Internasional

Warga Palestina Berduka atas Meninggalnya Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh 

Warga Palestina yang tinggal di kamp-kamp pengungsian di Deir el-Balah mengungkapkan kemarahan dan kesedihan mereka setelah Kepala Biro Politik Hamas,

Editor: Muliadi Gani
Majid Saeedi / GETTY IMAGES EUROPE / Getty Images via AFP
Ratusan warga Iran yang berunjuk rasa ikut serta dalam protes terhadap pembunuhan Ismail Haniyeh, kepala politik Hamas, di Palestine Square di Teheran, Rabu, 31 Juli 2024. Haniyeh tewas di pengasingan dalam serangan udara pada Rabu pagi di ibu kota Iran. Haniyeh tewas dalam serangan udara di Teheran setelah menghadiri pelantikan presiden baru Iran. Israel belum mengklaim bertanggung jawab atas kematiannya. 

PROHABA.CO -  Warga Palestina merasa sangat kehilangan atas meninggalnya Ismail Haniyeh di Teheran pada Rabu, (31/7/2024).

Sebagai kepala biro politik Hamas dan tokoh kunci dalam perjuangan Palestina, meninggalnya Haniyeh tidak hanya mengubah lanskap politik internal Palestina, tetapi juga berpotensi menggeser keseimbangan kekuatan di Timur Tengah.

Warga Palestina yang tinggal di kamp-kamp pengungsian di Deir el-Balah mengungkapkan kemarahan dan kesedihan mereka setelah Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh, tewas di Teheran, Iran, Rabu (31/7/2024) dini hari.

Haniyeh tewas dalam serangan yang digambarkan oleh Hamas sebagai "serangan berbahaya Zionis ke kediamannya."

Saleh al-Shannat (67), pengungsi dari Beit Lahiya, Gaza utara, mengaku sangat kehilangan sosok Haniyeh.

Sebab menurutnya, Haniyeh bukan hanya pemimpin Hamas, melainkan juga Palestina.

"Ismail Haniyeh adalah seorang pemimpin Palestina, bukan hanya pemimpin Hamas.

Ia adalah mantan perdana menteri dalam pemerintahan persatuan Palestina dan seorang pemimpin yang cinta damai.

Kami sangat kehilangan," katanya, dilansir Al Jazeera.

"Warga Palestina kehilangan seorang pemimpin hebat," ucap al-Shannat sambil meneteskan air mata.

Lebih lanjut, al-Shannat mengaku mengenal Haniyeh secara pribadi saat ia bekerja di komite mediasi yang menyelesaikan pertikaian lokal.

Di mata al-Shannat, Haniyeh adalah sosok yang tak pernah mengabaikan pertanyaan orang-orang.

Baca juga: Ini Reaksi Dunia Atas Meninggalnya Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh di Iran

Haniyeh, kata al-Shannat, selalu berusaha melayani masyarakat.

"Saya mengenalnya secara pribadi.

Dia tidak pernah menolak pertanyaan, selalu berusaha melayani masyarakat dan kepentingan mereka," ungkapnya.

Senada dengan al-Shannat, Abdul Salam al-Bik (47), pengungsi dari lingkungan Zeitoun di Gaza, mengaku kaget dan sedih saat mendengar kabar Haniyeh tewas.

Al-Bik mengatakan Haniyeh saat ini termasuk di antara korban-korban serangan Israel.

"Ismail Haniyeh adalah seorang pria Palestina sebelum ia menjadi seorang pemimpin.

Namun, pembunuhannya hari ini menjadikan ia salah satu korban serangan Israel, sama seperti kami di Gaza," ujar al-Bik.

Ia meyakini tewasnya Haniyeh tidak akan mengubag apapun di Gaza.

Al-Bik, yang mengaku putus asa, merasa masyarakat dunia sudah tak lagi 'tertarik' pada apa yang terjadi di wilayah kantong tersebut.

"Membunuh wanita, anak-anak, dan orang tua juga tidak mengubah apapun.

Bahkan jika seluruh penduduk Palestina dimusnahkan, tidak akan ada yang bergerak."

"Sebagai warga Palestina, saya merasa dunia sudah bosan dengan kami.

Rezim-rezim Arab dan asing sudah bosan dengan berita tentang kami," tutur al-Bik.

"Kami telah kehilangan para pemimpin nasional dan elit masyarakat, dan kami terus kehilangan mereka."

"Perang ini bukan melawan Hamas. Perang ini melawan semua orang Palestina, bahkan air dan udara yang kita hirup," lanjutnya.

Baca juga: Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh Dilaporkan Meninggal Dibunuh di Iran

Baca juga: Ratusan Warga Palestina Meninggal dan Terluka akibat Serangan Baru Israel di Gaza

Israel Tak Membedakan Targetnya

Menanggapi tewasnya Ismail Haniyeh, seorang pengungsi di kamp darurat, Zahwa al-Samouni (62), menyebut Israel tidak membedakan targetnya, pemimpin, pejuang, atau warga sipil.

"Saya warga sipil yang terusir, saya bisa menjadi sasaran kapan saja," ujar al-Samouni.

Tak hanya itu, al-Samouni juga membeberkan seperti apa sosok Haniyeh.

Menurutnya, Haniyeh adalah orang yang cinta damai dan suka bergaul dengan siapa saja yang ditemuinya.

"Ismail Haniyeh sangat dekat dengan masyarakat sebelum ia meninggalkan Gaza menuju Qatar."

"Ia orang yang cinta damai, bergaul dengan masyarakat di jalan, berbagi suka dan duka.

Kami sering melihatnya di masjid," ungkap dia.

Nour Abu Salama (41), ibu tujuh anak yang mengungsi dari kota Jabalia di Gaza utara, mengungkapkan keputusasaannya setelah mendengar kabar tewasnya Haniyeh.

Bagi keluarganya, pembunuhan terhadap Haniyeh adalah tragedi.

Sebab, Haniyeh menjadi perwakilan Hamas dalam pembicaraan gencatan senjata yang dimediasi Qatar dan MEsir.

"Pembunuhan Ismail Haniyeh merupakan tragedi bagi kami."

"Dia seorang pemimpin politik dan sedang bernegosiasi untuk mengakhiri perang," katanya.

Salama menyatakan, ia pribadi tidak sependapat dengan Hamas, namun banyak warga Palestina berduka atas kepergian Haniyeh karena ia dikenal dekat dengan rakyat.

Ia memperkirakan hanya sedikit kecaman atau tindakan dari masyarakat internasional atas pembunuhan Haniyeh.

"Apakah ada yang bertindak ketika ribuan wanita dan anak-anak terbunuh di Gaza?"

"Apakah ada yang bertindak ketika mereka melihat kami menjalani kehidupan penuh penderitaan di tenda-tenda?" tanyanya.

"Apakah sekarang ada yang tergerak oleh pembunuhan Ismail Haniyeh? Tentu saja tidak," pungkasnya.

 

Baca juga: Menteri Israel Murka dan Tebar Ancaman Usai Cina Damaikan Hamas dan Fatah

Baca juga: Yaman Dukung Palestina, Bikin Pelabuhan Milik Israel Bangkrut

 

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Warga Palestina Berduka atas Kematian Bos Hamas Ismail Haniyeh: Kami Kehilangan Pemimpin Hebat, 

Update berita lainnya di PROHABA.co dan Google News

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved