Tahukah Anda

Pertama, Teleskop James Webb Deteksi Air di Komet Langka

Editor: Muliadi Gani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Comet Read, komet yang terletak di sabuk asteroid utama antara orbit Mars dan Jupiter

“Dunia kita yang dipenuhi air, penuh dengan kehidupan, dan unik adalah suatu misteri.

Kita tidak yakin bagaimana semua air ini sampai di sini,” kata Stefanie Milam, wakil ilmuwan proyek James Webb di Goddard Space Flight Center NASA.

Dan memahami sejarah distribusi air di Tata Surya akan membantu untuk memahami sistem planet lain.

Baca juga: Fakta-fakta Planet Jupiter, Planet Terbesar di Tata Surya yang Punya 79 Satelit Bulan

Baca juga: Mengapa Matahari yang Menjadi Pusat Tata Surya, Bukan Bumi?

Komet langka

Komet sabuk utama sendiri pertama kali ditemukan pada tahun 2006 oleh Henry Hsieh, ilmuwan senior di Planetary Science Institute di Tucson, Arizona, Amerika serikat.

Comet Read adalah salah satunya.

Data akurat yang dikumpulkan kemudian membantu para astronom untuk menentukan jejak uap air di sekitar Comet Read tak lama setelah jaraknya dekat dengan Matahari.

“Dengan pengamatan Webb terhadap Comet Read, kami sekarang dapat menunjukkan bahwa es air dari Tata Surya awal dapat terawetkan di sabuk asteroid,” ungkap Michael Kelley, astronom dan ilmuwan riset utama di University of Maryland di College Park.

Hanya saja seiring dengan penemuan ini, munculah teka-teki baru.

Comet Read tidak memiliki karbon dioksida yang dapat dideteksi, yang merupakan bahan penyusun sekitar 10 persen yang diuapkan oleh Matahari di semua komet lainnya.

Ada kemungkinan suhu yang lebih hangat dari sabuk asteroid utama menyebabkan Comet Read kehilangan karbon dioksida dari waktu ke waktu.

“Berada di sabuk asteroid untuk waktu yang lama dapat menyebabkan karbon dioksida menguap lebih mudah daripada es air dan dapat meresap selama miliaran tahun,” papar Kelley.

Selain itu, Comet Read mungkin terbentuk di kantong Tata Surya yang lebih hangat tanpa karbon dioksida.

Tim pun ingin mempelajari lebih lanjut komet sabuk utama lainnya dan membandingkannya dengan data Webb dari Comet Read untuk melihat apakah benda lain tersebut juga kekurangan karbon dioksida atau tidak.

“Namun, sementara itu, sekarang Webb telah mengonfi rmasi ada air di komet dan akan sangat menarik untuk menindaklanjuti penemuan ini dengan misi pengumpulan sampel dan mempelajari hal lainnya lagi,” tambah Milam.

Studi yang merinci temuan ini sudah dipublikasi di jurnal Nature.

(Kompas. com)

Baca juga: Badai Matahari Menerjang Bumi, Sebabkan Kekacauan Sinyal Radio

Baca juga: NASA Perkenalkan Empat Astronaut untuk Misi Lintasi Bulan, Ada Perempuan dan Kulit Hitam

Baca juga: Berlian Heksagonal Misterius Ditemukan, Berasal dari Planet Lain