Konflik Palestina vs Israel

Gencatan Senjata 4 Hari Mulai Berlaku Antara Israel dan Hamas

Dalam perjanjian gencatan senjata tersebut, Hamas di Jalur Gaza akan melepaskan sejumlah sandera mereka

Penulis: Muhammad Aulia Ichsan | Editor: Muliadi Gani
AFP/KATA KHATIB
Seorang perempuan Palestina berjalan di atas puing-puing bangunan menyusul serangan Israel di Rafah, Jalur Gaza selatan pada Senin (20/11/2023). 

PROHABA.CO - Perjanjian untuk menghentikan pertempuran selama empat hari dalam konflik Israel-Hamas resmi dimulai pada Jumat (24/11/2023) pukul 07.00 waktu lokal atau 12.00 WIB.

Kesepakatan ini tercapai melalui upaya negosiasi dari Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat (AS).

Hal ini menandai periode pertama dari pertempuran yang berlangsung selama tujuh pekan dan telah menyebabkan kematian ribuan orang di kedua sisi konflik.

Dalam perjanjian gencatan senjata tersebut, Hamas di Jalur Gaza akan melepaskan sejumlah sandera mereka sebagai bagian dari pertukaran dengan tahanan Palestina di Israel.

Menurut laporan dari AFP, mediator Qatar menyatakan bahwa sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata, 13 perempuan dan anak-anak yang ditahan di Gaza akan dibebaskan pukul 16.00 waktu setempat atau 21.00 WIB, diikuti oleh tahanan Palestina dari penjara-penjara Israel.

Dalam rentang empat hari, diperkirakan setidaknya 50 sandera akan dibebaskan, sementara sekitar 190 masih akan berada di tangan militan Palestina.

Sebagai imbalannya, diperkirakan 150 tahanan Palestina akan dibebaskan.

Baca juga: Oknum Polisi Digerebek saat Asyik Sabu Bersama Seorang Wanita di Kolaka Utara, Terancam Dipecat

Bagi lebih dari 2 juta penduduk Gaza, kesepakatan ini membawa harapan akan mereda nya serangan-serangan udara Israel yang telah berlangsung berminggu-minggu.

Pemerintah Hamas di wilayah tersebut menyatakan bahwa konflik ini telah menyebabkan sekitar 15.000 kematian dan mengakibatkan banyak orang menjadi pengungsi.

Ketika fajar tiba, ribuan orang yang telah mengungsi ke daerah-daerah dekat perbatasan Gaza dengan Mesir bersiap untuk kembali ke desa-desa mereka.

Omar Jibrin (16) adalah salah satu dari mereka.

Sebentar setelah gencatan senjata mulai berlaku, Omar meninggalkan rumah sakit di bagian selatan yang beberapa waktu terakhir ia dan delapan anggota keluarganya gunakan sebagai tempat perlindungan.

Baca juga: BRAT NEKAD, Seorang Tahanan Narkotika Kabur Usai Turun dari Mobil Tahanan

"Saya akan pulang," katanya kepada AFP saat memulai perjalanan.

Namun, pesawat-pesawat tempur Israel di atas Gaza selatan menjatuhkan selebaran yang memperingatkan warga untuk tidak kembali ke utara.

"Perang belum berakhir.

Kembali ke utara dilarang dan sangat berbahaya!!!" demikian bunyi selebaran itu.

Sementara itu, Militer Israel mengklaim, sekitar 15 menit setelah gencatan senjata dimulai, sirene peringatan akan adanya roket masuk berbunyi di beberapa komunitas di sepanjang perbatasan Israel dengan Gaza.

Mereka tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang hal itu.

Jumlah pasti korban jiwa dalam perang tersebut tidak dapat dipastikan secara independen, namun bagi banyak keluarga Palestina dan Israel, gencatan senjata tersebut datang terlambat.

"Hal terakhir yang dia katakan kepada saya adalah bahwa dia menunggu gencatan senjata pada hariJumat," kata Fida Zayed, seorang warga Gaza yang putranya, Udai (20) terbunuh dalam serangan udara baru-baru ini.

(Penulis adalah mahasiswa Internship dari Universitas Malikussaleh Aceh Utara)

 

Baca juga: Israel dan Hamas Sepakat Gencatan Senjata 4 Hari, Bebaskan 50 Sandera 

Baca juga: Ribuan Karyawan USAID Telah Menandatangani Surat Gencatan Senjata di Gaza

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved