Luar Negeri

P-22, Singa Gunung Ikonis Hollywood yang Terpaksa Disuntik Mati

P-22, singa gunung ikonis Hollywood dan dipuji sebagai "duta satwa liar" di kota itu terpaksa disuntik mati karena masalah kesehatan dan menunjukkan

Editor: Muliadi Gani
Photograph by Steve Winter/National Geographic
P-22, singa gunung paling terkenal di Los Angeles, seekor kucing jantan liar tua yang terlihat di sekitar Taman Griffith kota, disuntik mati pada hari Sabtu karena kondisi kesehatannya terus memburuk. 

Otoritas satwa liar mengatakan dampak kehidupan cougar itu akan terus bergema.

Dia adalah ikon di balik kampanye untuk membangun penyeberangan satwa liar di atas jalan bebas hambatan Los Angeles.

Fasilitas itu dibangun agar kucing besar, coyote, rusa, dan satwa liar lainnya bisa dengan aman berjalan ke Pegunungan Santa Monica di dekatnya, tempat mereka memiliki ruang untuk menjelajah.

“Dia mengubah cara kita memandang LA. Dan statusnya sebagai influencer meluas ke seluruh dunia karena dia menginspirasi jutaan orang untuk melihat satwa liar sebagai tetangga mereka,” kata Beth Pratt, Direktur Eksekutif Rregional California untuk National Wildlife Federation, dalam pidato emosional yang dikirimkan kepada wartawan.

Baca juga: Pria Pakai Kostum Buaya Goda Buaya Asli, Dinilai Cari Mati Secara Kreatif

Tahun ini, pembangunan “jembatan penyeberangan” yang akan membentang 200 kaki (60 meter) di atas US 101 itu sudah dilakukan.

US 101 merupakan jalan bebas hambatan sibuk yang diyakini telah dilintasi P-22 untuk mencapai Taman Griffith dari Pegunungan Santa Monica.

Pengujian genetik menunjukkan di sana P-22 dilahirkan, menurut Museum Sejarah Alam Los Angeles County (NHMLAC).

Pembangunan jembatan diharapkan selesai pada awal 2025.

P-22 mendadak tenar setelah gambarnya tertangkap kamera pengindraan gerak di taman nasional pada 2012, setelah itu ia ditangkap oleh ahli biologi lokal dan diberi kalung pelacak.

“Kepergiannya adalah momen yang menyakitkan, tetapi kami sangat berterima kasih atas bagaimana dia menciptakan pemahaman yang lebih baik tentang koeksistensi satwa liar perkotaan, manusia, dan keanekaragaman hayati Los Angeles,” kata Miguel Ordenana, manajer senior ilmu komunitas di museum.

“Kisahnya adalah katalis untuk perubahan,” simpul Ordenana.

(Kompas.com)

Baca juga: Buaya dan Kura-kura Paling Rentan Hadapi Kepunahan

Baca juga: Ukuran Tubuh Burung Makin Kecil karena Perubahan Iklim

Baca juga: Kenapa Ular Takut pada Kucing?

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved