Tahukah Anda

Mengapa Ada Obat yang Bisa Diminum Bersamaan, tapi Ada yang Tidak Boleh?

Ada kalanya ketika diresepkan beberapa obat, ada satu obat yang diminumnya harus satu jam setelah obat yang lain.

Editor: Muliadi Gani
kompas.com
ilustrasi obat antibiotik 

Selain itu, efek samping masing-masing kombinasi obat yang digunakan bisa berkurang karena dosis masing-masing komponen tersebut bisa diturunkan.

Contoh kombinasi analgetika, misalnya kafein dan kodein.

Kombinasi ini sering digunakan, khususnya dalam sediaan dengan parasetamol. Selain kombinasi dengan efek yang sengaja ingin dicapai, ada juga efek potensiasi yang tidak diinginkan.

Contoh dari efek obat yang tidak diinginkan, misalnya jika alkohol dan obat sedatif seperti diazepam dikombinasi.

Kombinasi tersebut akan meningkatkan penekanan susunan saraf pusat (Kee dan Hayes 1996).

Insulin dan antidiabetika oral mudah sekali dipengaruhi efeknya oleh obatobat lain yang diberikan bersamaan.

Obat-obat yang paling sering menimbulkan interaksi dalam efek potensiasi sering kali terjadi dengan analgetika, antibiotika, alkohol, atau antikoagulansia.

Obat-obat tersebut meningkatkan kadar insulin darah sehingga bisa mengakibatkan hipoglikemia.

Penurunan kadar gula dalam darah ini sering terjadi secara mendadak, terutama ketika perut kosong (Tjay dan Rahardja 2007).

Baca juga: Kenapa Makanan Pedas Bikin Sakit Perut? Ini Penyebabnya

Interaksi bersifat antagonis

gonis Interaksi antagonis merupakan interaksi yang bersifat saling menurunkan, bahkan meniadakan khasiat dari masing-masing obat.

Kegiatan obat pertama dikurangi atau bahkan ditiadakan sama sekali oleh obat kedua yang memiliki khasiat farmakologis yang bertentangan.

Penurunan efek satu obat oleh obat yang lain atau antagonis antarobat pada umumnya tidak diinginkan, tetapi kadangkadang juga diinginkan.

Pada kasus penurunan efek obat yang tidak diinginkan, kombinasi obat dikatakan tidak sesuai (incompatible).

Bila senyawa antagonis dimaksudkan untuk menghilangkan efek agonis atau efek sampingnya, maka disebut efek kuratif, misal untuk pengobatan keracunan obat, senyawa antagonis berfungsi sebagai antidotum (Stockley 2008).

Sumber: Kompas.com
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved