Egg Freezing

Luna Maya Pilih Egg Freezing di Usia Muda, Inilah Fakta, Risiko, dan Biayanya di Indonesia

Pembekuan sel telur atau dikenal dengan istilah egg freezing merupakan prosedur yang semakin umum dilakukan oleh perempuan yang ingin menunda kehamila

Penulis: Amelia Puspa Trinanda | Editor: Jamaluddin
Canva Premium
ILUSTRASI EGG FREEZING - Ilustrasi Egg Freezing diambil dari aplikasi Canva Premium pada Kamis (8/5/2025). Luna Maya memilih melakukan Egg Freezing di Usia Muda. Berikut ini fakta, risiko, dan biayanya di Indonesia. 

Setelah itu, sel telur yang berhasil diambil akan ditempatkan dalam tabung reaksi, yang selanjutnya dibekukan menggunakan teknik vitrifikasi.

Sampai saat ini, tidak ada batasan 'masa kedaluwarsa' untuk umur simpan sel telur yang dibekukan. 

Ketika Anda siap untuk menggunakan sel telur tersebut, sel telur akan dicairkan dan dibuahi melalui prosedur injeksi sperma intrasitoplasma (ICSI), di mana sperma disuntikkan langsung ke dalam sel telur untuk pembuahan.

Menurut UCLA Health, sel telur yang dibuahi akan dipantau selama 3–5 hari sebelum akhirnya dimasukkan ke dalam rahim untuk proses implantasi.

Namun, seperti prosedur medis lainnya, pembekuan sel telur juga memiliki beberapa risiko efek samping. 

Beberapa di antaranya termasuk sindrom hiperstimulasi ovarium, infeksi, dan perdarahan saat pengambilan sel telur.

Meskipun demikian, tidak ada perbedaan signifikan antara bayi yang lahir dari sel telur beku dengan bayi yang lahir melalui pembuahan alami atau prosedur bayi tabung lainnya. 

Walaupun metode ini menjanjikan peluang untuk memiliki anak di masa depan, penting untuk dicatat bahwa keberhasilannya tidak dapat dijamin 100 persen. 

Karena itu, konsultasi medis yang mendalam sangat disarankan sebelum memutuskan untuk menjalani prosedur egg freezing.

Risiko dan Efek Samping

Meskipun prosedur egg freezing dapat memberikan peluang untuk memiliki anak di masa depan, ada beberapa ketidaknyamanan dan risiko yang perlu dipertimbangkan. 

Dilansir dari laman halodoc, ketidaknyamanan biasanya terjadi selama periode injeksi hormon dan setelah pengambilan sel telur. 

Proses ini memang memiliki risiko tersendiri, salah satunya adalah Sindrom Hiperstimulasi Ovarium (OHSS), yang dapat menyebabkan pembesaran ovarium, kebocoran cairan ke dalam rongga perut, dan gangguan keseimbangan elektrolit.

Menurut beberapa penelitian, wanita yang berusia di bawah 35 tahun cenderung lebih rentan mengalami efek samping selama prosedur ini. 

Wanita dengan kondisi medis tertentu, seperti sindrom polikistik ovarium (PCOS), atau mereka yang memiliki indeks massa tubuh (BMI) rendah, juga lebih berisiko mengalami komplikasi.

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved