Israel vs Palestina

Tenda Media di Gaza Dibom Israel, Jurnalis Terbunuh dan Beberapa Lainnya Mengalami Luka Bakar

Serangan ini membakar tenda yang dihuni serta menewaskan dua orang sementara dan yang lainnya terjebak dalam kobaran api.

|
Penulis: Achmad Erfian Nabila | Editor: Jamaluddin
AFP/OMAR AL-QATTAA
TENDA PENGUNGSI PALESTINA - Deretan tenda didirikan untuk para pengungsi Palestina di Beit Lahia, Jalur Gaza utara pada 14 September 2024, di tengah perang yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Hamas. Terkini, pasukan Israel mengebom tenda yang melindungi wartawan di Khan Younis pada Senin (7/4/2025). Serangan ini membakar tenda yang dihuni serta menewaskan dua orang, sementara yang lain terjebak dalam kobaran api. (Arsip September 2024, AFP/OMAR AL-QATTAA) 

Laporan ini mengatakan bahwa serangan Israel di Jalur Gaza sejak Oktober 2023 sudah membunuh lebih banyak jurnalis daripada perang Saudara AS, Perang Dunia I dan II, Perang Korea, Perang Vietnam (termasuk konflik di Kamboja dan Laos), perang di Yugoslavia pada tahun 1990-an dan 2000-an, serta perang setelah 9/11 di Afghanistan, jika digabungkan.

PROHABA.CO - Pasukan Israel mengebom tenda yang melindungi wartawan di Khan Younis pada Senin (7/4/2025).

Serangan ini membakar tenda yang dihuni serta menewaskan dua orang, sementara yang lain terjebak dalam kobaran api.

Serangan yang menargetkan tenda di dekat Rumah Sakit Nasser ini menewaskan wartawan Hilmi al-Faqawi dan seorang warga sipil Yousef al-Khazindar.

Demikian dilaporkan Kantor Berita Palestina, Wafa.

Beberapa wartawan lain di tenda itu terluka, termasuk Ahmed Mansour, Hassan Islayeh, Ahmed al-Agha, Mohammed Fayeq, Abdullah al-Attar, Ihab al-Bardini, Mahmoud Awad, Majed Qudaih, dan Ali Islayh, dengan beberapa di antaranya berada dalam kondisi kritis.

Baca juga: Melalui Investigasi, PBB Telah Menetapkan Israel Melakukan Genosida selama Konflik di Gaza

Baca juga: Israel Kembali Bombardir Gaza, Timur dan Selatan Jadi Target, Gencatan Senjata Berakhir

Pengeboman itu langsung mengenai telepon milik Hassan Islayeh disertai dengan pecahan peluru yang melukai dia dan beberapa wartawan.

Abed Shaat, seorang wartawan yang selamat dari serangan ini kepada MEE mengatakan bahwa sekitar pukul 03.00 pagi waktu setempat, Israel secara tiba-tiba mengebom tenda tempat para wartawan menginap.

“Para jurnalis ini terkenal dan kamp [pengungsian] ini dikenal luas sebagai tempat para jurnalis tinggal, bekerja untuk mengirim pesan, menyuarakan pendapat, dan menggambarkan situasi.

Mereka bertugas untuk melaporkan perjuangan dan kekhawatiran orang-orang,” kata Shaat.

Shaat juga menggambarkan kejadian itu sebagai kejadian yang sangat mengerikan, menyedihkan, dan menyakitkan

Setelah pengeboman, Shaat mengatakan bahwa ia bergegas menghampiri rekannya, Mansour, salah satu dari wartawan yang terluka parah dalam serangan itu.

“Melihat rekan jurnalis Anda dilalap api, saya rasa Anda tidak dapat menyaksikan sesuatu yang lebih sulit dari itu,” ungkapnya.

Dalam upayanya untuk menyelamatkan rekan jurnalisnya, Shaat mengalami luka bakar ringan di tangannya. 

Baca juga: Gencatan Senjata Berakhir, Israel Lanjutkan Serangan ke Jalur Gaza, Begini Kata Hamas

Baca juga: Miris, Tentara Israel Melakukan Kejahatan Perang Dengan Melakukan Penjarahan Barang dan Menjualnya

Dalam rekaman yang beredar luas, Mansour, seorang wartawan yang menjadi korban terlihat dilalap api saat rekan-rekannya berusaha mati-matian untuk menyelamatkannya.

“Tenda itu diketahui semua orang sebagai tenda jurnalis, serangan itu menegaskan bahwa ini adalah serangan yang ditargetkan terhadap jurnalis,” kata Shaat.

Sejak melancarkan perangnya di Gaza pada Oktober 2023 lalu, Israel sudah membunuh 210 jurnalis Palestina.

Perang Israel di Gaza sudah menjadi konflik terburuk yang pernah ada bagi para jurnalis, menurut sebuah laporan oleh Watson Institute for International and Public Affairs.

Laporan ini berjudul News Graveyards: How Dangers to War Reporters Endanger the World,

Laporan ini mengatakan bahwa serangan Israel di Jalur Gaza sejak Oktober 2023 sudah membunuh lebih banyak jurnalis daripada perang Saudara AS, Perang Dunia I dan II, Perang Korea, Perang Vietnam (termasuk konflik di Kamboja dan Laos), perang di Yugoslavia pada tahun 1990-an dan 2000-an, serta perang setelah 9/11 di Afghanistan, jika digabungkan.

"Pada tahun 2023, seorang jurnalis atau pekerja media, rata-rata, terbunuh atau dibantai setiap empat hari.

Pada tahun 2024, jumlahnya menjadi tiga hari sekali," kata laporan tersebut.

"Sebagian besar reporter yang terluka atau terbunuh, seperti halnya di Gaza, adalah jurnalis lokal," tambah laporan itu

Baca juga: Mantan Menteri Keamanan Israel Serukan Blokade Jalur Bantuan ke Gaza, Kelompok HAM Mengecam

Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) mengatakan, pada Februari 2025, jumlah jurnalis yang terbunuh di seluruh dunia pada tahun 2024 mencapai rekor, dengan Israel bertanggung jawab atas hampir 70 persen kematian tersebut.

CPJ menuduh Israel berupaya menghalangi investigasi atas insiden tersebut, mengalihkan kesalahan kepada jurnalis, dan mengabaikan tugasnya untuk meminta pertanggungjawaban orang-orang atas pembunuhan tersebut. (Penulis adalah mahasiswa internship dari Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Syiah Kuala)

Update berita lainnya di PROHABA.co dan Google News

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved