi secara mandiri.

“Ini adalah respons yang sangat besar dan misterius di biosfer kita.

Kami ingin tahu cara kerjanya, dan bagaimana itu bisa berubah dalam iklim yang berubah,” katanya.

Dalam dekade terakhir, peralatan pencitraan cahaya pendek yang dipasang pada satelit lingkungan yang lebih baru telah memberi Miller beberapa petunjuk yang menggiurkan.

Baca juga: Hampir 1 Miliar Orang di Dunia Alami Gangguan Kesehatan Mental

Sekarang, kesaksian saksi dari para pelaut di atas Kapal Pesiar Ganesha telah memberikan bukti berbasis permukaan pertama, yang memastikan keberadaan “lautan susu” dari citra satelit serta gambar dunia nyata pertama dari fenomena tersebut.  

Perjalanan kapal Genesha Antara akhir Juli dan awal September 2019, satelit Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional AS menangkap apa yang menurut Miller mungkin merupakan peristiwa bioluminescent di selatan Jawa, Indonesia, yang membentang lebih dari 100.000 kilometer persegi (38.600 mil persegi).

Pada Juli 2021 ia menerbitkan gambar peristiwa tersebut ditambah sebelas kemungkinan contoh lain dari “lautan susu” dalam "Nature Scientific Reports".

Liputan media tentang penelitian ini mendorong Naomi McKinnon, anggota dari tujuh orang kru dalam kapal pesiar Ganesha, untuk menghubungi Miller dan menggambarkan peristiwa yang mereka alami pada malam 2 Agustus 2019.

Kemudian diketahui bahwa para kru tengah melakukan perjalanan keliling dunia ketika Ganesha menabrak sepetak air bercahaya antara Lombok, Indonesia, dan Kepulauan Cocos (Keeling) di Samudra Hindia timur sekitar pukul 9 malam.

Kapal pesiar itu memasuki perairan bercahaya ini secara tiba-tiba dan seluruh pengalaman ini berlangsung hingga fajar.

Apa yang terjadi? Bangun pada pukul 10 malam, seorang pelaut melihat ke luar dari dek “Superyacht” Ganesha dan melihat bahwa lautan telah memutih.

Baca juga: Hari Ini, Enam Benda Langit Berada Sejajar

“Tidak ada bulan, laut tampaknya penuh dengan plankton, tetapi gelombang haluannya berwarna hitam.

Ini memberi kesan berlayar di atas salju,” tulis mereka.

Seorang anggota kru memberi tahu Miller bahwa warna dan intensitas cahaya itu "mirip dengan bintang atau stiker yang bersinar dalam gelap".

Kapten kapal pesiar itu mengatakan cahaya itu tampaknya berasal dari sekitar 10 meter di bawah permukaan air, bukannya lapisan permukaan tipis seperti yang dibayangkan beberapa ilmuwan.

Sampel air yang diambil dengan ember mengungkapkan beberapa titik cahaya stabil yang menjadi gelap saat diaduk.

“(Itu) kebalikan dari apa yang terjadi dengan bioluminesensi ‘normal’,” kata Miller, yang temuannya dipublikasi di "Proceedings of the National Academy of Sciences."

Sebelum ini, semua cerita tentang “lautan susu” hanya dari mulut ke mulut, berasal dari masa awal kapal dagang di abad ke-18. Akan tetapi, gambar yang diambil oleh kru pada smartphone dan kamera digital memberikan bukti fotografi pertama dari fenomena “lautan susu” tersebut.

Mereka semua menggambarkan hal yang serupa, dan gambar-gambarnya konsisten dengan apa yang digambarkan.

Semua seperti seragam: cahaya halus, penampilan hampir berkabut, sangat membingungkan.

Konfirmasi independen ini diharapkan akan memudahkan ahli untuk mempelajari laut susu di masa depan. (Kompas.com)

Baca juga: Mengenal Wabah Listeria yang Ditemukan di Florida, Adakah di Indonesia? Kenali Ini Gejalanya

Baca juga: Pemadam Aceh Selatan Berjibaku dengan Kebakaran 5 Ribu Meter Lahan di Kluet Tengah

Baca juga: Berukuran Setengah Milimeter, Robot Kepiting Terkecil di Dunia

 

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved