Luar Negeri

Konflik di Sudan Mulai Memburuk, Sejumlah Negara Mulai Evakuasi Warganya

Penulis: Redaksi
Editor: Muliadi Gani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Asap mengepul dari lingkungan pusat Khartoum, Sudan, Minggu (16/4/2023). Puluhan orang tewas dalam pertempuran sengit antara tentara reguler Sudan dengan pasukan paramiliter RSF untuk berebut kekuasaan.

PROHABA.CO - Sejumlah warga negara asing dilaporkan mulai dievakuasi dari pelabuhan Laut Merah di Sudan pada Sabtu (22/4/2023).

Sudan seperti diketahui tengah dilanda pertempuran antara pasukan dua jenderal yang tengah berebut kekuasaan.

Sekitar 400 orang tewas dan ribuan lainnya terluka sejak pertempuran di Sudan meletus pekan lalu pada Sabtu (15/4/2023).

Pertempuran itu melibatkan pasukan yang setia kepada panglima militer Abdel Fattah al-Burhan dan wakilnya, Mohamed Hamdan Daglo.

Konflik di Sudan, Kemenlu Sebut 1.209 WNI Aman

Mohamed Hamdan Daglo adalah pemimpin Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter yang kuat dan secara umum dikenal sebagai Hemeti.

Pertempuran itu telah menjebak banyak orang di ibu kota Sudan, Khartoum.

Bandara pun telah berulang kali menjadi sasaran dan banyak penduduk tidak dapat meninggalkan rumah mereka atau keluar kota ke daerah yang lebih aman.

Baca juga: MENCEKAM, 180 Orang Tewas Dalam Pertempuran di Sudan

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan negara-negara asing telah mendesak para pemimpin militer yang bersaing di Sudan untuk menghormati pernyataan gencatan senjata.

Mereka diminta membuka jalan yang aman baik bagi warga sipil yang melarikan diri maupun untuk pasokan bantuan yang sangat dibutuhkan.

Tapi, seruan itu telah diabaikan. 

Militer di bawah kendali Abdel Fatteh al-Burhan dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) yang dipimpin Mohamed Hamdan Dagalo sejauh ini telah gagal mematuhi gencatan senjata yang disepakati hampir setiap hari sejak permusuhan pecah pada 15 April.

Pertempuran pada Sabtu kemarin melanggar apa yang dimaksudkan sebagai gencatan senjata tiga hari dari Jumat (21/4/2023) untuk memungkinkan warga mencapai keselamatan dan mengunjungi keluarga selama hari raya Idul Fitri.

Kedua belah pihak menuduh satu sama lain tidak menghormati gencatan senjata.

Karena bandara ditutup dan langit tidak aman, ribuan orang asing, termasuk staf kedutaan, pekerja bantuan, dan pelajar di Khartoum maupun di tempat lain di Sudan akhirnya tidak dapat keluar.

Halaman
12