konflik Palestina vs Israel

Perbatasan Rafah Dibuka, Korban Terluka dan Warga Asing Tinggalkan Gaza Menuju Mesir

Warga yang terluka menjadi rombongan pertama yang dibawa keluar meninggalkan Gaza untuk mendapatkan perawatan medis darurat di Mesir pada hari Rabu,

Editor: Muliadi Gani
MOHAMMED ABED / AFP
Orang-orang berjalan melewati gerbang untuk memasuki perbatasan Rafah ke Mesir di Jalur Gaza selatan pada 1 November 2023. 

"Sudah cukup. Kami sudah cukup menanggung penghinaan,” kata warga Gaza Rafik al-Hilou, yang menemani kerabatnya termasuk anak-anak berusia satu dan empat tahun yang berharap bisa menyeberang ke Mesir.

“Kami kekurangan kebutuhan manusia yang paling mendasar."

"Tidak ada internet, tidak ada telepon, tidak ada alat komunikasi, bahkan air pun tidak."

"Selama empat hari terakhir, kami belum bisa memberi makan sepotong roti pun kepada anak ini. Apa yang kamu tunggu?"

Israel tanpa henti menggempur Gaza sebagai pembalasan atas serangan Hamas pada 7 Oktober lalu.

8.796 orang Palestina tewas dalam pemboman Israel, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak gencatan senjata dan berjanji untuk melanjutkan perang sampai mencapai kemenangan terhadap Hamas.

Baca juga: AS Tolak Seruan Dunia agar Hamas-Israel Gencatan Senjata di Gaza, Sebut Bukan Jawaban Tepat

Baca juga: Usai Posting Aaliyah Massaid Gelendotan ke Thariq Halilintar, Sarah Tumiwa Ngaku Diserang Netizen

"Tidak ada harapan di Gaza"

Pembukaan perbatasan sementara dengan Mesir memberikan secercah harapan dalam krisis kemanusiaan di Gaza yang disebut oleh PBB dan lembaga bantuan lainnya sebagai “peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya.”

Serangan Israel memicu kecaman dari Qatar, Arab Saudi, dan juga di Bolivia, yang memutus hubungan diplomatik sebagai bentuk protesnya.

Situasi di Gaza masih memprihatinkan, warga kekurangan makanan, bahan bakar dan obat-obatan untuk 2,4 juta penduduk, menurut kelompok bantuan.

Penduduk Palestina mengatakan kepada AFP bahwa mereka telah dievakuasi dari Gaza utara, seperti yang diminta oleh Israel, namun masih dalam ancaman.

“Kami diberitahu untuk mengungsi dari Kota Gaza menuju wilayah tengah Jalur Gaza di luar lembah, jadi kami menuju ke sana.

Setelah 20 hari, kami dibombardir.

Tiga anak kami kehilangan nyawa dan kami semua terluka,” kata Amin al-Aqluk kepada AFP.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved