Media Sosial
Pengguna TikTok Hampir Semua Berpendidikan Rendah? Berikut Penjelasan Kreator Konten
Menggunakan TikTok secara berlebihan dapat menurunkan IQ dan dapat membahayakan kesehatan mental.
Penulis: Dara Aulia | Editor: Jamaluddin
Dalam video tersebut, Raymond Chin juga menyebutkan dampak buruk terhadap kognitif otak kecanduan TikTok, terutama pada remaja.
PROHABA.CO - TikTok adalah platform media sosial (medsos) yang sangat populer, terutama di kalangan generasi muda.
Tak hanya generasi muda, anak anak dan bahkan orang tua pun juga menggunakan platform media sosial yang sangat popular ini.
Sehingga TikTok menjadi salah satu aplikasi dengan pengguna terbanyak di dunia.
Pasalnya, masyarakat menggunakan TikTok hanya untuk mencari hiburan, berinteraksi, membuat konten pelajaran atau konten edukasi, dan mencari beberapa produk online.
Namun, hal tersebut menjadi banyak disalahgunakan terkait manfaat platform media sosial ini.
Sehingga tanpa disadari menggunakan TikTok secara berlebihan dan menggunakan TikTok tanpa mengfilter konten yang tidak terdidik dan tidak beredukasi dapat menurunkan IQ dan dapat membahayakan kesehatan mental.
Baca juga: Apakah Mengonsumsi Micin Membuat Kita Jadi Bodoh? Berikut Penjelasan dr Tirta
Dilansir Prohaba.co pada kanal Youtube Raymond Chin pada Rabu (13/11/2024), dalam video Raymond Chin dibahas tentang bahayanya menggunakan TikTok.
Dalam video tersebut, Raymond Chin yang merupakan seorang pengusaha, kreator konten, sekaligus TikToker mengatakan platform ini sangat berpotensi untuk jadi mesin propaganda pencipta presiden dunia, dan DVD et Imperan (mengadu domba) dengan memecah belah.
“Menurut gua, platform ini sangat berpotensi untuk jadi mesin propaganda pencipta presiden dunia ya The Real King Maker dan kali ini bahayanya bukan bisa sampai di level ngehancuri sebuah negara ada yang namanya DVD Et Impera yaitu gimana cara satu entitas menguasai satu tempat dengan memecah belah,” jelasnya.
Selanjutnya ia menyebutkan bahwa top komen menjadi sebuah unsur seseorang untuk mudah dimanipulasi, padahal yang banyak dan banjir adalah akun buzzer.
Baca juga: GAWAT, Jalan dan Jembatan Putus Diterjang Banjir di Aceh Tenggara
“Faktanya karena ini top komen seberapa mudah untuk dimanipulasi, tapi balik ke frasa orang bodoh ya tanda kutip orang yang berpendidikan rendah karena ada risetnya antara pendidikan dengan penanganan emosi semakin tinggi semakin kalem semakin rendah pendidikannya semakin tinggi emosinya,” sambung dia.
Raymond Chin menyebutkan, pengguna TikTok itu lebih suka melihat konten-konten yang tidak bersubtansi, konten drama, konten ngejelekkin orang, konten ekstream, dan ngemis.
“Kita tahu pendidikan orang TikTok tuh agak rendah ya kita tahu yang suka dikonsumsi adalah konten-konten yang tidak bersubtansi, konten drama, konten ngejelekkin orang, konten ekstream, dan ngemis.
Mereka emang suka konten yang tidak beredukasi dan ini berpotensi buat makin membodohkan,” ujarnya.
Walaupun demikian, banyak konten moderation dan banyak aturan dalam pkatfrom tersebut tapi aturan itu tidak berlaku dan tak terlalu ngefilter apa yang bagus atau yang viral yang penting viral atau menarik.
Dalam video tersebut, Raymond Chin juga menyebutkan dampak buruk terhadap kognitif otak kecanduan TikTok, terutama pada remaja.
Baca juga: Ibu Muda di Kendari Sewa Pembunuh Bayaran Habisi Mertuanya, Begini Akhir Nasib Pelaku
“Penelitiannya 60-70 persen remaja yang sering pakai TikTok itu mengalami stress gangguan cemasan anxiety dan bahkan pikiran-pikiran negtif insecurity dan yang lebih parah yang dari tadi gua bahas dari awal dampak buruk terhadap kognitif otak kecanduan TikTok,” tambahnya.
Karena itu, Raymond memberi saran agar jangan sering membuka TikTok, apalagi di era politik ini.
“Apalagi di era politik ini ya saran gua biar IQ kalian enggak minus jangan sering sering buka TikTok.
Kalau mau buka, pastiin filter itu konten-konten yang edukatif jangan telan mentah-mentah,” pungkasnya.
Baca juga: Hati-Hati! Ini Daftar Skincare yang Mengandung Bahan Berbahaya
(Penulis adalah mahasiswa intership dari Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Samudra Langsa)
Update berita lainnya di PROHABA.co dan Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.