Gempa Jepang

Korban Gempa Jepang Jadi 161 Orang, Lebih dari 100 Masih Belum Ditemukan

Dalam dua hari terakhir, wilayah tersebut diselimuti salju sehingga mempersulit operasi.

Penulis: TM Farizi | Editor: Jamaluddin
AFP/YUSUKE FUKUHARA
Sejumlah orang berdiri dekat jalan yang amblas akibat gempa di Kota Wajima, Prefektur Ishikawa, Jepang, pada Senin (1/1/2024). 

"Priotas pertama adalah menyelamatkan orang-orang yang tertimbun reruntuhan, dan menjangkau masyarakat terpencil," kata Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, dalam wawancara dengan NHK.

PROHABA.CO - Jumlah korban tewas akibat gempa pada Hari Tahun Baru di Jepang meningkat menjadi 161 orang. Pada malam sebelumnya, warga yang tewas akibat bencana alam itu sebanyak 128 orang.

Pihak berwenang pada Senin (8/1/2024) menyampaikan, salju mempersulit upaya penyelamatan korban yang masih hilang.

Hingga kini, jumlah korban yang belum ditemukan turun dari 195 menjadi 103 orang.

Data itu disampaikan pihak berwenang di wilayah tengah Ishikawa yang diguncang gempa berkekuatan 7,5 Skala Richter tersebut.

Gempa dahsyat itu merobohkan bangunan, memicu kebakaran besar, dan memicu gelombang tsunami setinggi lebih dari satu meter.

Ribuan penyelamat sudah dikerahkan dari seluruh Jepang.

Pekerjaan menjadi rumit karena jalan-jalan terputus akibat gempa.

Tanah longsor diperkirakan terjadi di 1.000 titik atau lokasi.

Baca juga: Pemerintah Indonesia Sampaikan Duka Cita Mendalam atas Gempa di Jepang, Korban Tewas Capai 62 Orang

Dalam dua hari terakhir, wilayah tersebut diselimuti salju sehingga mempersulit operasi pencarian korban yang masih hilang.

Di sisi lain, seorang wanita berusia 90-an tahun melawan rintangan untuk bertahan selama lima hari di bawah reruntuhan rumah yang sudah ambruk di Kota Suzu, Semenanjung Noto yang terkena dampak paling parah sebelum diselamatkan pada hari Sabtu (6/1/2024).

Tak hanya itu, di Kota Anamizu, seorang pria berusia 52 tahun yang kehilangan putranya berusia 21 tahun dan mertuanya menunggu untuk mendengar kabar tentang istrinya, ketiga anaknya yang lain, serta anggota keluarga besarnya.

"Saya berharap mereka masih hidup, tidak terpikirkan saya dibiarkan sendirian," kata pria tersebut kepada NHK, dikutip dari NDTV.

Cuaca dingin yang menyelimuti negara itu juga kemungkinan akan memperburuk kondisi lebih dari 28.000 orang di 404 tempat penampungan yang disiapkan pemerintah.

Baca juga: HUHH, Detik-detik Gelombang Tsunami Sapu Daratan Jepang Usai Gempa 7,6 SR

Hujan yang terus-menerus meningkatkan risiko terjadinya tanah longsor baru.

Sementara salju lebat dapat menyebabkan lebih banyak bangunan runtuh karena beban yang berat.

Karena itu, pemerintah daerah memperingatkan masyarakat untuk lebih hati-hati dan waspada.

"Priotas pertama adalah menyelamatkan orang-orang yang tertimbun reruntuhan, dan menjangkau masyarakat terpencil," kata Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, dalam wawancara dengan NHK.

"Pemerintah juga sudah menerjunkan sejumlah helikopter polisi dan pemadam kebakaran untuk menjangkau mereka," tambah Kishida.

Jepang mengalami ratusan gempa bumi setiap tahun, namun sebagian besar tidak menimbulkan kerusakan karena peraturan bangunan ketat yang diterapkan selama lebih dari empat dekade.

Baca juga: NGERI, Gempa Guncang Ishikawa Banyak Warga Tertimbun Reruntuhan

Namun banyak bangunan yang berusia sangat tua, terutama di komunitas yang menua dengan cepat di daerah pedesaan seperti Noto.

Negara ini dihantui oleh gempa raksasa tahun 2011 yang memicu tsunami, menyebabkan sekitar 18.500 orang tewas atau hilang serta menyebabkan bencana nuklir di pembangkit listrik Fukushima. (Penulis adalah mahasiswa internship dari Universitas Teuku Umar Meulaboh, Aceh Barat)

Update berita lainnya di PROHABA.co dan Google News

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved