Tahukah Anda

Studi Ungkap Dampak Puasa Intermiten bagi Otak, Berikut Penjelasannya

Puasa intermiten dilakukan dengan pembatasan asupan kalori (energi) dalam jangka waktu singkat, biasanya selama 12 hingga 16 jam per hari, yang

Editor: Muliadi Gani
FREEPIK/RAWPIXEL.COM
Ilustrasi otak. 

PROHABA.CO - Selama berabad-abad puasa mendapat tempat penting dalam berbagai budaya dan agama di dunia.

Praktik yang dilaksanakan oleh pemeluk sejumlah agama ini dipuji karena khasiatnya diyakini membersihkan dan merevitalisasi tubuh manusia. 

Sebenarnya seperti apa cara kerja tubuh saat berpuasa sehingga bisa berdampak baik bagi kesehatan manusia? 

Pentingnya pola makan dan poros otak-usus bagi kesehatan otak dan fungsi kognitif semakin diakui.

 Intervensi diet diuji potensinya dalam mencegah dan/atau mengobati gangguan otak

Puasa intermiten (IF), pantang atau pembatasan kalori selama 12 hingga 48 jam, diselingi dengan periode asupan makanan teratur, 

Puasa intermiten dilakukan dengan pembatasan asupan kalori (energi) dalam jangka waktu singkat, biasanya selama 12 hingga 16 jam per hari, yang kemudian diikuti dengan periode asupan makanan normal.

Di samping itu, para ilmuwan pun telah meneliti dampak puasa intermiten terhadap tubuh, termasuk otak.

Ternyata, puasa intermiten menwarkan banyak manfaat bagi kesehatan.

Baca juga: Bagaimana Otak Bekerja Saat Seseorang Melamun?

Dampak puasa intermiten Berikut adalah beberapa dampak puasa intermiten pada tubuh yang dapat membantu menjelaskan potensi dampaknya bagi otak.

1. Ketosis

Tujuan dari puasa intermiten adalah untuk mengubah “saklar metabolisme” dari pembakaran yang didominasi karbohidrat menjadi pembakaran lemak.

Proses ini disebut ketosis, yang biasanya terjadi setelah 12-16 jam puasa, ketika simpanan hati dan glikogen habis.

Keton, bahan kimia yang dihasilkan oleh proses metabolisme ini, menjadi sumber energi yang dipilih otak.

Karena proses metabolisme yang lebih lambat untuk menghasilkan energi dan berpotensi menurunkan kadar gula darah, ketosis dapat menyebabkan lapar, lelah, mual, mood buruk, mudah tersinggung, sembelit, sakit kepala, dan “kabut” otak.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved